Bab 21

12.3K 996 66
                                    

Terlanjur jatuh cinta, mungkin inilah pertama kalinya aku memperjuangkan perasaanku, pertama kalinya membahas seorang laki-laki bersama papa, karena selama ini selalu bersama mama.

Keluarga bang Hendra sudah kembali ke Jakarta, bahkan Hana yang tadi masih asyik bersama Fani pun harus terpaksa pulang, bahkan dirinya yang beralasan ingin tinggal disini dan pulang ke Jakarta dengan ku, di larang keras oleh sang ayah.

"Kamu pikirkan dulu Kak"

Suara papa tenang hanya saja penuh penekanan, kami sedang berada di gasebo taman belakang rumah, hanya berdua.

"Kakak sudah yakin"

"Yakin? Pikirkan lagi, papa tahu sifat kakak"

Mungkin inilah sosok orang tua, yang sejak kecil merawat kami, sangat mengerti apa yang menjadi kebiasaan sang anak.

"Kakak di luar pasti akan terlihat biasa saja, tapi siapa yang tahu isi hati kakak sebenarnya"

Kalah telak dengan apa yang papa bilang, sebenarnya aku memang belum yakin akan hubungan ku dengan bang Hendra, masih banyak hal yang membuat ku bimbang, misalnya seperti kebiasaan bang Hendra di masa lalu atau nantinya diriku yang akan menjadi omongan orang.

Aku menangis kembali, menangisi seorang laki-laki, seperti yang dulu-dulu, akan tetapi kali ini orang tuaku lah yang tak merestui hubungan kami.

"Nggak usah nangis, nggak usah berpikir papa jahat nggak mau restuin, papa akan restuin kalau kamu sudah yakin dengan apa yang kamu pilih, kalau kamu masih bimbang jangan ambil keputusan, papa tahu kakak bagaimana"

Ucapan papa kali ini memang benar kuakui, aku harus meyakinkan diriku sendiri terlebih dahulu baru aku memohon restu pada papa.

Dengan segala nasihat dari papa, dan mama yang akhirnya ikut bergabung dengan ku dan papa di belakang rumah, akhirnya aku putuskan untuk tetap bertahan bekerja karena tadi aku yang bilang ke kedua orangtuaku, bagaimana aku besok bertemu bang Hendra saat bekerja.

"Professional kak, jangan suka lari dari masalah, dewasalah sudah pingin nikah kan?"

Mama sahabat terbaik ku, selalu mengerti apa yang kurasakan.

"Kakak, lebih baik keluar saja dari klinik kalau kontraknya sudah selesai, terlalu capek kak kerja tak ada libur"

"Tapi cicilan motor kakak masih kurang"

"Papa lunasin"

Diskusi kami selesai, papa dan mama tak melarang hubungan ku dengan bang Hendra tetapi untuk menikah saat ini, papa dan mama minta untuk aku kembali memikirkan apakah aku yakin dengan keputusan ku, dan selain itu kedua orangtuaku juga ingin mengenal lebih dalam keluarga bang Hendra, takut seperti sebelumnya dimana keluarga kami di hina oleh keluarga kekasihku.

Perjalanan cinta yang tak pernah mulus, dan aku selalu menyerah dan kali ini sepertinya kembali tak mulus, tetapi aku yakin jika harus berjuang.

"Kak jadi nggak?"

Defan yang baru saja pulang di saat selesai ashar tadi, kini masuk kedalam kamar ku disaat kami sudah selesai berjamaah magrib bersama keluarga.

"Iya, kakak packing barang yang mau kakak bawa"

Malam ini Defan akan mengantarkan ku ke Jakarta, karena besok aku harus bekerja tak mungkin aku akan izin kembali, sudah dua hari aku tak masuk kerja.

Setelah kurasa selesai aku bersiap, berpamitan kepada kedua orangtuaku, tak lupa beliau memberikan wejangan untukku meyakinkan diri dengan melibatkan Tuhan di sepertiga malamnya.

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang