bab 34

11.9K 925 71
                                    

"saya pamit duluan ya"

Bang Hendra keluar dari ruang poliklinik, di mana praktek sudah selesai dan aku masih bekerja di depan layar komputer, sedangkan mas Fajar membantu ku merapikan status pasien.

"Kalian putus?"

Pertanyaan mas Fajar tak kujawab, pasalnya kini semenjak kejadian kami yang kepergok ciuman itu tak lagi bermesraan di dalam ruangan, dan semenjak aku tinggal di apartemen kami tak lagi pulang bareng karena jarak rumah sakit yang tak begitu jauh, cukup tiga sampai lima menit sudah tiba.

Sudah dua minggu aku tinggal di apartemen dan tak jarang sang pemilik nya juga ikut tinggal di apartemen, bahkan bisa kuhitung dengan jari sebelah tanganku kapan dirinya tak menginap di apartemen.

"Sin, masih pacaran kan sama dokter Hendra?"

"Insyaallah"

"Tapi kalian nggak kayak biasanya, ke cafeku aja sekarang nggak pernah"

"Memangnya kencan mesti di cafemu"

Dan selanjutnya kuteruskan kalimat ku di dalam hati, jika kencan kami sekarang cukup di apartemen.

Setelah semua beres aku dan mas Fajar seperti biasanya segera menuju tempat parkir motor, dan siap menuju tempat tinggal kami masing-masing.

"Sin, makan dulu yuk gue traktir"

Jadi galau sendiri, pasalnya bang Hendra sudah mengirimkan pesan jika membelikan makan malam kami dan akan menunggu ku di apartemen, mungkin sudah resiko jika hubungan ini ku rahasiakan, sebenarnya kepada mas Fajar aku tak ada rahasia hanya saja setelah ketangkap basah berciuman dengan bang Hendra di poli, dan sekarang ini kami tinggal bersama, pasti akan banyak pikiran negatif kepada ku.

"Dimana?"

"Mie Aceh, atau soto Lamongan depan yuk bawa motor sekalian"

Keduanya makanan berat yang di tawarkan oleh mas Fajar, dan jika aku menolaknya pasti mas Fajar akan curiga, tetapi jika aku menerima nya tak bisa kubayangkan nasib perutku nanti, apalagi bang Hendra mengatakan membawakan ayam bakar ke apartemen.

Akhirnya aku menyerah, dan saat ini sudah masuk kerumah makan yang menyajikan menu soto Lamongan Jawa timur.

"Kak, saya nasinya separo saja ya"

Pesanku pada pelayan rumah makan ini, dan tentunya itu di dengar oleh mas Fajar pastinya membuat dirinya mengejek ku.

"Kagak kenyang lu entar"

"Kenyang lah, gue mau belajar diet ini"

Bercanda ku sambil tertawa lebar, walau di dalam hati galau setengah mati yang saat ini memikirkan jika bang Hendra pasti sudah menunggu ku di apartemen.

"Sin lu daftar seminar minggu depan kagak?"

"Belum, bingung gue soalnya Sabtu minggu gue kerja dan selama ini gue udah sering izin masak izin lagi"

"Lu kerja kayak ini kagak capek?"

"Capek lah mas, kalau nggak capek namanya nganggur"

"Ada dokter penyakit dalam nih cari asisten buat bantuin buka di tempat praktek nya"

"Dimana?"

"Belakang rumah sakit, enak ini cuma masuk pagi doang buka juga tiga jam, malam nya beliau praktek di apotek, sabtu minggu libur, soalnya dokter nya masih muda"

"Gaji berapa?"

"Kerja belum tanya gaji, belum tahu gue tapi kalau buat lu jajan sama beli bedak cukuplah"

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang