[45] Suspicious

9.7K 773 27
                                    

Apa-apaan... dimana aku?
Fellix celingak-celinguk saat menemukan dirinya di ruangan gelap.

"Rey! Celine! Charles! Keisya!" Fellix meneriaki satu per satu.

Pats!!
Fellix menyipitkan matanya saat cahaya terang menusuk.

R... Reva.
Tubuh Fellix bergetar melihat istrinya yang terbalut gaun putih ditusuk dengan pisau dari belakang.

"Akhh...! Akhh...!" dengan tidak sadar, air mata Fellix mengalir. Ia teringat melihat mayat Reva 10 tahun yang lalu.

"Rev..." ucapan Fellix terhenti melihat pelaku yang menusuk Reva.

"Ce... Celine!?"

Celine menatap Fellix lalu menyeringai. Ia menarik kembali pisaunya.

"Fellix... cepat lari..." Reva ambruk bersimbah darah.

"Terkejut, hm?" Celine semakin menyeringai melihat raut wajah Fellix yang marah bercampur sedih. Ia berjalan mendekati Fellix, masih dengan pisau di tangannya.

"J-Jadi kau yang..." Celine tertawa, lalu memotong ucapan Fellix, "Kau memang sangat mudah untuk dibodohi."

"Karena kau sudah tahu... Bagaimana kalau kau menyusul istrimu?" Celine mengayunkan pisaunya.

Dorr!!
Sebuah tembakan membuat pisau di tangan Celine terpental cukup jauh.

"Siapa..." "Kau tidak mungkin lupa denganku, bukan?"

Fellix menoleh ke sumber suara. Namun cahaya terang kembali menusuk matanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bats!!
Fellix membuka matanya. "Lagi-lagi mimpi itu." Fellix mendudukkan tubuhnya.

Ini sudah yang ketiga kalinya. Apa yang salah denganku? Dan suara itu... siapa dia?
Fellix bangkit lalu menjalankan rutinitas paginya.

10 menit kemudian...
Cklek...
"Mas, kamu sudah mandi?" Celine ingin merapikan dasi Fellix, namun langsung ditepis.

"M... Mas?" Celine menatap Fellix tidak percaya.

"Tolong jangan dekati aku dulu." Fellix keluar dari kamarnya lalu segera pergi ke kantor.

Sialan! Ada apa dengan pria itu? Ini sudah yang ketiga kalinya!
Celine menatap pintu kamar yang ditutup Fellix.

Sudahlah, lebih baik aku mencari surat warisan itu.
Celine segera mencari ke seluruh sudut kamar.

****
*Anderson Group
Fellix menatap kosong presentasi client-nya. Ia sama sekali tidak fokus.

"Pak? Pak Fellix? Bapak?"

"Ah... Iya?" Fellix tersadar dari lamunannya.

"Bagaimana, Pak? Apa anda setuju dengan konsepnya?, atau anda memiliki ide lain?" Fellix tersentak.

"Ah... Maaf, Pak. Bisa diulang lagi?" client Fellix menghela napas panjang.

"Pak Fellix, saya mengerti anda mungkin masih syok atas kejadian 3 hari yang lalu. Tapi jika anda memang belum siap bekerja, sebaiknya meeting ini kita tunda dulu, Pak." Fellix terdiam.

The Redemption [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang