Bab 37

10.4K 918 93
                                    

Bang Hendra seakan sedang menjadi tersangka, setelah tadi pagi papa memberikan restunya kepada kami, dan ketika bang Hendra menghubungi dokter Sachi tak ada respon, maka pagi itu juga kuajak beliau kembali ke Jakarta untuk bertemu dokter Sachi.

"Ini minggu yang, Aci biasanya lagi kumpul sama keluarga nya"

"Beliau lagi kosong di rumah"

Kutunjukan pesan yang di kirimkan dokter Sachi pada ponsel bang Hendra, memang sejak di rumah ponsel itu aku kuasai, pasalnya untuk mencegah bang Hendra memberikan kode kepada sang sahabat.

Setelah kukirimkan pesan pada dokter Sachi apakah beliau sedang repot, atau sedang ada acara, dan ternyata beliau sedang ada di rumah bersantai karena semua anak-anak beliau sedang di rumah orang tua dokter Sachi.

Ketika tiba di kediaman pak Satria, dan kami mengetuk pintu rumah nya dengan begitu banyak pertanyaan dari benak dokter Sachi akan kunjungan kami berdua ketika beliau membukakan pintu.

"Duduk Sin"

Begitu ramah dokter Sachi mempersilakan ku duduk, kemudian memanggil sang suami untuk memberitahu akan kedalam ku dan bang Hendra.

"Dalam rangka apa Hen?"

Pak Satria dengan senyum khas manisnya, duduk bergabung bersama kami semua setelah menyalamiku dan bang Hendra.

"Main aja, kagak boleh?"

"Boleh lah"

Dokter Sachi duduk di samping sang suami setelah menjawab pertanyaan bang Hendra sambil meletakkan minuman yang di bawa oleh asisten rumah tangga beliau.

"Tegang banget muka lu? Muka santai aja kalau yang lain boleh lah tegang"

"Ayah"

Aku jadi ingin tertawa mendengar pak Satria yang menggoda bang Hendra tetapi di tegur oleh sang isteri.

"Maaf dokter Sachi, kedatangan kami kesini cuma ingin menanyakan sesuatu, tetapi sekali lagi Sinta memohon maaf kalau ini terlihat lancang"

"Kenapa?"

Pasangan suami isteri yang berawal terlihat santai ingin menggoda bang Hendra kini berubah menjadi serius.

"Kemarin Sinta bertemu dengan dokter Karin"

Kuceritakan semua yang kuobrolkan dengan dokter Karin dimana yang sebenarnya beliau tak membutuhkan pegawai tambahan waktu itu akan tetapi karena permintaan bang Hendra agar aku bisa bekerja dengan beliau dan tak bekerja dengan orang lain, maka dokter Karin merekrut ku menjadi karyawan nya.

"Apa sebenarnya Sinta itu juga tak lulus ujian magang, dan dokter Sachi juga di paksa sama bang Hendra untuk merekrut Sinta?"

Seketika dua orang pemilik rumah ini terkejut, menatap bang Hendra dan diriku bergantian.

Secepat nya dokter Sachi menguasai keadaan, berdehem dahulu kemudian membuka suara untuk menjelaskan tentang kelulusan ku menjadi karyawan beliau.

"Sinta lulus kok, asli lulus ujian nilai kamu bagus-bagus"

Dokter menoleh kearah bang Hendra, kemudian kembali menatap ku.

"Sudah terlanjut tahu, lebih baik kita jujur saja ya Hen?"

Bang Hendra mengangguk untuk menjawab pertanyaan dokter Sachi.

"Kamu asli lulus hanya saja sebenarnya kamu tak bisa masuk di pelayanan poli spesialis ortopedi karena memang kamu belum ada pengalaman disana serta kamu juga belum ada sertifikat pelatihannya, jadi benar ada unsur permintaan dari Hendra jika dia meminta kepada saya untuk menempatkan kamu di poli orthopedi, bukan untuk menggantikan Fajar akan tetapi sebagai partner Fajar mendampingi Hendra"

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang