Bab 26

10.3K 859 48
                                    

Surat keputusan milik Sinta akan pegawai tetap kuminta Sachi untuk tak menerbitkan, dan dengan segala jiwa sok pahlawan kutawarkan pekerjaan di klinik kecantikan milik Karin.

Dengan segala kerendahan hati kumemohon pada dua wanita para korban Niko, teman sejawat ku sejak kami kuliah disini, untuk bekerja menolong ku mendapatkan Sinta.

Karin bersedia tentunya, dirinya jika sampai tak menurut dengan ku tinggal ku bilang Sachi pasti akan tunduk tuh istri Niko.

"Loe yang jatuh cinta kenapa kita yang repot ya Hen?"

Yang berani memakiku seperti itu hanya Sachi dan Satria, dan berhubung kali ini Sachi mendukung ku tentunya itu adalah makian dari Satria.

"Yah biarin lah, kasihan dia selalu bersolo di kamar mandi"

Suami isteri yang selalu kompak membully ku.

"Loe nggak tahu aja Ci, gue pernah lihat Hendra keluar hotel tempo hari"

Kali ini Niko ikut menggoda ku, entah kenapa tuh anak bisa akur saja sama Sachi dan Satria, padahal dulu drama mereka berdua bikin gue pusing juga.

"Kapan? Jangan ngadi-ngadi loe"

"Seminggu lalu kayaknya"

"Gue makan di restoran nya bukan nginep di kamarnya"

"Sama siapa lu?"

Pertanyaan Satria membuat ku menginggat moment makan malam waktu itu, rasanya aku tak bisa menahan senyum bahagia ku ini.

"Sinta"

"Lah itu sudah makan bareng"

Niko yang tak tahu jika Sinta selama ini sebenarnya terpaksa melakukan itu karena takut pada Sachi, karena aku sahabat baik dari ibu direktur.

"Kepaksa dia takut nolak soalnya takutnya gue ngadu sama Bu bos"

"Apa hubungannya sama gue?"

Akhirnya kuceritakan apa yang di ceritakan Fajar, kegundahan hati seorang Sinta, tentu saja dua pasangan suami istri di depan ku ini terbahak-bahak menertawakan diriku.

"Duda tua"

Sachi tak berhenti tertawa dengan mengolok ku duda tua, seperti yang di sebutkan Sinta.

"Tapi menurut gue sih kita harus terima kasih loh sama Sinta"

Perkataan Sachi sepertinya mengandung niatan untuk melanjutkan bullyannya.

"Kenapa Bun?"

Pasangan dua S ini sudah tersenyum geli, pertanda mereka memang ingin melanjutkan bercandaan.

"Bisa bikin Hendra normal lagi, secara kan selama ini dia nggak tertarik sama cewek"

Pahalaku berlipat ganda ketika kembali kedua pasangan suami istri ini menertawakan diriku.

Dan akhirnya tersepakati, jika Sinta bisa bekerja di luar rumah sakit, dan Karin pun bisa memperkerjakan Sinta dengan banyak dispensasi yang kuminta, tentunya para sahabat ku ini akan mendukung ku, kata mereka demi aku yang memiliki teman tidur, teman curhat biar nggak keluyuran tak jelas.

Rasanya aku sudah tak sabar besok memberi tahu Sinta akan lowongan pekerjaan yang di kita buat untuk dirinya seorang, dan Sachi harus seolah memberikan izin pada Sinta yang bekerja di luar rumah sakit.

"Saran gue nih ya, sebagai senior lu"

Suara Satria yang kini menyeruput kopinya, di saat kami sudah selesai mendiskusikan tentang pekerjaan, membuat kamu semua terdiam.

"Senior apaan? Paling tua gitu maksud lu?"

Niko kadang kala masih suka ngegas ketika berbicara dengan Satria, meskipun sudah saling menerima akan takdir mereka.

"Bukan, ini soal senior seorang duda dapatin anak perawan orang"

Dengan percaya diri nya Satria yang berhasil membuat ku kini terbahak-bahak, berbeda dengan Sachi yang sudah memukuli pundak sang suami, bahkan Niko dan Karin pun ikut tertawa lebar.

"Serius ini, terbukti berhasil kalau nggak pastinya bukan gue yang jadi suaminya si Cantik ini"

"Pretttt, hwek"

Spontan ku berpura-pura muntah di hadapan Sachi.

"Kagak usah basa-basi, cepatan ngomong deh Yah"

"Bentar Bun, biar dua lelaki ini tahu dimana letak kekalahan mereka dulu"

Sungguh kurang ajar memang Satria, menyinggung masa lalu dimana aku dan Niko adalah para pria yang memang pernah menyukai sang istri tetapi tersingkir kan olehnya.

"Cepetan, banyak pamer lu bang"

Niko pun sudah mulai muak dengan Satria yang tak kunjung bicara apa inti yang akan dia katakan.

"Dekatin keluarganya, orang tuanya, orang-orang terdekatnya"

Benar apa yang Satria bilang dulu dirinya mendapatkan Sachi di awal mendekati bang Amar, dan setelah pendekatan yang kedua dirinya mendekati Sachi melalui rayuannya pada orangtua Sachi dengan alasan Saka.

Aku terdiam memikirkan bagaimana langkah ku selanjutnya untuk mengejar Sinta.

Sangat tahu dari informasi yang Fajar katakan jika dirinya sudah tertarik padaku, hanya dirinya banyak pemikiran yang membuat nya takut, sehingga kini aku lebih dulu meyakinkan diri nya, melalui keluarga nya, dan mendekatkan Sinta pada keluarga ku.

"Kenapa lu senyum-senyum?"

Sachi dengan tak berkemanusiaan menepuk kepalaku, yang kini sedang memikirkan Sinta.

"Mikir kotor ya?"

"Iya, puas lu"




Tbc

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang