Bab 13

12.5K 1.1K 99
                                    

Satu minggu setelah pertemuan keluarga ku di Jakarta dengan dokter Hendra, dan malam ini adalah sesuatu yang kurasa sudah lama kutunggu.

Malam ini, di sabtu malam seperti minggu lalu dokter Hendra datang menjemput ku di klinik tempat ku bekerja.

"Makan dimana sih Dok?"

Karena jalan yang kami lewati tak menuju arah kost ku, melainkan berlawanan.

"Ancol"

Setelah nya aku terdiam, memikirkan maksud dokter Hendra yang mengajakku makan di tempat yang cukup jauh, bahkan ini di malam hari.

Hari ini aku sudah berganti baju, karena tak ingin seperti minggu lalu yang terlihat jomplang dengan dokter Hendra.

Sekian lama di perjalanan akhirnya kami tiba di sebuah restoran yang kurasa cukup mewah di pinggir pantai, dengan suasana romantis bagi pasangan kekasih atau suami, bukan pasangan tak jelas seperti kami.

Menu makanan yang di pesan dokter Hendra adalah sea food, dan aku lupa jika aku ada alergi pada beberapa makanan laut karena kadang aku makan udang itu tak apa-apa dan kadang kalanya makan udang atau kepiting aku alergi, mungkin itu tergantung jenis dan cara memasak nya.

Kurasa aman untuk memakan semua hidangan di meja, tanpa kuduga setelah selesai makan kami berbincang berdua dengan canda tawa seperti biasa, membicarakan mulai dari mas Fajar hingga dokter Karin dan suaminya.

Tiba-tiba dokter Hendra malam ini yang tanpa memberikan signal, mengutarakan perasaannya padaku, bukan seperti anak muda masa kini, beliau cukup memegang tangan ku, kemudian mengatakan niatnya untuk serius, beliau ingin menikahi ku.

"Sinta aku rasa kamu sudah sangat peka, saya tak lagi muda, saya seorang duda dengan seorang putri, aku harap kamu mau untuk menikah, menemani dalam suka maupun duka bersama saya"

Begitu serius kalimat yang digunakan bukan gue loe lagi, bukan aku kamu melainkan saya kamu, membuat ku menjadi gugup, karena ini benar-benar bukan bercandaan.

"Apa putri dokter mau nerima Sinta?"

Bukan menjawab iya atau tidak, kali ini pertanyaan ku sudah mampu memberikan jawaban jika aku bersedia jika putri beliau bisa menerima ku.

"Besok kita ke Solo, kita ketemu Hana"

"Mampus kau Sin"

Rasanya seperti inikah menjalin hubungan dengan seorang yang memang sudah dewasa pemikiran nya, semua serba serius tak ada basa-basi.

"Besok Sinta kerja Dok"

Tanganku di lepasnya, kemudian ponsel yang berada di atas meja di ambilnya, entah menghubungi siapa hingga tiga kali panggilan dokter Hendra berhasil berbicara dengan lawan bicaranya.

"Bro, si Karin ada?"

"_"

"Karin ini gue Hendra"

"_"

"Besok izin ya Sinta nggak masuk"

"_"

"Nggak kok, Alhamdulillah sehat, ada kepentingan saja besok, bisa kan?"

"_"

"Oke thanks ya Rin"

Ternyata menghubungi dokter Niko untuk bicara dengan dokter Karin agar aku besok bisa tak masuk kerja dan pergi ke Solo.

"Alasan apalagi ini gue"

"Beres Karin mah enak anaknya, beda kayak Aci emak lampir itu kalau mau cuti kerja, mesti sakit atau mati alasannya"

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang