"Apa maksudnya!? Membiarkan orang luar masuk ke keluarga ini!?" Fellix beranjak dari duduknya, dan menunjuk Alexa.
"Dia bukan orang luar, Fellix!" Alexander tidak terima, membuat adiknya itu mendecih.
"Jaga sikapmu Fellix!, dia adalah putri kandungmu!" ceplos oma, membongkar rahasia yang mereka simpan bertahun-tahun.
Sialan! Rencanaku bisa gagal, kalau gadis ini kembali masuk!
Tangan Celine mengepal diam-diam."Ma!" protes Alexander dan Tessa, namun opa mengangkat tangan, meminta mereka untuk diam.
"Sudah saatnya bagimu untuk sadar, Fellix. Putri yang kau anggap meninggal 10 tahun yang lalu, sebenarnya masih hidup," jelas opa.
"Jadi apa!? Kalian memasukkan pembunuh ini lagi ke dalam keluarga kita!?"
DEG!!!
Alexa menunduk, ia memejamkan matanya erat."Dia bukan pembunuh. Dan papa tak menerima penolakan, Fellix!" tekan opa, menatap lekat Fellix.
"Baik! Dia boleh tinggal. Tapi jangan harap kalau kuanggap dia sebagai putriku!" tegas Fellix lagi, menunjuk ke arah Alexa.
"Jangan harap pula saya menganggap kau sebagai ayah anda, Tuan!" Alexa bernjak dari duduknya. Ia menatap Fellix tajam.
"Bagus, kalau kau tau diri!" Fellix langsung beranjak dan pulang bersama Celine.
Sialan! Jadi gadis ini akan kem... Tunggu dulu! Kalau dia kembali, akan lebih mudah bagiku untuk membunuhnya.
Celine menyeringai diam-diam."Alexander, Tessa. Kami ingin bicara dengan kalian," ujar opa, lalu keempat orang itu pergi ke kamar.
Alexa mengalihkan pandangannya ke arah buket bunga yang diberikan Celine tadi.
Nerium oleander. Terlihat cantik di luar, namun busuk di dalam. Sama seperti pemberinya.
Alexa lalu memanggil seorang maid."Bakar bunga beracun ini! Jangan sampai siapapun memakannya!" perintah Alexa.
"Baik nona."
Kau mau bermain racun, Celine? Baiklah! Akan kutunjukkan racun paling mematikan di dunia!
Tangan Alexa mengepal, mengingat wajah Celine.****
*Mansion Fellix
"Al mau tante antar ke kamar?" Alexa menggeleng, tidak ada yang boleh masuk ke kamarnya, bahkan maid sekali pun."Yaudah, tante ke kamar ya." Alexa mengangguk.
Alexa naik ke lantai 2. Ia membuka pintu kamarnya, lalu segera menutupnya kembali.
Alexa menatap ranjang yang berantakan, foto keluarga dengan wajahnya disilang merah memenuhi dinding, bercak darah yang sudah mengering ada di mana-mana, gunting, kaca, dan cutter berserakan.
Alexa mendongak menatap langit-langit. Tali yang pernah ia gunakan untuk menggantung dirinya juga masih ada.
Masih sama persis.
Alexa tersenyum miris, lalu mulai memungut barang-barang yang berserakan di lantai. Sisanya biarlah tetap di sana, ia tidak keberatan..
.
.
.
.
.
.
Keesokkan harinya...
"Al, ayo bangun." Tessa mengetuk pintu kamar Alexa. "Al?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption [TERBIT]
AçãoSeorang anak kecil kabur dari rumahnya sendiri, karena tidak tahan dengan tuduhan dan perlakuan keluarganya. Ingin membela diri pun tidak bisa karena tidak adanya bukti. Sedangkan si pelaku semakin mengadu dombakan keluarganya. Rencana demi rencana...