✨ sembilan ✨

1.3K 96 0
                                    

"maaf ya Nay, kita gak bisa nemenin masih ngurus kelas" ujar Angela yang dibalas senyuman dari Naya.

Lagipula kelas sang kakak juga tidak terlalu jauh, kalau Kevan X d Naya X f. Kelas Naya paling ujung, paling sering tawuran, gak kok becanda.

"Mars! Mana bangke?"  Tanya Naya duduk di samping mars yang asik main game online, di meja paling tengah dan depan. Posisi elit untuk mengomando kelas.

Mars menoleh sebentar "abang lo beda  Nay, bahkan dia gak ngomong atau keluar kelas dari tadi. Gue perhatiin dia ada masalah, abang lo ada masalah sama cewek?" Tanya Mars tanpa menoleh.

"Gak ada setau Naya, Naya samperin bangke dulu!" Mars mengangguk, melanjutkan gamenya.

"Bangke!" Kevan mendongak dan hanya tersenyum tipis, ia mengelus rambut Naya. Perempuan itu sedang berbaring dengan menaruh kepala di pangkuan Kevan dan menyusun kursi sebelum berbaring.

Semua penduduk X d mendadak gigit jari ingin ada diposisi masing-masing dari keduanya. Jika para siswa ingin memangku dan mengelus kepala Naya berbeda dengan para siswi yang ingin berbaring dan dielus kepalanya seperti Naya.

"Bangke kenapa marah sama Naya?" Kevan diam. Naya bangun dan memeluk Kevan, ia merasakan sakit, tapi tidak untuknya melainkan Kevan, entah apa yang terjadi.

"Na jangan tinggalin abang" lirih Kevan mulai meneteskan air mata yang sangat jarang Naya lihat, bahkan tidak pernah. Kevan selalu terlihat tegar dan kuat sebagai sosok kakak selama ini.

Ia takut Naya akan dipermainkan laki-laki brengsek sepertinya, nanti. Itu sebabnya Kevan sangat membatasi pergaulan Naya dengan laki-laki. Ia rela menemani Naya seharian penuh setiap hari, tanpa menginginkan Naya mencari laki-laki lain.

"Abang ngomong apa sih, Naya gak bakalan tinggalin abang janji!" Naya mengusap air mata yang menetes dari mata Kevan. Mengecup kelopak matanya seperti yang selalu Kevan lakukan padanya jika dia bangun tidur ataupun menangis, nyatanya Naya menyukai semua hal yang Kevan lakukan padanya.

"Kana jangan tinggalin abang ya! Lo gak boleh deket sama siapapun, cowok itu bejat Na, bahkan lo tau sendiri gimana gue" Naya menggeleng dan memeluk Kevan.

"Iya iya abang Naya sayang, Naya balik kelas dulu minta duit" Kevan mengambil dompet dari dalam saku celananya dan memberikan uang 50 ribu pada Naya.

"Jangan nangis lagi bangke jelek" Naya mengecup pipi Kevan singkat sebelum pergi.

Kevan langsung keluar kelas, dia mulai melancarkan aksinya menjajal pengalaman dari jurusan-jurusan lain tentunya kakak kelas sudah menjadi black list seorang Kevan, dia tidak pernah mau berhubungan dengan orang yang lebih tua.

---

"Syakilla ini dari kak Pandu" ucap Naya menyerahkannya kotak bekal pada Syakilla yang menerimanya dengan senang hati.

"Makasih Nay"

"Sama sama, emang Pandu pacarnya Syakilla" Syakilla tertawa renyah dan menggeleng.

"Pandu itu kakak sepupu aku, pasti mama bikinin bekal, tapi aku udah keburu pergi sekolah"

"Eh tapi Pandu dingin juga gak sama lo?" Timpal Angela nimbrung.

"Menurut aku sama aja kok kaya disekolah, aku ga pernah ngomong sama Pandu" jelas Syakilla, ia terkekeh melihat raut masam wajah Angela, perempuan ini penggemar berat Pandu.

"Sabar ya La, suatu saat kalau ada jodoh bisa bersatu kok" ucap Syakilla.

"Bersatu dimana?" Tanya Naya bingung.

"Di pelaminan Naya sayang!" Jelas Angela halus, Naya ini memang bego, jadi Angela akan menambahkan bubuk bego lebih banyak nanti, nanti, ingatkan Angela.

"Eh ada kak Daviero, pujaan hati Naya tuh. Bubay semuanya, Naya mau jemput jodoh" ujar Naya keluar dari kelas.

Angela dan Syakilla kompak geleng-geleng kepala.

"Kak Vier!"

"Gak ada kerjaan lo, mending masuk kelas" celetuk Pandu yang berjalan disebelah Vier.

"Dih yang ngajak lo ngomong siapa?" Naya berjalan mundur, dari sini dia bisa lebih leluasa menatap wajah Vier yang tampannya membahana.

"Hati-hati" Naya cengengesan, hampir saja dia menabrak tong sampah, untung saja tangan Vier menahan pinggangnya.

"Modus Vier, seharusnya lo biarin aja"

"Jangan dengarkan iblis yang sedang berbisik kak" ucap Naya makin menjadi, siapa suruh ada diantara Naya dan Vier mau jadi perusak rumah tangga orang? Hah rumah tangga?

"Naya gak ada guru?" Tanya Vier lembut sambil tersenyum tipis.

Naya mengerjab dan meraup pipi Vier, laki-laki itu hanya terkekeh pelan "duh, duh, Naya diabetes kak, senyuman kak Vier buat jantung Naya maraton"

"Modus" celetuk Pandu lagi.

"Dih iri bilang karyawan"

"Lah bukannya iri bilang bos?" Tanya Pandu sewot, mereka masih berjalan menyusuri koridor yang panjangnya bisa buat pinggang lansia encok.

"Gak ada sejarahnya bos iri sama karyawan, udah nanti Naya bicara sama kak Vier lagi, ada S.E.T.A.N Naya takut" Naya sengaja menekankan kata setan dengan melirik sinis Pandu.

Sementara itu Pandu tertawa miring dalam hati 'gue bisa ngubah panggilan setan lo jadi sayang, mau coba?'














Serem ceuy!
Semoga betah🌿
Jangan lupa follow Wina komen dan taburin bintang sayang 🖤✨


Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang