🎋28. Hari tanpa (Dia)

785 41 1
                                    

Kita memang berada di tempat berbeda, tetapi tidak dengan hati kita yang masih menetap di kata 'cinta' tanpa kita berdua sadari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita memang berada di tempat berbeda, tetapi tidak dengan hati kita yang masih menetap di kata 'cinta' tanpa kita berdua sadari.

🌟🌟🌟

Aku memilih untuk tetap diam selama di perjalanan. Walau aku tau kak Agam saat ini sedang melayangkan pertanyaan-pertanyaan padaku.

Namun, aku tidak memiliki niat sedikitpun untuk menjawab pertanyaan yang dia ajukan. Helaan napas terdengar, kak Agam mulai menyerah dan akhirnya membiarkanku untuk tetap menatap sendu ke luar jendela.

Aku tidak bermaksud untuk mengabaikan usaha kak Agam yang ingin suasana hatiku kembali membaik, tetapi aku sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.

Aku takut, jika aku memaksakan diri untuk menjawabnya. Aku hanya akan menimbulkan masalah dengan kata-kata kasar yang tanpa sengaja terucap dari mulutku. Untunglah kak Agam mengerti keadaanku dan memilih membiarkanku sendiri.

Mobil terus melaju hingga kami tiba di depan rumah papa. Aku lantas turun dan membiarkan kak Agam yang mengurus koperku.

Di dalam rumah aku menemukan papa dengan stelan kerjanya. Wajahnya terlihat cemas saat menatapku. Papa melangkah mendekat. Dia memegang kedua bahuku.

"Ada apa Qela? Apa terjadi sesuatu? Kenapa wajahmu terlihat sembab?"

Aku segera menengelamkan wajahku dalam dekapan papa. Meluapkan tangisku di sana. Aku terus menangis memikirkan nasibku sedangkan papa hanya bisa mengelus punggungku dengan sabar. Menunggu diriku untuk berhenti menangis.

10 menit kemudian tangisku mulai mereda. Aku mengangkat wajahku dan sedikit melonggarkan pelukan kami.

"Papa, Qela ingin sendiri. Apa Papa bisa menjaga Ervin untukku?" tanyaku lirih.

Papa mengangguk. "Tentu saja, kamu masih ingat dengan kamarmu 'kan? Segeralah tenangkan dirimu di sana."

Aku mengangguk, mengucapkan terima kasih pada papa. Lantas segera melangkah ke kamarku. Saat aku membuka pintu, aku tertegun melihat tatanannya yang masih tetap sama seperti dulu. Sepertinya kamar ini sering menatap perawatan. Aku bahkan tidak melihat debu yang menempel.

Aku mengembangkan senyum tipis, lantas segera mengunci pintu dan merebahkan diri di kasur. Ku pandangi langit-langit kamar, tetapi tanpa bisa dicegah kejadian kelam itu kembali muncul di pikiranku dengan segera kutepis dan bangkit untuk membersihkan diri dari bekas-bekas menjijikan yang ditinggalkan Rafiq. Ah menyebut namanya saja membuatku muak.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian. Aku kembali merebahkan diri menatap ke langit-langit kamar hingga jatuh tertidur pulas.

AQQELA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang