Bab 46

26.6K 1.1K 140
                                    

Waktu terasa begitu cepat kala hati telah berbahagia, dan siapa tau jika bang Hendra bergerak cepat seperti hari ini,  satu minggu yang lalu lamarannya baru saja diterima oleh papa dan siang inilah keluarga dari bang Hendra datang ke Bandung untuk melamarku secara resmi kepada orangtuaku.

"Teteh itu buah sama puding nya  potong  terus simpan di  kulkas"

"Adek, kalau ngelap piring sudah selesai?"

"Kakak kue nya sudah di tata dimeja belum?"

Suara mama semenjak pagi sudah menggema didalam rumah, memberi intruksi kepada tiga anaknya yaitu diriku dan kedua adikku.

Beberapa kerabat dekat mulai berdatangan sehingga kini waktuku untuk berlanjut menyiapkan diriku menyambut para tamuku nanti karena pekerjaan telah beralih pada para tante.

[Sayang sudah bangun?]
[Sayang bangun sudah siang nih]
[Sayang ini abang mau berangkat]
[Sayang satu jam lagi sampai jangan sampai kamu masih tidur ya]

Pesan dari bang Hendra sejak tadi pagi disaat diriku yang dikira masih tertidur pulas tetapi dalam kenyataannya sudah pergi kepasar menemani mama belanja.

Dan pesan terakhir serta panggilan tak terjawab sebanyak tujuh kali membuatku segera berlari kekamar mandi.

Kadang kalanya manusia salah, ketika akan bertemu atasan,  calon mertua, kekasih hati betapa sibuknya bersiap membersihkan badan, memakai pakaian yang terbaik, berhias secantik mungkin dengan berdalih menghormati tetapi berbeda ketika akan bertemu Tuhannya,  tadi subuh diriku cukup menggosok gigi dan berwudu ketika akan sholat subuh dan tetap mengenakan piyama tidurku ketika kujalankan sholat dua rakaat berbeda dengan saat ini aku telah sibuk mempercantik diriku.

Selesai mandi yang tak butuh waktu lama,  dan segera kuganti bajuku yang hari ini telah di siapkan oleh mama bang Hendra dari dua hari lalu,  yang mana berpasangan dengan kemeja milik bang Hendra,  karena selain lamaran resmi calon ibu mertua ku itu menginginkan hari ini sekalian kami melakukan tukar cincin dan penentuan hari pernikahan.

Mungkin bagiku ini begitu cepat dan sangatlah cepat akan tetapi bagi mama dari bang Hendra ini sudah sangat lama penantian beliau.

"Teh,  sudah mau di mulai nih"

Sibungsu, saudari perempuan ku yang paling manja dirumah ini baru saja masuk dengan dirinya yang memang sudah bersiap-siap sejak pagi,  karena dirinya termasuk penghuni rumah paling malas dalam mengerjakan pekerjaan rumah,  akan tetapi paling rajin dalam berdandan untuk menyambut acara makan-makan.

"Bentar lagi,  dek lihat udah pas belum"

Aku memang tak butuh makeup kesalon,  karena diriku cukup mahir dalam berdandan sejak menjadi mahasiswi, apalagi selama ini bekerja pada klinik kecantikan sehingga membuat ku terbiasa untuk sekadar bermakeup natural dan menata rambutku sendiri.

"Kasih hiasan rambut lebih bagus deh kayaknya Teh"

Kembali kedepan cermin untuk memperbaiki dandanan,  akan tetapi tiba-tiba salah satu tamuku ikut masuk kedalam kamarku.

"Assalamualaikum"

Salam riangnya,  senyum tuluh bahagia nya menyapaku yang tak lain adalah calon anakku,  yaitu Hana putri tunggal bang Hendra.

"Cantik banget bunda"

Kurasa pujian ini tulus bukan modus seperti yang ayahnya sering katakan padaku.

"masak?"

"Iya,  pasti ayah klepek-klepek"

Memang dasar anak bang Hendra ini,  ternyata begitu manis ucapannya seperti sang ayah,  bahkan mampu membuat ku merasakan malu di hadapan dua remaja putri ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang