🎋21. Tiga Hari

419 36 2
                                    

"Lupakan sejenak masalahmu dan tertawalah seperti orang gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lupakan sejenak masalahmu dan tertawalah seperti orang gila. Setidaknya itu akan membuat hatimu lebih ringan dari sebelumnya."

🌟🌟🌟

"Qela, lihat apa yang papa bawa buat kamu."

Aku melirik sekilas dan kembali mengupas apel. "Memang Papa bawa apa?" tanyaku bingung.

Papa berdeham. Dia mendudukkkan bokongnya di kursi dekat ranjangku. "Foto anak kamu," ucapnya.

Aku membelakakan mata. Setelah 2 jam kepergian papa di ruang inkubator. Akhirnya papa membawakan apa yang kuinginkan.

Aku melepaskan pisau dari genggaman tanganku. Lantas menadahkan kedua tangan di hadapan papa. "Mana, Pa?" tanyaku bersemangat

Papa tersenyum dengan seringai tipis. "Tetapi, ada syaratnya."

Aku berdecak. "Papa! Cepat, nanti Qela janji deh bakal turutin semua syarat Papa," ujarku tanpa banyak berpikir.

Papa tersenyum kemenangan. "Nih," ujarnya menyerahkan sebuah ponsel. Aku langsung menerima ponsel itu. Keningku berkerut saat melihat potret anakku di dalam ponsel milik papa.

"Huaaa! Papa, ini beneran anak Qela? Kenapa wajahnya tidak mirip denganku? Ini anak Qela atau anak mas Rafiq? Wajah mereka benar-benar mirip," gerutuku kesal.

Tak

"Awh!"

Aku meringis pelan saat mendapatkan jitakan dahi dari papa. Memang apa salahku? Aku mengatakan yang sebenarnya, anak ini benar-benar sangat mirip dengan pria brengsek itu.

"Papa!" pekikku merasa tidak terima.

Papa malah menatapku dengan wajah lempengnya. "Kenapa? Lagian kamu ngapain berbicara seperti itu? Memangnya yang buat anak kalian itu cuman Rafiq dan kamu tidak?"

Aku terdiam. Bola mataku lantas melihat ke atas. Berusaha mengingat proses pembuatan bayiku.

Aku menggeleng. "Qela nggak ngapain-ngapain, Pa. Serius! Semua dilakukan oleh Rafiq. Qela cuman perlu berbaring terus---"

Tak!

"Astagfirullah Qela, Apa kecelakaan itu membuat kemampuan otakmu menurun?" tanya papa dengan gelengan kepala.

Aku berdesis. "Qela salah apa, Pa? Dari tadi dijitak mulu. Kepala Qela lama-lama pusing," sungutku kesal.

Papa menghembuskan napas. "Dengar ya Qela anak papa Dimas. Anak yang difoto itu anak kamu dan Rafiq---"

"---Tetapi nggak mirip sama Qela, cuman mirip sama mas Rafiq."

"Coba kamu lihat dengan lebih teliti lagi. Apa semuanya jiplakan Rafiq? Jika iya berarti kamu terlalu mencintainya."

AQQELA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang