✨normal twins ✨

4.9K 179 3
                                    

Seorang anak berusia 16 tahun tengah duduk di atas ranjang, dia baru saja bangun tidur tanpa bantuan alarm. Kevan memang sudah biasa bangun pagi.

Tapi tidak dengan Naya yang masih bertahan pada posisinya, perempuan itu bersiap menangis karena setelah meraba-raba tempat tidur tidak mendapatkan sang kakak yang biasa dia jadikan guling.

"Huaaa...

Bruk

"Anjing!" Umpatnya membuka mata dan melihat pelaku KDHK (kekerasan dalam hubungan kembar) tengah duduk masih bertahan dengan gaya cool dengan rambut acak-acakan sehabis bangun tidur.

Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia baru membangunkan Naya dengan cara menendang perempuan itu hingga terjatuh ke lantai yang dingin dan keras.

"Ngape lo? Mau tuh mata buta?" Tanya Kevan masih menghayati gaya sok keren yang memang keren itu.

Apalagi, baju tidur yang dia pakai sudah terbuka setengah menampilkan perut rata yang mampu membuat perempuan mana saja meneteskan air liur, kecuali sang adik.

"Wah nantangin nih bocah, lo kenapa nendang gue nyet?" Naya bangun dari keadaan yang terlihat menderita dengan Kevan sebagai ibu tiri yang bertugas menyiksa dan Naya yang menjadi anak yang terzalimi di film azab ikan terbang.

Perempuan itu menjambak rambut Kevan "Heh! Durhaka lo sama abang sendiri!" Kevan melepaskan tangan Naya dari rambutnya.

Bisa botak lama-lama kalau terus Naya jambak seperti ini.

"Mama.. papa... Bangke bikin Naya hmphh...." Kevan membekap mulut Naya yang bersiap untuk berteriak dan membuat Kiara atau Agra marah dengannya nanti.

"Teriak! lo kalau sekolah gue ambil tuh Aurora, gue buang ke sungai" oh tidak bisa Aurora si kucing Oren, tidak boleh di apa-apakan, dia kesayangan Naya.

"Bang di Jakarta gak ada sungai" celetuk Naya, memikirkan sungai mana yang akan Kevan jadikan sebagai tempat pembuangan Aurora,bisa jadi duda Strom. Kan kasian anak-anaknya dapet ibu tiri nanti.

"Selokan aja" ucap Kevan, masuk kedalam kamar mandi.

Setelah beberapa saat Kevan keluar dari kamar mandi, dia ingin mengeringkan rambut namun melihat Naya yang kembali tidur di lantai seperti gelandangan membuat Kevan menjadi tega dan menggeleng-gelengkan kepalanya sehingga rambutnya yang basah mengenai wajah Naya.

Perempuan itu langsung bangun dan bersiap mengacak rambutnya lagi, sebelum Kevan menatapnya tajam.

Kalau tatapannya seperti ini Naya jadi takut abangnya akan marah. Naya langsung bergegas menuju kamar mandi. Naya keluar setelah lima menit.

"Bang!"

"Paan?" Kevan mengancingkan seragamnya yang masih baru.

"Abang kok mandinya lama, ngapain di dalam kamar mandi hayo, ngewik-"

CTAK!

"Aws... Kok dijitak bang?" Kevan gaya tersenyum melihat Naya yang mengusap kepalanya.

"Gini ya Na. Lo mandi jadi cepet itu karena lo tumpahin semua sabun campur sampo dan lo langsung berendam terus lo cuma bilas sama air doang, makanya cepat. Beda sama gue yang bersihin badan dulu. Jangan-jangan lo gak gosok gigi lagi"

Naya mengangguk, dia memang tidak pernah sikat gigi, terbukti dengan sikat giginya yang masih bersegel dalam kemasan "emang gak pernah" Naya mengambil seragam dan memakainya. Dia sudah memakai dalaman di kamar mandi sama dengan Kevan.

Kamar mereka dulunya dipisah. Tapi, Naya tidak ingin pisah dengan abangnya. Jadilah kamar mereka digabung dengan luas yang bisa untuk lari-larian dan main mobil-mobilan.

"Heh pantesan mulut lo bau" Kevan menyugar rambutnya dengan tangan.

"Jaga omongan lo! Gue gak gosok gigi terus dapet gigi putih ini gimana?" Naya menaruh telapak tangan didepan mulut dan meniupkan nafas lalu menciumnya "nah nafas gue juga gak bau dari mana hayo?"

Kevan mengendikkan bahu tidak tahu.

"Gue kumur kumur pake odol lah" memang benar apa yang dikatakan Naya. Dia memasukkan satu sendok penuh pasta gigi lalu memasukkan air dan kumur-kumur selama 5 menit sambil berendam di bathtub. Jika sudah dia akan membilas tubuh beserta dengan mulutnya.

"Au ah gelap, gue mau makan" Kevan meninggalkan Naya.

"Dih jadi Abang ngambekan" cibir Naya, menyisir rambut seadanya lalu ikut Kevan turun ke bawah.

"Good morning my love my heart" Naya mencium pipi sang mama dan sang papa.

"Kamu di ajarin siapa, ngomong manis. Kaya bukan Naya ?" Selidik Agra dan terkekeh saat Naya menunjuk Kevan.

"Dari playboy pa"

"Kamu kalau jadi playboy terus hati-hati dapat karma Van" timpal Kiara, yang dibalas putaran bola mata Kevan.

"Bukan karma dong ma" ucap Naya mencomot ayam goreng dan memasukannya kedalam mulut.

"Terus apa sayang?" Tanya Kiara setelah menaruh gelas dan meneguk isinya.

"Azab" celetuk Naya sukses membuat tawa Kiara dan Agra pecah.

"Suka banget nistain sodara sendiri. Sodara kembar lagi, abang lagi, kebanyakan nonton ajab lo Na" Kevan meminum air lalu menunggu Naya dengan memainkan ponselnya.

"Wa anjer bangke, tuh pacarnya banyak banget. Ada lope satu sampai lope 20, gak takut azab"

Kevan menjauhkan ponselnya dari Naya dan ikut memasang sepatu. Mereka berjalan menuju Kiara dan Agra yang sudah ada didepan pintu "assalamu'alaikum ma pa" Kevan telah selesai mencium kedua tangan orangtuanya.

Sedangkan si bungsu malah menengadahkan tangan, meminta uang saku.

CTAK

"Waanjieer sakit bangke!" Naya mengelus-elus kepalanya yang dijitak sang abang.

"Salam dulu baru minta jajan" Naya mengangguk menyalami kedua orang tuanya dan pipi mereka. Bonus katanya.

Agra memberikan mereka uang jajan sebesar 50 ribu masing-masing.

Berbeda dengan Kevan yang memasukkan uang jajannya kedalam saku, Naya malah diam dengan mata yang dikedip-kedipkan dan pipi yang digembungkan.

Siapapun yang melihatnya pasti akan gemas dan ingin membawa perempuan itu pulang.

"Kenapa lagi sayang?" Tanya Agra lembut.

"Kurang pa" dengan tidak sopannya Naya membuat Kevan marah sementara itu Kiara dan Agra hanya terkekeh dan memberikan uang lebih untuk Naya. Kevan juga, supaya tidak iri. Padahal Kevan tidak iri sama sekali.

"Yaudah hati-hati ya sayang" Kiara dan Agra tersenyum melihat sang anak yang mulai menaiki motor.

"Heh Kana! Abang sesek kalau kamu peluk gitu!" Naya nyengir dan melepaskan pelukannya.

Motor mereka melaju perlahan. Hari ini adalah hari pertama mereka memasuki sekolah sebagai pelajar SMA.

"Bang kapan nyampenya sih? Kalau kaya gini terus kita telat" Naya mendengus kesal, abangnya ini selalu curi-curi kesempatan dengan menyapa setiap perempuan dijalan.

"Mangap dek abang khilaf" Kevan melajukan motornya membelah jalanan.

"Maaf bang, typo di keyboard aja di real life jangan"

Salah besar jika Naya ketakutan dengan kecepatan tinggi, dia malah senang .

Mereka sampai didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup.

"Ini salah bangke! Gara-gara abang kita telat, nanti Naya aja yang ngendarain motor" ujar Naya mulai memanjat pagar. Sedangkan Kevan hanya diam di atas motornya, melihat apa yang terjadi selanjutnya.

"Itu yang terlambat! Siapa suruh manjat?"












Hayo suara siapa tuh?
Upnya nunggu kalian antusias atau enggak, coment for next ya dear. Kalau pembacanya banyak dan yang coment antusias sama cerita ini bakal next kalau enggak kalian tau sendiri kan ... Hehe guudbaaay!!

Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang