bab 35

12.2K 929 52
                                    

Beruntungnya bang Hendra hanya menggodaku, tak mewujudkan apa yang kuinginkan, sehingga semalam kami tak sampai mengulang apa yang kami berdua janjikan tak akan mengulangi nya lagi.

"Bang pingin"

Pagi ini saat aku membuka mata, dan bang Hendra yang juga sudah terbangun, tidur di atas ranjang dan menoleh kebawah dimana aku tertidur.

"Awas aja nanti kalau minta cium"

Semalam bang Hendra benar-benar menggodaku, aku yang sudah terbuai akan perlakuan nya, hingga tanpa sadar kuungkapkan hasrat yang kurasakan, bang Hendra tak melakukan apa yang semestinya di lakukan suami istri akan tetapi membantu ku untuk mencapai puncak kenikmatan itu dengan cara lain, dan setelah aku mendapatkan itu semua bang Hendra seperti pagi ini, menggodaku habis.

"Sebenarnya abang juga pingin, tapi abang sudah janji"

"Sinta sih kalau nggak di pancing sih nggak pingin, tapi Abang mancing-mancing terus"

Tawa bang Hendra pagi ini begitu renyah menertawakan ku, karena kejujuran ku yang memang apa adanya dari hatiku.

Aku sebenarnya tahu jika semalam bang Hendra juga sama dengan ku, mungkin dirinya masih kuat menahan itu semua, karena semalam setelah aku mendapatkan pelepasan ku dengan bantuan bang Hendra, badan terasa begitu lepas, akan tetapi terasa lega, dan itu pertama kalinya aku merasakan.

Sesudah itu rasa kantukku terasa berat, dan terakhir kali aku mendengar bang Hendra izin mandi yang katanya gerah dan meminta ku untuk mengenakan bajuku sebelum aku tidur.

"Entar malam abang tidur rumah ya, Hana datang"

"Iya bang"

"Kenapa ngelamun? Takut sendirian?"

"Enggak kok, cuma Sinta mau minta saran ke abang misal Sinta keluar dari klinik dokter Karin gimana?"

"Terserah kamu, gimana enaknya?"

"Sinta sering izin sabtu minggu disana, padahal peraturan kan nggak boleh cuti sabtu minggu, rasanya enggak enak sama yang lain"

Bang Hendra kembali turun ke kasur bawah dimana aku tertidur, dengan tangan yang mengusap lenganku lembut mendengar kan semua curhatanku.

"Sinta pinginnya akhir pekan bisa pulang ke rumah"

"Ya udah keluar aja, nanti abang bantu ngomong ke Karin"

"Enggak apa-apa kan bang?"

"Nggak lah"

"Sinta juga mau coba lamar kerja jadi asisten dokter penyakit dalam, setiap akhir pekan libur dan beliau praktek nya juga cuma pagi aja kan lumayan bang"

"Dokter siapa?"

"Belum tahu, kemarin sih mas Fajar yang kasih info"

"Terserah kamu sih, yang penting nyaman nggak kecapekan"

Seakan sedang curhat dengan papa, bukan dengan kekasih yang mana selalu mendengar apa yang kita keluhkan serta di akhiri dengan solusi dan pesan-pesan.

Pagi ini seperti biasanya, poli tutup dan bang Hendra juga tak praktek di rumah sakit umum, cukup datang kerumah sakit untuk visite pasien di bangsal dan setelahnya beliau akan pulang kerumah orang tua nya, sedangkan diriku hari ini tetap masuk ke klinik dokter Karin seperti di akhir pekan biasanya yang mana pagi hingga malam hari.

"Cieh keramas pagi-pagi"

"Apaan sih"

"Bang pingin"

"Gelo"

Kutinggalkan bang Hendra yang berdiri di depan kamar berpapasan dengan ku yang keluar dari dalam kamar sehabis bersiap-siap untuk bekerja.

Cinta LokasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang