Bab 5

15.4K 1K 56
                                    

Awal mula yang kurasa sebuah bercandaan semata ternyata itu sebuah keseriusan, dan di esok harinya aku yang tetap membawa motor milikku yang belum lunas itu kerumah sakit, membuat dokter Hendra marah padaku di saat malam hari kami akan pulang.

"Kenapa si bos?"

Mas Fajar berbisik padaku, di saat kami berjalan pada lorong rumah sakit yang menuju kearah tempat parkir motor para karyawan.

"Gue kira ya bercanda kayak biasanya kalau mau antarin pulang, sama traktir makan malam"

"Maksud loe gimana sih Sin?"

Kuceritakan apa yang kuomongkan dengan dokter Hendra kemarin malam, di saat Mas Fajar pamit pulang bersama sang isteri, hingga celetukan mas Fajar membuat ku berkunduk ngeri.

"Naksir loe tuh si duren"

"Jangan dong Mas, ogah ah masak sama om-om"

Seketika mas Hendra terbahak-bahak, beruntungnya lorong dekat tempat parkir karyawan ini jika malam hari sepi, sehingga tak ada yang akan mendengar percakapan kami berdua.

"Kemakan omongan tahu rasa loe"

"Mas, gue ini ya meskipun tukang cinta lokasi, tapi ya pilih orang lah, masak tua juga gue suka"

"Awas cinta mati tau rasa"

"Amit-amit jangan"

"Beneran ya, berani taruhan enggak?"

"Yah sampai gue cinta sama tuh duren, gue kasih nih motor"

Kami sudah sampai di tempat motor kami, dan kutunjukan motor kreditan milikku.

"Ogah, masih ngutang loe kasih gue"

Benar juga siapa yang mau di kasih motor belum lunas, bisa di tarik pihak bank yang ada.

Malam ini akhirnya seperti biasanya, pulang ke tempat kost yang tak begitu jauh dengan menaiki motorku, kemudian mampir membeli makan malam kemudian menikmati nya di tempat kost dengan menonton drama Korea.

Tak lama pesan masuk pada ponsel ku, dari mas Fajar yang memperlihatkan foto dokter Hendra sedang duduk sendiri bermain ponsel dan di hadapannya telah ada secangkir kopi di atas meja, dan ini berada di cafe milik mas Fajar.

[Sini, loe di cari tuh]

Kemudian masuk lagi pesan yang berisi emoticon tertawa terbahak-bahak, mungkin masih teringat bahasan kami berdua di tempat parkir rumah sakit tadi.

Foto yang diambil oleh mas Fajar dari jarak jauh, memang begitu jelas jika dokter Hendra seorang diri.

Ponsel kembali berdering, tanda pesan masuk yang beruntun, saat kuperiksa ternyata obrolan group yang mana berawal dokter Hendra mengirimkan foto mas Fajar yang duduk di balik meja kasir, kemudian tersematkan kalimat, 'ayo kumpul disini'.

Pesan yang di awali oleh dokter Hendra memancing yang lainya untuk menjawab, jika ada yang bersedia dan ada pula yang sedang bertugas dan mengajak di lain waktu.

Kutinggalkan ponselku, melanjutkan makan malam ku, kemudian segera mengistirahatkan badanku.

Hingga di pagi hari saat aku terbangun, kemudian menjalankan kewajiban ku sebagai muslimah, membuka ponsel yang semalam ku tinggalkan di atas nakas.

Ternyata semalam anggota group banyak yang hadir ke cafe mas Fajar, tentunya tanpa adanya diriku dan bang Soni yang memang semalam sedang dinas malam.

Foto-foto mereka yang sedang bercengkrama, bahkan dominan berisi tentang obrolan yang menyebutkan namaku sebagi bahan bahasan mereka.

[Ngomongin orang kok di group yang ada orangnya]

Pesan ku untuk membalas semua nya yang berada di group, hingga beberapa menit berlalu tak ada jawaban, mungkin saja semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing di pagi hari, berbeda dengan ku yang masuk shift siang, dan paginya sangat menganggur.

Sepertinya aku akan menerima tawaran salah satu dokter spesialis penyakit dalam yang membuka praktek di pagi hari dan tempat nya tak jauh dari tempat kos, dengan begitu bisa menambah pengalaman ku serta menambah pendapatan ku.

Di saat aku akan kembali meletakan ponselku di atas nakas untuk membereskan kamarku, sebuah pesan pribadi masuk pada ponsel ku.

[Berangkat naik ojol saja]

Dan setelah, masuk pemberitahuan terisinya saldo gopay milikku, tentu saja aku tahu siapa pelakunya, karena beberapa minggu lalu kami semua sempat di berikan bonus oleh beliau dan di minta memilih untuk voucher pulsa atau saldo gopay, tentunya aku memilih untuk gopay.

[Dokter, ada bonus lagi ya kok isi saldo gopay Sinta?]

Aku sebenarnya tak bodoh, dan lugu tetapi aku bingung untuk bersikap, dan juga takut jika apa yang di katakan mas Fajar sampai terjadi.

Aku adalah tipe wanita yang mudah luluh akan perhatian lawan jenis, mudah jatuh cinta pada lingkungan sekitar, dan jika aku sampai jatuh cinta pada orang yang di atasku empat belas tahun sungguh aku belum siap, apa kata orang nantinya.

[Iya bonus, biar semangat kerjanya]

Akhirnya kubalas terimakasih di pesan terakhir dokter Hendra, agar percakapan melalui pesan ini segera berakhir, sangat tak nyaman saat ini berjumlah dengan beliau setelah semalam membuat beliau marah padaku.

Kali ini aku hanya bisa memagari diri sendiri agar nantinya jangan sampai jatuh hati pada seseorang yang berada di lingkungan sekitar ku, karena kali ini lingkungan ku cukup berbahaya.

Jika yang satunya sudah jelas memiliki keluarga dan aku tak mungkin akan bisa jatuh cinta dengannya karena aku bukan tipe penyuka milik orang lain, akan tetapi yang satunya sudah sangat jelas jika beliau seorang single, seorang duda beranak satu, dan jika aku sampai jatuh cinta maka akan sangat buruk kedepannya penilaian orang padaku.

Di usia ku yang sudah matang untuk berumah tangga memang serba salah dalam kita menentukan langkah, apalagi ketika teman-teman kita sudah berumah tangga, sudah memiliki anak pasti desakan untuk menyusul mereka akan banyak kuhadapi.

"Semoga penyakit ku tak kambuh"

Iya penyakit cinta lokasi, yang mana sangat hobi terlibat jatuh cinta pada orang di lingkungan yang sama.

Mungkin bukan hanya diriku yang seperti ini, banyak di luar sana yang sama seperti ku, yang mana menemukan pasangannya karena kebiasaannya bersama.


Tbc

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang