Tak ada satupun manusia yang tau tentang takdir begitupun aku
~
ShaniShani POV
Ada yang aneh dengannya aku melihat raut ketakutan dan kekhawatiran darinya tapi aku tidak tau apa , aku tak berhasil memecahkannya, ada apa sebenarnya denganmu, apa ada masalah padaku yang membuatmu begitu khawatir terhadapku, memang sekarang aku merasa lebih mimisan dan lebih sering sakit kepala yang tidak tertahan tapi aku tidak tau apa penyebabnya, jika ku tanyakan padanya atau pada papa pati mereka hanya akan menjawab jika aku bik-baik saja dan hanya perlu bertahan dan berjuang, apa karena kehilangan yori, tapi apa sampai begitunya
"udah istirahatnya tuan putri?" dia masuk ruanganku se enaknya dan menyematkan nama padaku juga se enaknya
"ada apa pangeran kodok?" karena kesal ku jawab begitu
"ko pangeran kodok? ganteng gini di samain sama kodok" protesnya
"ya terserah aku dong, kamu juga manggil aku se enaknya" jawabku ga mau kalah
"hem tereserah kamu aja deh, asal kamu bahagia"
"kaya judul lagu aja" dia lalu menatapku dengan intens, tatapan yang biasanya menatapku dengan hangat kini taka ada, yang ada hanya tatapan khawatir dan takut, aku rindu tatapan hangatnya, sampai aku melihat sedikit genangan air di pelupuk matanya, tidak di tatap dengan pandangan seakan aku akan pergi sebaiknya aku menyadarkannya
"ehem... natapnya biasa aja dong, aku tau aku cantik ko, tapi ga usah di liatain gitu"
dia gelagapan
"eh ah.."
"eh betewe mamah sama papa kemana, kenapa aku ga liat mereka?" tanyaku
"mereka ke kantin, lapar katanya"
"bagus berduaan terus aku di tinggal sendirian ya" keselku dan melipat tangan di dada
"yaudah sih kan ada aku, si pangeran kodok" dia lalu duduk di sampingku
"idiiih pangeran kodok"
"ya kan tadi kamu bilang aku pangeran kodok , iya kan"
"terserah deh. kodok"
"hem putri tidur"
"biarin jadi putri tidur nunggu dibangunin pangeran tampan"
"idiiih pengen banget di bangunin pangeran, yang ada di tinggalin pangeran kalo liat putrinya kaya gini"
"maaf siapa anda ya berani mengatur kisah saya?"
dia malah ketawa
"hahahaha maaf saya tidak bermaksud mengatur kisah anda saya hanya ingin membangunkan seorang kentang yang sedang halu"
"eh berani banget kamu bilang aku kentang, belum tau seberapa sempurnanya aku ya"
"hahahahahahahhaha kamu salah minum obat apa gimana, so soan sempurna"
"emang iya ko" keukeuh ku
"hahahah tersera kamu deh, cuma kayanya aku nanti ngasih obat tambahan kayanya kamu panas" ucapnya lalu menyentuh dahiku
"enak aja, eh aku baik-baik aja ya" aku masih keukeuh
"hahaha terserah kamu" dia memegangi perutnya karena sakit terlalu banyak tertawa, aku lebih suka dia yang seperti ini tidak seperti tadi saat dia menatapku dengan khawatir walau jadi di sangka sakit demam
"udah ketawanya?" tanyaku saat dia menyeka air matanya karena tertawa
"haahh kamu lucu banget sih" dia mencubit kedua pipiku
"sakiiiiit zano" ku balas cubit pinggangnya
"aaawww iya iya yaudah jangan cubit lagi ampun, aku kan nubitnya pe;am kenapa kamu balasnya kenceng banget, bisa merah kalo gini caranya" dia mengelus pingganggnya yang kucubit, entah kekuatan darimana aku mnyubitnya sekenceng itu
"maaf kalo kekencengan, abisnya"
"hem ga apa-apa ko, aku jadi tau, kalo tenaga kamu udah mulai pulih, walau belum sepenuhnya" dia terlihat bahagia melihat perubahanku, apa ini akan jadi kabar baik
tiba-tiba sesuatu mengalir dari hidungku, lagi
"shan hidung kamu" dia panik lalu mengambilkan aku tisu
"terima kasih" aku mengambilnya dan mengelap darah yang mengalir dari hidungku
"jangan khawatir gitu aku udah mulai terbiasa ko mimisan kaya gini, udah ga asing"
"ada apa nak" suara dari arah pintu membuat kami menoleh ke arahnya
"ga apa-apa ko pah, aku cuma mimisan" jawabku karena zano tidak menunjukkan akan menjawab pertanyaan papa
"ko bisa?" tanya mama yang sudah di sampingku dan mengelus punggungku
"ga tau mah, udahlah ga usah di perpanjang"
"om aku mau bicara sama om, tapi ga di sini"
"kenapa ga di sini aja, aku juga mau tau, jangan sembunyiin apapun dari aku, aku berhak tau tentang kondisiku sendiri, itupun kalo kalian masih mau aku bertahan dan berjuang" tegasku
mereka hanya menatapku dengan tatapan bingung
"ayo, mau ngomong apa, malah bengong, kalo ga jawab aku bakalan kabur lagi dari sini karena percuma kalian ga ngasih tau aku tentang kondisiku sendiri" entah kenapa aku berfikir seperti ini tapi aku hanya ingin tau
"yaudah aku kasih tau tapi jangan kabur" ucap zano akhirnya
papa tampak kaget, kenapa?
"yaudah kamu mau bilang apa?"
"kamu bisa segera di operasi shan" ucapnya pelan tapi pasti, apa aku tidak salah dengar, akhirnya
"kamu akan di cek lebih dulu untuk kesiapannya, baru kamu bisa menjalani operasi"
"kamu serius nak" tanya papa tak percaya
"iya om"
"akhirnya" papa lalu memeluk zano dengan raut bahagia aku terharu melihatnya, sedangkan mama memelukku dari samping dan menciumi puncak kepalaku
"aku harap kamu ga ngedrop lagi, jadi semuanya bisa lancar"
"amiin" seru mama dan papa bersamaan
"kalo gitu aku mau pergi dulu, masih ada yang harus aku urus"
"iya terima kasih ya nak"
"iya om"
"shan nanti aku balik lagi ke sini"
"iya makasih ya"
"HAH?" kenapa?
"kamu bilang apa?" tanyanya
"makasih"
"sama-sama" dia tersenyum manis aku terdiam melihatnya tersenyum seperti itu, sadar shani sadar
"yaudah aku pergi, bye"
"hem bye"
dia lalu melangkah pergi ke luar, entah kemana
"kamu harus kuat sayang" papa menghampiriku dan memelukku tak lupa menciumi puncak kepalaku
Siapa yang sangka hal ini akan terjadi, aku begitu menantikan kabar di mana aku bisa di operasi agar tumor di kepalaku segera hilang dan aku dapat terbebas dari tumor walaupun tidak mudah tapi aku akan berjuang
Terima kasih Tuhan, ternyata keajaiban itu benar-benar ada, sekarang hanya tinggal berjuang semaksimal mungkin sekali lagi terima kasih
Banyak update hari ini untuk membayar kemarin-kemarin yang menghilang
Harus siapin hati dan jantung kalo nerusin cerita yang ini karena ceritanya yang kebanyakan sedih kadang juga bahagia intinya hati author ambyar, semoga feel nya sampe ke pembaca amin
Maaf kalo ada typo 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctors (END)
أدب المراهقينSeorang gadis yang berputus asa melawan penyakit yang di deritanya merasa tidak berguna lagi hidupnya dan merasa hanya membebani orang-orang yang ia sayangi sampai akhirnya datang seseorang yang merubah segalanya "jangan mengenalku lebih dalam atau...