20. Jenguk Riri

169K 18.7K 4.4K
                                    

"Tumben lo rapi, bos?" tanya Ilham sembari menyantap mie ayam bu Tejo yang kata anak-anak enaknya ngalahin goyangan mautnya Cimoy.

"Riri," jawab Gala singkat.

Ilham mengangkat kepalanya menatap Akbar dengan alis yang menyatu. Akbar, cowok itu hanya mengedikkan bahu. Sebagai jawaban, tidak tahu.

"Bukannya selama ini Riri selalu rapihin penampilan lo, tapi pas nyampe kelas lo berantakin lagi. Kok sekarang...."

"Ngga papa, sekali-kali nyenengin dia. Lagi sakit soalnya," kekeh Gala menatap Ilham dan Akbar yang geleng-geleng tidak habis pikir.

"Kasian Riri, diboongin mulu," cetus Akbar.

"Makanya sekarang engga."

"Sakit apa?" tanya Alan.

"Cuma flu sama demam biasa."

"Jenguk yuk!" usul Ilham.

"Kuy!"

"Ayo."

"Ngga, ngga! Ngga usah!" tolak Gala.

Ilham mengelus dadanya dramatis. "Astagfirullah, orang punya niat baik kok dihalangi."

"Lagian apa salahnya? Riri kan juga temen kita, jenguk temen sendiri kok dilarang, ya ngga?" tambah Akbar bertos ria dengan Ilham. Memang kompak nih, duo kompor.

"Ngga usah! Riri cuma sakit biasa ngga perlu dijenguk!"

"Oh, nunggu sakit parah, baru boleh?"

Gala menoyor kepala Ilham. "Ya ngga gitu juga! Pokonya ngga usah!"

"Posesif!" celetuk Alan.

"Ck, iya! iya! Boleh!"

"Gal, gue boleh ikut?" tanya Sintia. Entah dari mana datangnya. Cewek berkuncir kuda itu tiba-tiba saja berdiri di samping Gala.

"Boleh," angguk Gala.

*****

"Gal, gue boleh bareng lo ngga?"

Gala menoleh lalu melirik pada Akbar yang membonceng Choline. Ilham bersama Nenda. Dan Alan, cowok itu sendiri. Tapi mana mungkin dia mau membonceng cewek. Katanya ia hanya mau membonceng satu cewek yang ia cintai. Suatu saat nanti.

Menghela napas panjang. Gala tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tadi dirinya sendiri yang memperbolehkan Sintia ikut menjenguk Riri. Masa sekarang dia tega meninggalkan Sintia.

"Ya udah, naik," titah Gala yang diangguki oleh Sintia.

"Cari kesempatan!" cibir Choline menatap Sintia kesal.

"Diem, woi!"

Choline menoyor kepala Akbar yang sudah memakai helm. "Bacot!"

"Ya udah, yok berangkat!" ajak Gala pada yang lain.

"Gal, gue boleh pegangan? Gue takut kalo naik motor besar."

Gala terdiam sejenak. Sedetik kemudian Gala mengangguk pasrah. Tidak mungkin Gala melarang Sintia pegangan kalau cewek itu sudah mengatakan kata takut. Gala tidak sejahat itu.

"Makasih, Gal."

Gala mengangguk, "Santai aja." Gala jadi berpikir. Ia heran, kenapa hari ini Sintia tidak seagresif kemarin-kemarin? Sekarang caranya mendekati Gala lebih...halus.

"Nen ngga mau pegangan, juga?" tanya Ilham.

"Ngga!"

"Ntar jatoh, gimana?"

MY CHILDISH GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang