✨ dua ✨

2.2K 142 4
                                    

Dari tadi pagi sampai mereka ingin berangkat sekolah. Naya selalu membuat Kevan ingin membuangnya dari atas balkon kalau seperti ini terus, tapi sayang adek kayak Naya langka atau mungkin tidak ada di dunia ini.

"Bang pinjem hoodie" Kevan mengangguk, apapun untuk sang adik.

"Bang kita sekelas aja yuk, papa pasti bisa bikin kita sekelas"

Sekelas? Dalam mimpi!

Dari kecil sampai sekarang Kevan sangat anti dengan yang namanya sekelas dengan Naya.

Perempuan itu selalu mengganggu Kevan dan kadang membuat Kevan kesal setengah mati. Kevan tidak tahan sekelas dengan Naya.

Apalagi sekarang, dia ingin menambah lope lope yang masih berjumlah 20 dan dia ingin menambah lagi, kalau gebetan sih banyak. Masalahnya adalah kalau Naya sekelas dengannya, laki-laki itu akan kesulitan melancarkan aksi pdkt.

"Naya inget kan, Naya kalau gak sekelas sama abang bisa mandiri?" Naya mengangguk saja, mengambil tasnya menyampirkan di salah satu bahu, mengikuti sang abang.

"GEN--" sebelum selesai Kevan sudah berjongkok. Itung-itung olahraga pagi, mungkin ototnya akan bertambah dengan mengangkat tubuh kapas milik Naya.

"Huwaaa... Sayang bangke" Naya mencium pipi Kevan yang hanya terkekeh sebagai balasan.

"Minta uang, mau makan di kantin aja!" Naya menggoyangkan sebelah kaki, menengadahkan tangan pada Agra tanpa melihat wajah sang ayah.

"Tatap papa dulu sayang! Kamu masih marah? Papa sama mama gak bikin debay" Kiara melotot. Memukul lengan kekar sang suami yang tertawa renyah.

"Beneran ya! Kalau sampai ada dedek, awas aja Naya bunuh" serem! Naya ini kayaknya turunan Agra deh, gampang banget bilang mau bunuh orang. Untung saja mereka tidak tahu latar belakang sang papa. Yang tau mana suaranya...?

"Iya, janji! Jangan ngambek lagi ya sayang!" Agra tersenyum memeluk sang putri yang sekarang sudah tak marah, sekarang tinggal si sulung.

"Kevan papa juga minta maaf udah bikin adik kamu kayak gini" Kevan mengangguk, memeluk sang papa. Dia tidak kuat marah-marah lebih lama, ayahnya adalah pahlawannya, sejak saat itu Kevan baru tau sosok ayah bisa sehebat Agra.

Agra rela pulang malam demi bekerja dan membiayai mereka semua.

Kadang Agra juga membawa pekerjaannya ke rumah dibantu dengan Kiara. Kevan meringis, bagaimana bisa mereka setega ini, membuat orang tua mereka sedih.

"Kevan gak kenapa-napa pa, asalkan Naya baik-baik aja. Kevan seneng" Kevan melepaskan pelukannya.

Agra mencium puncak kepala dan pipi Kevan - Naya bergantian.

"Ini papa kasih 5 juta untuk sebulan, jadi totalnya 10 juta untuk kalian berdua. Papa serahin ke kamu aja ya Van. Gunain uangnya baik-baik"

"Tapi pa- biasanya!" Agra menggeleng, mengusap surai sang putra.

"Mulai saat ini belajar me manage keuangan, papa tau kamu bisa dan Naya jangan boros turuti apa yang kakak kamu perintahkan dan kasih" Naya menurut saja toh mereka satu sekolah, Naya akan meminta disana nanti.

"Bentar Kevan ke kamar dulu. Simpan uangnya dan bawa seperlunya aja" Kevan beranjak kekamar meletakkan uang dan hanya membawa 500 ribu saja, itupun sudah lebih dari banyak. Laki-laki itu jaga-jaga kalau Naya menginginkan sesuatu.

"Pakai motor lagi Van?" Tanya Kiara mengecup pipi Kevan dan Naya bergantian.

"Iya ma, untuk penjagaan Kevan minta jangan terlalu dekat. Cukup awasi dari jauh aja, kalau Naya dari deket juga gak pa-pa" mengingat kalau Naya ini orang yang bego, mungkin bisa saja diculik dengan cara baik-baik.

"Assalamualaikum" salam keduanya sebelum pergi, Kevan masih mengendarai motor. Tidak akan dia biarkan adiknya yang membawa, bisa hancur martabat Kevan sebagai laki-laki yang gentle.

"Waalaikumsalam" sahut Agra dan Kiara. Mereka berdua bersiap untuk pergi kekantor.

---

Naya turun dari atas motor dengan meloncat, untung saja dia tidak terjatuh, kasian semennya.

"Kak Fazar hari ini ganteng deh" Fazar menengok dan tersenyum miris melihat Naya yang sudah ada di atas motornya. Dia kemarin bertugas untuk menghukum Naya karena terlambat mengikuti barisan, tapi malah dia yang di kerjai Naya dengan mengerjakan tugas perempuan itu.

"Kenapa Nay?"

"Kak tau gak ada mangga dibelakang sekolah yang jadi tempat hukuman Naya semalam. Naya pengen mangga itu" Fazar menyentil dahi Naya pelan.

"Gue ada urusan, lo minta petikin sama Pandu aja sana" Naya turun dari jok belakang motor Fazar, mengekor dibelakang setelah melihat Kevan sudah hilang. Cari mangsa tuh buaya.

"Gak berani kak pandu kek es batu dingin" Naya bergidik membayangkan sosok pandu yang hanya berbicara pendek, sependek otak Naya "apalagi nih ya kak, emh.. kak Pandu itu kejam" Naya bergidik mengingat hari pertama MOS nya saat itu.

"Yaudah deh, Naya kekelas dulu. Kakak yang sama kaya kak Pandu tapi manis mana kak?" Fazar mendelik mengangkat bahunya acuh. Meninggalkan Naya yang cemberut tidak jelas.

Pucuk di dapat ulat pun kenyang. Yang dicari sudah ada, kak Vier, si penyelamat.

"Kak Vier!!!!!" Vier yang merasa namanya dipanggil menoleh dan hanya mengangguk.

"Kak Vier boleh minta tolong gak?" Naya mengembulkan pipinya lucu. Membuat Daviero tidak tega, bagaimanapun Naya adalah perempuan yang pecicilan dan tidak tahu malu, bukan tipenya tapi membuat Vier kangen. Lalu apa namanya itu?

Vier mengangguk.

"Manjat mangga ya kak!" Vier mengangguk. Pasrah saat Naya menarik, ah bukan menggenggam tangan Vier.

"Kak mau yang itu, yang itu, yang itu" Naya asik tunjuk-tunjuk, Vier melepas tas yang tersampir dibahunya dan mengangguk, mengambilkan mangga yang dipinta oleh Naya.

"Gue punya pisau" Vier mengusap mulut Naya yang belepotan memakan mangga karena tidak di kupas.

Sangat feminim, dalam versi Naya tentunya.

Naya mengerjab lucu, matanya memicing melihat Vier yang bersikap romantis, seperti film yang ditonton oleh Kevan. Tapi kok gak senyum, kembaran kak pandu nih.

"Ya udah Naya cuci tangan dulu" Naya menyerahkan mangga yang sudah ia makan setengah.

"Aaa" ucap Vier membuat Naya membuka mulutnya, mengikuti instruksi suapan Vier.

"Lo cuci tangan gak bener, gue harus nyuapin kan jadinya" Naya tidak tahu ini Vier sedang kesal atau sedang bahagia. Wajahnya tetap datar, sedatar tripleks atau tembok.













Up lagi nih, paham gak sama alurnya? Ya kalau belum gak pa-pa, toh ini masih di awal.
Jangan lupa follow Wina komen dan taburin bintang sayang 🖤✨














Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang