Bab 27

10.6K 808 26
                                    

Segala cara yang kurencanakan telah berjalan lancar, bahkan kini Sinta juga telah mulai bekerja di klinik milik Karin, dan kami kini sudah mulai lebih dekat, sudah sering makan malam bareng, bahkan ngambek-ngambekan juga pernah.

Sesuai saran senior Satria, si duda yang sukses mendapatkan anak perawan om Erix, si bos besar Sachi, aku juga harus mendekati keluarga dari Sinta, yang mana aku berniat ingin berkunjung ke Bandung pun belum tersampaikan, karena Karin yang meminta Sinta bekerja sehari penuh di setiap akhir pekan, yang alasannya agar tak ketara jika ini adalah rencana ku.

Beruntungnya orang tua Sinta hari ini berencana akan ke Jakarta, tak akan kusia-siakan kesempatan ini untuk bertemu, berkenalan dan pastinya aku harus jujur niat ku yang tulus pada Sinta.

Kata Sachi aku harus gerak cepat sebelum di dahului para perjaka, karena menurut Sachi duda harus terdepan, agar pamor sang suami yang telah terbukti itu tak jatuh nyungsep.

Sejak pagi aku sudah bersiap, mulai dari mencukur rambut ku, membeli kemeja dan sepatu baru, mungkin jika diriku di bilang tua-tua keladi, aku akan menerima nya.

"Ngapain lu, pagi-pagi kesini?"

Baru saja aku melanjutkan masuk kedalam halaman rumah om Erix, tetapi sang menantu sudah menegurku dengan keji.

"Mau minta makan"

Kuabaikan Satria yang duduk pada kursi di teras, dengan bermain game di ponsel berdampingan dengan sang putra.

"Kenapa lu kemari?"

Aku hanya terkekeh geli dengan diriku sendiri, niat ku datang kesini adalah untuk meminta pendapat Sachi akan penampilan ku.

"Tumben lu hari libur sudah mandi"

Dasar memang emak satu ini, hafal betul sama kebiasaan ku, yang jika hari libur cuma kuisi untuk tidur seharian tanpa mandi tetapi tetap makan.

"Keren nggak?"

Sachi berawal meneliti diriku dari atas hingga bawah, kemudian terkekeh geli selanjutnya memanggil sang anak si kembar.

"Menurut kalian om Hendra keren nggak?"

Dua bocah kembar yang masih berada di bangku sekolah dasar itu memandang ku tak jauh beda dengan sang bunda.

"Sip, sudah mirip bang Saka"

Keduanya memberikan jempol tanganya, bahkan mengatakan diriku seperti sang kakak yang masih di sekolah menengah atas.

"Doain ya, gue mau ketemu calon mertua nih"

"Semoga lancar ya, jujur saja ngomong nya jangan ngaku-ngaku perjaka lu"

Nasihat Sachi yang di berikan sambil berjalan keluar menuju halaman rumah, membuat Satria yang masih berada di teras mendengar suara sang isteri.

"Mana percaya bun kalau dia ngaku perjaka, tampang saja kayak sepantaran Daddy"

Kurang ajar memang Satria ini, sang anak kembar nya saja menyamakan ku seperti sang putra, ini malah di sama kan mirip sang mertua.

"Iri bilang bos"

Dan siang ini di saat makan siang, aku yang mampir terlebih dahulu membeli kue untuk ku jadikan oleh-oleh untuk orang tua Sinta, akhirnya bisa bertatap muka dengan keduanya, bukan hanya kedua orang tua Sinta, melainkan ada dua adiknya, satu cowok yang masih menjadi mahasiswa kedokteran gigi dan sang adik bungsu masih berada di bangku sekolah menengah atas, selisih lima tahun dari Hana putriku.

"Dokter, sini"

Lambaian tangan Sinta dan memanggilku, mungkin dirinya yang melihatku mencari keberadaan dirinya dengan keluarga nya.

Pertemuan pertama yang mengesankan, kedua orang tua Sinta yang begitu asik, ketika kami mengobrol, kurasa tak ada masalah pada keluarga Sinta, meskipun di awal aku bercerita tentang keadaan diriku yang sebenarnya, sesuai saran Sachi jika aku harus jujur tentang status ku.

Hingga kukatakan jika niatku mendekati Sinta itu tak main-main, aku serius dengan Sinta di masa depan, kedua orangtuanya pun bisa menerima ku.

Memberikan nasihat kepada ku dan Sinta jika kami telah dewasa bahkan memiliki masa lalu dan pengalaman berkomitmen masa lalu, yang harus menjadikan itu sebuah pelajaran hidup untuk kedepannya, jika komunikasi, saling percaya itu penting, dan restu keluarga.

Aku tahu jika di hubungan Sinta yang terakhir kalinya terganjal oleh restu orang tua dari mantan kekasihnya, mungkin ini sesuatu kode dari orang tua Sinta bahwa kami juga harus mendapatkan restu dari orang tua ku, dan putri ku.

Sepulangnya dari makan siang, yang sebelumnya mengantarkan Sinta ke klinik terlebih dahulu.

"Sin"

"Ya?"

"Kamu kenapa diam saja dari tadi?"

"Enggak kok dok"

Kata enggak bukankah berarti iya dalam kamus seorang wanita, sepertinya ada sesuatu yang menjadi beban pikiran Sinta, entah karena aku yang berkenalan dengan orang tua nya dan mengatakan niat serius ku padan tanpa memberi tahu nya terlebih dahulu atau karena nasihat orang tua Sinta yang menyinggung masalah restu keluarga.

Perjalanan pulang aku pun mulai merencanakan sesuatu untuk ku kenalkan Sinta kepada keluarga ku, dan sebaiknya Sinta kenal terlebih dahulu dengan Hana, jika Hana menerima Sinta pasti kedua orangtuaku akan menerima nya.

Memang ada sesuatu beban pada Sinta, karena sejak siang ku antar dirinya kembali ke klinik hingga malam hari di saat seharusnya dirinya sudah pulang bekerja, pesan yang ku kirimkan tak ada respon apapun darinya.

"Bisa gila gue"

Tak ada orang di rumah selain asisten rumah tangga beserta sang suami yang menjadi sopir keluarga ini, kedua orangtuaku sedang berada di Yogyakarta ada pekerjaan serta adiku sedang melaju putra keduanya, sehingga membuat ku harus kesepian, sedangkan putriku Hana tinggal di Surakarta bersama sang nenek dari ibunya, karena memang permintaan sang nenek yang kata beliau adalah pengganti sang putri.

Biasanya hidup ku yang sepi ini akan kuisi dengan bermain di luar rumah, entah berkaraoke, nongkrong di cafe, atau sekedar ke club malam menikmati live music.

Tetapi tidak sejak tiga tahun terakhir ini, mungkin hanya sekedar nongkrong dari cafe ke cafe, atau nonton konser musik, nonton bareng siaran bola, dan memang karena aku butuh teman di saat aku sendirian.

Berkat Sinta, dunia itu semua sudah tak lagi kulakukan bahkan untuk sekedar minum kopi di cafe ngobrolin dunia laki-laki pun tidak, karena di setiap malam kita yang makan malam bersama, dan sesudah nya aku pulang kerumah bisa merasakan tenang, dengan di temani saling mengirimkan pesan.


Tbc

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang