Murka

417 48 21
                                    

' Kami ada dan kami nyata!'






















Al mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Irene yang tidur lelap di dada bidangnya. Sejak saat Al menangis di pelukan Irene,kedua kakak beradik itu tidak beranjak dari tempatnya,sampai membuat Irene ketiduran. Al mendongak melirik pada jam yang bertengger di dinding menunjukkan pukul 02:00 dini hari. Setelah itu, Al memangku tubuh mungil Irene secara perlahan tanpa membangunkan gadis itu,lalu menidurkannya di kasur Al.

Al tersenyum sendu menatap sayu wajah kakaknya yang sangat damai ketika ia sedang tertidur. Namun hal itu sekaligus membuat Al sedih,dan perasaan bersalah kembali menyeruak di dadanya.

"Maafin Al kak,harusnya kami menyambut kedatangan kakak dengan penuh suka cita,bukan dengan keributan seperti ini. Maafin Al karena selalu menjadi beban buat kakak, Al sayang kak Irin." Lantas Al mengecup kening kakak perempuannya itu dengan penuh kasih sayang.

Sesudah memberi kecupan pada Irene,Al beranjak dari kasurnya ia mengambil jaket hitam kebanggaannya yang terdapat nama Pandawa pada jaket itu. Raut wajahnya berubah menjadi dingin yang menusuk. Ia mengeluarkan benda pipih di dalam sakunya dan segera menelpon seseorang.

"Kumpul semua di markas sekarang!"titah Al kepada seseorang di seberang telpon.

Kemudian Al memakai jaketnya menyisir rambutnya dengan jari-jarinya. Sebelum keluar dari kamar, Al menoleh pada Irene sekilas,ia menghela napasnya kasar,lalu ia pun segera keluar dari kamar meninggalkan kakaknya yang tertidur lelap.

Sedangkan suasana di markas Pandawa kini sudah ramai oleh segerombolan pemuda berjaket hitam berlogo elang serta bertuliskan nama Pandawa di punggungnya. Terdengar desas-desus kebingungan dari mereka karena ketuanya menyuruh mengumpulkan mereka di jam seperti ini.

"Duh gusti mamah...Arvin ngantuk atuh, baru aja tidur sebentar,baru aja nyapa kasur di rumah,udah dipanggil lagi."keluh Arvin lesu.

"Ada yang gak rebes nih kayaknya,"gumam Javas.

"Beres bego!"ralat Banu.

"Sa gak pulang ke rumah?"tanya Arvin pada laki-laki yang sedang duduk santai sambil bertumpang kaki pada meja.

Aksa menggeleng. "Ketiduran."sahutnya singkat.

"Busettt—Aksa komuk bangun tidur aja masih cakep,lah Arvin?dah kek monyet baru lahiran,"ledek Javas yang disahuti gelakan tawa dari Banu dan beberapa anggota Pandawa.

"Gimana Vin lahirannya lancar?"tanya Banu tidak bermutu.

Arvin mendelik. "Kaga. di sesar gue!"jawabnya asal.

"Al dateng!"seru salah satu anggota yang langsung mengundang keheningan disana. Al datang dengan wajah sangat tidak ramah. Hampir semua orang di markas terkejut melihat wajah Al yang penuh dengan luka lebam. Tapi mereka tidak berani bertanya karena melihat wajah Al sekarang saja membuat nyali mereka langsung menciut.

"Ada yang keberatan gue suruh kumpul di malam selarut ini?"tanya Al tanpa ekspresi.

"Tidak!"jawab mereka lantang.

"Bagus."gumam Al.

"Alasan gu—"belum selesai Al bicara,tiba-tiba ada yang memotong ucapannya.

ALTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang