✨lima belas✨

1.2K 80 1
                                    

Kevan membuka ponsel, mulai menekan nomer Syakilla di sana.

"Killa! Kana ada di sana?"  tanya Kevan pada Syakilla saat panggilan mulai terhubung.

"Waalaikumsalam"

"Assalamualaikum hehe, maaf. Kana ada?"

"Gak ada Van, kayaknya dia gak ke rumah aku deh. Angela juga gak ada di rumah. Jadi, Naya pasti gak ke sana"

"Oh oke makasih Killa!" Syakilla berdehem sebagai balasan. Kevan mulai menghubungi nomer telpon seseorang yang sudah dia duga akan menjadi tempat yang di datangi Naya.

"..."

"Sebentar lagi Kana bawa cowok pacarnya, ke sana!"

"..."

"Hmm"

"..."

"Iya. Wakil OSIS"

"..."

"Siap komandan!"

Sementara itu Vier membawa Naya ke kantor sang ayah.

Perempuan itu masih menangis, setiap dia melangkah para pegawai kantor akan membungkuk dan menyapa, Naya tidak peduli di langsung masuk ke dalam ruangan yang sudah dapat di pastikan kalau itu adalah ruangan sang ayah.

"Naya kenapa sayang?" Tanya Kiara, ia menyapu mata sang anak yang mulai berair.

"Kak Vier pulang aja makasih udah anterin Naya" Naya memeluk Kiara, ikut masuk kedalam salah satu ruangan bersama sang ibu.

"Om saya izin pulang!" Ujar Vier sopan, ciri-ciri menantu idaman ini.

"Siapa yang bolehin kamu pulang?"

"Gak ada om harusnya saya bagaimana?" Tanya Vier sopan, sama sekali tidak meninggikan suaranya.

Vier mengangkat alisnya saat Agra menaikkan tangannya. Saat itu juga puluhan orang menghampiri Vier. Perkelahian tak terelakkan, siapa yang tidak mengetahui Agra? Seorang ketua mafia, perkelahian atau kejadian bunuh membunuh biasa dia lihat atau lakukan sendiri.

Udah baca KIDM?

"Kerahkan semua tenaga kalian, jangan biarkan dia menang. Oh ya anak muda, kamu membuat anak saya bertengkar satu sama lain. Kalau kamu berhasil keluar dari puluhan orang suruhan saya, Naya pantas denganmu"

Mendengar penjelasan dari Agra Vier makin berambisi untuk mengalahkan mereka. Dia menang setelah beberapa menit Agra malah berdecak kesal.

"Siapa nama ayahmu, kamu tidak bisa di remehkan. Orang sebanyak mereka sepertinya sangat mudah bagimu. Apa benar kamu hanya wakil OSIS?"

"Saya--"

"Kejujuran diperlukan jika ingin dipersatukan dengan Kanaya!" Mendengar ucapan Agra, vier urung untuk berbohong, dia akan mengatakan kejujuran.

"Max Rothest" Agra diam beberapa saat mencoba mengingat nama orang itu, dia tersenyum dan mempersilahkan Vier untuk pulang.

"Makasih om"

•••

Naya melengos bersembunyi di balik tubuh sang ayah saat mereka sampai di rumah.

"Kana, maaf!" Naya menilik Kevan sebentar, lalu masuk ke dalam kamar. Kevan membuntuti sang adik, bagaimana pun hubungan mereka harus berakhir dengan baik.

Greb. Kevan memeluk Naya erat, mencium puncak kepalanya berkali-kali.

"Huwaaa bangke jahat, Kana kan suka sama kak Vier masa gak dibolehin" Naya terisak, air mata yang tadinya sudah hilang kini kembali lagi.

"Kana gak boleh nangis, abang gak suka Kana sedih. Abang juga ikutan sakit" ucap Kevan yang dibalas isakan dari Naya.

"Ya makanya hiks.. abang gak boleh larang hiks.. Naya!" Kevan mengangguk, dari informasi yang dia dapatkan, ayahnya bilang Vier berpotensi untuk menjadi pasangan Naya.

"Iya boleh!" Naya mendongak mencium pipi Kevan dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Beneran?" Kevan mengangguk lagi, Naya memeluk Kevan. Laki-laki itu tersenyum lalu membopong Naya ke kamar mandi dan menurunkan Naya di bathtub yang sudah dia isi sabun dan sampo seperti yang biasa Naya lakukan.

"Ish... Abang!!! Naya gak mau mandi"

"Mandi! Ntar mata lo bengkak, bisa cari cewek lain tuh Vier.

"Gak mau!!" Naya langsung mandi, Kevan menutup pintu kamar mandi sambil terkekeh. Sekarang dia mempunyai alat untuk mengancam Naya, yaitu pacarnya sendiri.

Setelah lima menit kemudian Naya sudah selesai dengan ritual mandinya. Dia duduk dilantai, di atas ranjang Kevan sudah memegang handuk dan sisir, serta perlengkapan lainnya, untuk merawat rambut Naya.

"Nih!" Kevan menyerahkan wafer cokelat dan juga dairy milk, demi membungkam mulut Naya. Perempuan ini pasti akan mencerocos tentang pacar barunya.

"Nhngnm..kanyamn.. Vier!" Kevan hanya berdehen demi membuat Naya merasa di perhatikan atau tidak merasa diacuhkan.

"Sini sama abang" Naya beringsut mendekat pada Kevan yang mengecup kening, kelopak mata, dan pipi Naya lalu mengusap bekas cokelat yang ada di pipi perempuan itu.

Agra dan Kiara yang melihat hanya mampu tersenyum. Kedua anaknya tidak bisa bertengkar lama-lama.

"Ara sayang buat adik buat KenNay yuk!" Kiara mengikut perut Agra.

"Jangan macam-macam, kamu mau Naya nangis kayak kemarin" Agra menggeleng, dia tidak mampu di kacang-in Naya dan Kevan. Rasanya kaya ada pahit-pahitnya gitu.

Naya memeluk Kevan, bersembunyi di balik ceruk leher Kevan membuat Kevan tersenyum, mereka tidur kembali seperti biasa. Berpelukan layaknya Teletubbies.

 Berpelukan layaknya Teletubbies

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kevan-Naya





Jangan lupa follow Wina komen tandain kalau typo dan taburin bintang sayang 🖤✨

Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang