WARNING!!
Mengandung adegan mengerikan. Bagi yang tidak nyaman, harap langsung scroll ke bawah!****
*Rumah sakit"Al?" Fellix membuka pintu.
Keduanya melihat gadis yang duduk menatap kosong ke depan. Dahi dan tubuhnya dibalut perban. Baju rumah sakit yang dipakai menjelaskan kalau ia adalah pasien rawat inap.
Reva mendekati gadis itu. Ia duduk di sampingnya. "Al, ini mama." gadis itu tidak bergeming, ia masih menatap kosong.
"Al, mama minta maaf. Mama tahu mama salah. Mama tahu mama bodoh. Mama sudah renggut kebahagian Al sejak kecil. Mama... Mama minta maaf." Reva menundukkan kepalanya, ia mengenggam tangannya sendiri.
"Keluar," Reva mendongak.
"Al?"
"Keluar." terlihat rahang gadis itu mengeras.
"Al, ma..." "Keluar!! Kubilang keluar!! Keluar!!!" gadis itu mencengkram kepalanya.
"Ada apa ini? Siapa kalian?" seorang dokter memasuki ruangan bersama dua orang suster.
"Keluar!! Keluar!!!"
"Dokter, tekanan darah pasien meningkat dengan drastis!"
"Keluar!! Arrgghhh!!!!"
"Bapak dan ibu tolong keluar. Mental pasien ini belum stabil," usir dokter itu.
"Tapi, kami..." "Fellix, biarkan mereka bekerja. Kau tega melihat Al kesakitan seperti itu?" Alexander yang baru datang menepuk bahu Fellix.
"Arrgghhhh!!!!"
"Suster, cepat panggilkan suster lainnya! Jahitannya bisa terbuka kalau dia mengamuk lebih parah!"
"Baik, dok!"Fellix mengangguk lalu keluar bersama Reva.
"Sebenarnya kenapa Al sampai bisa mengamuk?" Alexander menatap adiknya.
"Aku juga tidak tahu. Reva baru saja minta maaf, lalu Al langsung berteriak dan mengamuk."
"Kau sama sekali tidak bertanya dulu pada bodyguard tentang keadaannya?" tanya Tessa yang memeluk Reva.
Fellix menggeleng, membuat Alexander memijit pangkal hidungnya.
"Aku tahu kau sangat menanti Al. Aku dan Tessa juga, tapi harusnya kau lebih berhati-hati." Alexander menghela napas melihat adiknya hanya diam saja. "Bodyguard mengatakan Al kalau ditemukan terdampar oleh warga setempat."
"Saat itu 4 tulang rusuk Al patah, untungnya tidak ada organ dalam yang terluka. Tubuhnya dijahit karena banyak luka sayatan yang dalam, dan sempat ada pendarahan juga di otaknya," jelas Alexander.
Separah itu?
Fellix menggigit bibirnya.Cklek...
"Dokter, bagaimana anak saya!?" dokter itu sedikit terperanjat karena Fellix langsung menanyainya."Pertama, tolong tenangkan diri anda, pak. Pasien sudah tidak mengamuk lagi, saya sudah memberikan obat penenang." Fellix menghela napas lega.
"Pasien baru saja sadar setelah 11 bulan koma. Meskipun kankernya sudah sembuh, ia kehilangan sebagian besar memorinya karena benturan keras. Jadi tolong jangan membuatnya berpikir terlalu keras."
"Mentalnya juga belum terlalu stabil, mungkin karena adanya trauma. Tolong jangan ingatkan pasien tentang hal negatif, karena ia sedang sensitif."
"Baik, dok," sahut Alexander.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption [TERBIT]
AcciónSeorang anak kecil kabur dari rumahnya sendiri, karena tidak tahan dengan tuduhan dan perlakuan keluarganya. Ingin membela diri pun tidak bisa karena tidak adanya bukti. Sedangkan si pelaku semakin mengadu dombakan keluarganya. Rencana demi rencana...