"Semakin keras dilupakan akan semakin kuat di ingatan."
🌟🌟🌟
"Hani!" teriak bunda Sella mendobrak pintu kamarku. Dia segera berjalan mendekat dan memukul bokongku dengan keras.
Bunda Sella merasa kesal denganku, jadi wajar saja dia berteriak dan memukul bokongku. Bagaimana tidak, bunda telah membangunkanku sebanyak 4 kali dengan suara lembut, tetapi aku juga tak kunjung beranjak dari tempat tidur. Malah, tidurku menjadi semakin nyenyak.
"Astaga anak ini," ujar bunda frustrasi menghadapi diriku dalam mode badung.
"Bangun cepat! Sebelum bunda mengamuk dan mengacak kamarmu!" ancam bunda kepadaku. Aku mendengus, tidak semudah itu mengancam diriku yang sedang nyaman rebahan.
"Acak aja, Bunda," ujarku pelan dengan suara serak khas orang yang baru saja bangun tidur.
Bunda menggeleng pelan. Aku bisa melihatnya berkacak pinggang sambil memandang diriku yang terbungkus selimut tebal. "Bangun! Okag jika kamu tidak mau bangun juga. Bunda akan menggunakan senjata terakhir," ujar bunda Sella dengan senyum yang err menakutkan.
"Huaa Bunda!"
Aku menjerit saat bunda menggelitik pinggangku. Terus saja berteriak meminta bunda untuk berhenti melakukannya.
"Ampun Bunda!" pekikku benar-benar tidak bisa menahan rasa geli di tubuhku.
"Tidak akan bunda ampunin," ujar bunda Sella terus saja menggelitik pinggangku, tanpa memedulikan diriku yang tersiksa.
"Daddy tolongin Qela!" teriakku berusaha meminta pertolongan pada daddy Galang yang berada di bawah.
"Aaakhhh! Bunda ampun," ujarku menatap bunda Sella dengan wajah tak berdaya.
"Janji dulu sama bunda, Hani bakal tidur tepat waktu dan nggak akan maraton drakor lagi," titah bunda Sella merasa prihatin dengan kondisiku yang kini telah awut-awutan.
"Iya, iya Bunda. Hani janji, hahaha." Aku terus saja tertawa hingga menitikkan air mata. Ini benar-benar menyiksa, seharusnya aku tidak bermain-main dengan ibu hamil. Dasar Qela bodoh!
"Benarkah begitu? Tetapi kenapa bunda meragukannya," tutur bunda Sella dan kini beralih menggelitik ketiakku
Mataku seketika membola. Itu adalah bagian tubuhku yang sangat sensitif. Aku menjerit memohon pada bunda untuk berhenti melakukannya. "Huaaa Bunda! Hani janji, kalau semisalnya Hani melanggar perkataan Hani. Hani siap untuk dihukum," pekikku berusaha bernegosiasi dengan sang bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQQELA [Completed]
عاطفية• Second Literary Work • *** "Jangan jadikan seseorang yang tidak mengetahui apapun sebagai alat balas dendammu." -Aqqela Tihani Azzaka- Jangan terlalu benci seseorang karena benci dan cinta hanya dipisahkan oleh benang yang kapan saja bisa putus. *...