✨ delapan✨

1.4K 100 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kevan-Naya

Gak papa jadi kuli panggul, asalkan yang di gendong adek kesayangan gue.
.
.
.

Kevandra Zilov Daylon

Setelah mandi Kevan melirik tas Naya yang kembung.

Bukan tas Naya yang menjadi ke khawatirannya melainkan tas Kevan sendiri.

Laki-laki itu membuka tas miliknya "sudah kuduga" gerutu Kevan melihat buku bergambar princess shopia itu ada dibarisan paling utama tasnya.

"Kana lo cuma nitip satu buku?" Naya keluar dari kamar mandi dengan seragam yang sudah lengkap.

"Iya lagian Naya males dikelas belajar. Satu buku aja biar hemat"

"Kenapa gak dimasukin di tas lo aja nyet? Kan cuma satu!" Naya berdecak sambil mengendikkan bahu acuh dan mengambil sisir, membiarkan rambutnya ditata oleh Kevan.

"Mau dikepang kaya kemarin? Oh ya perasaan abang gak pernah ngepang rambut lo deh, siapa yang ganti kunciran andalan gue?" Kevan menguncir rambut Naya dengan ikat rambut, gelang pemberian Vier Naya pakai, katanya sayang.

Curiga nih sayang sama yang mana, gelang atau orangnya?.

"Lo mau jadi adiknya tuh kutub Utara?" Ucap Kevan tidak suka, adiknya hanya boleh di sentuh oleh Kevan yang lain gak boleh.

"Ya gak lah. Naya maunya jadi pacar kak Vier. Duh... kebayang gak sweetnya kak Vier nanti sama Naya?" Kevan menyelesaikan kunciran Naya dan turun ke bawah.

"Lah bangke kenapa?" Naya tidak ambil pusing. Mengingat Kevan yang tidak pernah ngambek atau sejenisnya, Naya jadi tidak tahu ada apa dengan Kevan.

Sampai di sekolahpun Kevan sama sekali tidak berbicara dengan Naya. Dia langsung ke kelas.

"Hei!" Naya menoleh dan langsung cemberut.

"Kenapa? Mau hukum Naya lagi?" Naya menyilangkan tangan didepan dada dan menggoyang-goyangkan kakinya, songong.

"Oh mau dihukum?" Naya bergidik mendengar nada bicara Kevan yang terkesan mengintimidasi, auranya mendadak mencekam.

Naya menggeleng, ia kembali mengingat pertemuan pertama mereka yang jauh dari kata manis atau normal.

"Itu yang terlambat! Siapa suruh manjat?" Teriak Pandu dingin membuat Naya langsung cengengesan dan turun dari pagar.

"Baru pertama kali masuk ke SMA permata bangsa aja udah terlambat. Sini lo!"

"Abang!" Rengek Naya saat tangannya ditarik Pandu.

"Jangan minta tolong sama kakak lo, dia juga dapat hukuman. Sella, kasih hukuman buat siswa ini" ujar Pandu mulai menuntun Naya ke lapangan.

"Kak ngapain sih, perasaan Naya gak enak?" Pandu membawa Naya di depan lapangan dimana Naya menjadi pusat perhatian karena hal itu.

"Ngerasa jadi artis, hai semuanya nama aku Naya, salken anak pak Agra dan bu Kiara yang unyu unyu pangkat sepuluh" bangga Naya yang mendapat pelototan dari Pandu, kalau kaya gini Naya pengen nyontek kata-kata Kevan.

Naya berdehem, memulai aksinya meniru sang abang "ngape lo, mau buta tuh mata?" Seluruh peserta dan anggota OSIS langsung dibuat terbahak karena ucapan Naya yang dengan berani membuat masalah dengan Pandu.

"Lo keliling lapangan 10 kali dan kalian semua bagi yang ingin ikutan dengan siswi ini silahkan tertawa" mendadak suasana langsung hening, Naya memulai aksi larinya sambil bercanda dengan dirinya sendiri.

"Ketua OSIS jelek bleee, nyuruh-nyuruh Naya ngerasa dewa kak?" Naya cekikikan, ia membuat anggota osis tertawa lagi dan peserta MOS hanya bisa menutup mulut agar tidak mengeluarkan suara.

"Itu kakak yang cantik, mau ikut joging bareng Naya gak?" Tanya Naya saat berkeliling di sekitar tempat OSIS berkumpul, kakak cantik yang sepertinya sekretaris OSIS itu menggeleng dan hanya tersenyum ramah.

"7 putaran lagi"

"Naya bisa ngehitung kok, Naya gini-gini pinter ngibulin bangke!"

Sementara itu Kevan yang ada dibarisan hanya tersenyum miris sebentar lagi sang adik akan kelelahan, Naya lemah dalam olahraga.

"Oh gitu, bagus"

Wakil OSIS, Daviero mendekat pada Pandu "Ndu cukup, lo berlebihan" Pandu sama sekali tidak peduli.

Bruk

"Lo kebangetan Ndu!" Bentak Vier.

Kevan sudah ingin berlari menghampiri kembarannya, tapi kepala Kevan juga pusing dia pun istirahat sejenak sebelum ikut pingsan seperti Naya.

Vier mengangkat tubuh Naya yang lemas dan pucat kedalam UKS.

"Udah enakan?"

"Huwaa bangke mana?" Naya menangis, ingin memeluk Vier namun takut laki-laki itu marah.

"Jangan nangis sht.. mana yang sakit?" Tanya Vier dengan nada dingin namun terkesan khawatir.

"Em.. sakit kepala, mau bangke peluk"

Greb

Vier memeluk Naya "udah gue peluk, sekarang apa lagi?"

"Elus elus" pinta Naya yang dituruti Vier, cukup lama mereka bertahan dalam posisi itu hingga Naya kembali tidur dan sadar setelahnya. Sejak saat itu Naya menyukai sosok Vier, ia tahu diluar saja Vier itu dingin, aslinya sosok yang hangat.

Naya ingin merubah dan mencairkan batu es yang melekat pada Vier.

"Enggak kok, menghukum tapi gak minta maaf" sindir Naya.

"Maaf" ucap Pandu tulus membuat Naya mengerjab. Tunggu, ini benaran Pandu?

"Oh ya udah Naya balik, gak ada apa-apa kan?" Pandu menahan tangan Naya dan meletakkan bekal.

"Buat Syakilla"












Apa hubungan antara Pandu dengan Syakilla?
Semoga betah 🌿
Jangan lupa follow Wina komen dan taburin bintang sayang ✨🖤

Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang