✨ sepuluh✨

1.4K 87 0
                                    

Naya menggandeng tangan Angela dan Syakilla dikanan kiri, dikarenakan tubuh Naya itu tingginya tertunda alias pendek, sesekali dia bergelantungan di gandengan kedua sahabatnya.

Mata Naya menajam, memastikan yang dilihatnya adalah manusia bukan binatang bernama buaya dan berbahasa Inggris crocodile itu.

"EHM ... EHM LA NAYA PUNYA LAGU MAU DENGER GAK?" Naya sengaja mengeraskan suaranya membuat La yang dipanggil yaitu Angela dan Syakilla menutup telinga.

"Nyanyi aja apa susahnya markonah" ucap Angela masih mengusap telinga.

"Oke, ehm ehm.."

"Yang lagi mesra-mesraan gak inget tempat dengerin juga" Naya tes sound. Mencicit keras sehingga sang objek menoleh.

"Aku sudah lelah diperbudak cinta
Rasakan perihnya, hingga ku hampir gila
Kuberhak bahagia seperti yang lainnya
Inilah saatnya kuharus berubah

I want to be a fakboi
I want to be a fakboi
I want to be a fakboi... " Ucap Naya bernyanyi menggunakan lagu fakboi- Ocan Siagian.

Kevan mendengus, Naya pasti membalasnya karena kejadian tempo hari dimana dia mengajak Naya pulang, padahal perempuan itu masih ingin bersama dengan Vier.

Angela tertawa terbahak-bahak, sedangkan Syakilla hanya tersenyum, membawa mereka ke tempat yang lebih baik, disini mereka terlihat seperti sedang mengintip orang pacaran.

"Itu abang kamu, jangan digangguin kasian" nasehat Syakilla yang dibalas dengusan dari Naya.

Ia melipat kedua tangannya "jadi Illa lebih milih belain bangke?" Tanya Naya ngambek, ia menarik tangan Angela sambil tertawa bersama.

Syakilla tersenyum, dia harus terbiasa dengan sikap kedua temannya yang beda tipis. Samanya banyak.

"Oke kalian pergi aku mau ke perpustakaan dulu" Naya dan Angela berbalik.

"Dih.. jangan ngambek jaleha, gak ada sejarahnya ukhti ngambekan" cerocos Angela yang dibalas setuju oleh Naya.

"Syakilla Gela, bukan jaleha" ralat Syakilla masih mempertahankan senyuman manisnya. Ingatkah senyuman itu ibadah?

"Dih, Lo juga bilang gue gila! Kasar ya Illa sekarang?" Ucap Angela tak terima di bilang gila, padahal Syakilla bilangan Gela.

Naya mengusap pipi Angela yang pura-pura menangis "shtt.. gak boleh nangis La, La yang satunya emang kejam"

Syakilla tersenyum dan menarik kedua tangan temannya "ayo ikut aku, kalian pasti bingung dan ingin tahu kejadian kelam itu, aku udah percaya sepenuhnya sama kalian!"

---

"Ngapa setan ke sini?" Naya melotot menatap Pandu yang membalasnya dengan senyuman maut, meleleh tuh Naya.

"Sorry, gak mempan, senyuman kak Al lebih manis" Naya melirik Vier. Mulai sekarang ia memanggil Vier dengan sebutan Al karena nama panjang Vier adalah, Daviero Aldebaran Rothest.

"Oh gak pa-pa kok, gue cuma mau ngasih ini sama Vier" balas Pandu masih dengan senyuman. Naya merasakan ada yang aneh dengan Pandu.

Selepas kepergian sang ketos Naya mendekat pada Vier, ia mengambil kipas angin portabel dan mengipasi waketos yang mulai banjir keringat karena kepanasan, entah kenapa angin tidak ada sekarang.

Padahal mereka duduk lesehan di tempat terbuka.

"Makasih, tapi buat lo aja. Gue tahan kok" ujar Vier, ia tersenyum tak kalah manis dari Pandu. Untungnya Naya kuat jantung dan iman.

"Engh... Boleh Naya nyemil gak? Panas-panas gini Naya pengen cokelat" Vier menghentikan tangannya yang menandatangani salah satu kertas dari sekian banyak kertas, ia wakil OSIS tapi pekerjaan ketua sebagian besar dilimpahkan pada Vier.

"Ngapain nanya? Boleh kok, mau gue beliin apa?" Vier bangkit namun Naya menarik ujung celananya, mereka sedang duduk di pendopo dengan meja kecil yang menjadi letak tumpuan Vier menulis beberapa hal dan mengerjakan hal lainnya.

"Naya punya kok di tas, Naya ambil dulu ya!" Vier mengangguk, ia membiarkan Naya pergi untuk mengambil makanannya.

Ia heran dengan Naya perempuan itu selalu menemani Vier, Vier senang ada yang menemaninya dan mengoceh panjang lebar tapi apa kelas Naya selalu kosong saat dia ada kegiatan seperti ini?

Sementara itu Naya masuk ke kelas, di sana sudah ada Bu Ani yang terkenal kemah lembut dalam mengajar, bahkan suara beliau yang pelan adalah dongeng untuk sebagian murid di kelas, tidak jarang mereka mengambil kesempatan untuk tidur. Bukan Naya, Naya lebih memilih keluyuran di luar kelas, gangguin Vier itu lebih menyenangkan.

"Assalamualaikum bu, maaf Naya gak masuk, perut Naya sakit banget, ada tamu moon-an"

"Moon-an?"

Naya mendekat dan berbisik di telinga bu Ani "bulanan. Naya mau ambil sesuatu dari tas, harus bawa tasnya tapi. Boleh kan bu?" Naya mengeluarkan jurus andalan yaitu pipi digembungkan dan mata dikedip-kedipkan.

Bu Ani luluh, beliau mengijinkan Naya keluar dengan membawa tas, Naya ngacir ,tidak sia-sia ilmunya membodohi Kevan.

"Ini Naya mau banyak, kak Al suka cokelat gak?" Vier tersenyum dan menggeleng.

"Makan aja itu punya lo"

"Ish... Naya bela-belain loh ke sini bawa cemilan sambil ngibulin bu Ani" terang Naya membuat Vier menatapnya dalam.

"Jangan bolos, gue anterin balik ke kelas"

'gara gara mulut jujur ini sih!'














Jangan lupa follow Wina komen dan taburin bintang sayang 🖤✨

Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang