• Second Literary Work •
***
"Jangan jadikan seseorang yang tidak mengetahui apapun sebagai alat balas dendammu."
-Aqqela Tihani Azzaka-
Jangan terlalu benci seseorang karena benci dan cinta hanya dipisahkan oleh benang yang kapan saja bisa putus.
*...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Pernikahan tidak saja berisi pelukan, tetapi juga perkelahian.”
🌟🌟🌟
"Pa ... papa bener-bener akan pergi?"
Papa melirik sekilas padaku. Dia mengangguk membenarkan.
Aku menghela napas. "Lalu jika Papa pergi yang akan menjaga diriku siapa?"
Papa tersenyum tipis. "Keluarga kamu."
Aku mengangguk pelan. "Kapan mereka akan datang?"
"30 menit lagi, ya sudah papa pergi dulu."
Cup!
Papa mencium keningku singkat. "Kamu tau 'kan, apa yang harus kamu katakan pada keluarga kamu?"
Aku mengangguk. "Iya pa, Qela mengerti."
"Baiklah, papa pergi sekarang. Yuk, Gam. Assalamualalikum."
"Waalaikumsalam, Pa."
Aku menghela napas. Setelah kepergian papa dan Agam, aku kembali membaringkan tubuhku. Aku perlu istirahat sebelum bertemu dengannya.
Dalam diam, pikiranku kembali berkelana. Bagaimana reaksi mereka nanti? Apa kabar Afifah?
Tidak terasa 30 menit telah berlalu, aku merasa jantungku akan meloncat dari tempatnya. Aku takut bertemu dengannya, entah apa rencananya setelah ini.
Apa dia akan mengambil anakku?
Cklek.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku melirik sekilas. Melihat siapa yang datang, ternyata dia adalah ibu Rafiq. Dia melangkah mendekat padaku dengan raut wajah cemas.
"Apa kamu baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi, Qel?" tanyanya penasaran.
Aku berdehem pelan. Terbatuk pelan sesuai dengan permintaan papa.
"Qela kecelakaan mobil saat akan menuju ke rumah sakit untuk menjenguk adik Qela. Karena kecelakaan itu Qela harus dioperasi dan koma selama 4 hari," ujarku tak sepenuhnya berbohong. Aku hanya menghilangkan beberapa kejadian.
Ibu Rafiq menutup mulutnya tidak percaya. "Astagfirullah Qela, lalu bagaimana keadaan kamu saat ini?"
Sebelum aku berhasil menjawab, terdengar suara pintu terbuka. Aku melihat ayah Rafiq dan Rafiq berjalan mendekat.
Mengabaikan hal itu, aku kembali mengalihkan pandangan pada ibu Rafiq. "Aku baik-baik saja, Bu. Keadaanku sekarang juga sudah lebih baik."
"Siapa yang menjaga kamu di sini selama 4 hari?" tanya ayah Rafiq yang membuatku gugup.