✨lima✨

1.6K 107 3
                                    

"bang!"

"Paan?" Kevan mendelik saat adiknya keluar dari kamar mandi dengan sabun yang masih menempel di rambut "sini dulu deh" Naya menurut, duduk dilantai, sedangkan Kevan duduk ditepian ranjang, mengeringkan rambut sang adik.

"Pulang sekolah beli snack yuk" Kevan mengangguk, apapun untuk sang adik.

"Bibi..NAYA PENGEN SUSU COKELAT" Kevan melilit Naya dengan handuk, adiknya ini senang sekali berteriak.

"Hua... ABANG LEPASH!!!" Mendengar adiknya yang menangis dan berteriak karena tidak bisa bernafas, Kevan langsung melepas handuknya dan memeluk Naya.

"Maafin abang dek, lo sih teriak-teriak"

"Hiks.. hiks.. peluk" Kevan mengangguk, memeluk sang adik dan mengelus rambutnya. Hal yang Naya sukai "hiks.. cium juga" Kevan mengangguk, menghapus air mata Naya yang sudah merembes turun ke seragamnya ia mencium kelopak mata, hidung ,dan kedua belah pipi lembut sang adik.

"Udah kan? Jangan nangis lagi! Yuk berangkat" Kevan membungkuk, Naya naik ke atas punggung Kevan mereka akan sarapan dulu.

Kevan menarik kursi sang adik agar lebih dekat, ia mengambil tisu dan mengelap air mata Naya. Mama dan papanya pergi dari semalam, mereka sudah terbiasa sendiri, keluarga Daylon itu super sibuk.

"Abang suapin" Kevan menyuapi Naya nasi putih dengan lauk ayam goreng, ia menjauhkan telur yang ada diatas meja. Naya alergi telur tapi makan ayam tidak pa-pa, padahal ayam juga asalnya dari telur.

"Abang mau Milo" Kevan memanggil maid dan menyuruhnya membuatkan susu yang di minta oleh Naya.

Sementara itu Kiara mencubit perut Agra. Bukannya bekerja dia malah menonton cctv di rumah, melihat apa yang si kembar lakukan Agra tertawa sendiri, membiarkan sang istri yang bekerja.

"Mas kamu kangen sama mereka gak?" Agra mengusap cubitan Kiara dan mengangguk.

"Iya mas kangen banget sama mereka"

"Nah kalau gitu gunain bolpoin ini, kamu mau tangan aku pegel?" Kiara menyerahkan bolpoin pada Agra dan gantian dia yang melihat si kembar, mereka sudah berangkat ke kelas.

"Kak Vier!"

Naya melemparkan helm pada Kevan. Untung laki-laki itu dapat menangkap benda tersebut tanpa lecet, kalau sampai rusak Naya akan menangis karena logo cokelat di sana, makanan dan camilan kesukaan Naya.

Kevan menghela nafas pelan, Naya seleranya aneh. Orang semacam Vier yang dia suka, padahal Vier itu jarang bicara, saat MOS pun dia hanya memperkenalkan diri seadanya.

Laki-laki itu berjalan menuju kelasnya, karena berjalan sambil melihat ponsel, Kevan menabrak seorang perempuan yang langsung ketakutan saat melihatnya, Kevan ingin membantu tapi dia langsung bangun dan berlari.

"Kenapa dia lari disaat semua cewek deketin gue? Menarik"

---

Vier menghentikan langkahnya "Kenapa mau mangga lagi?" Naya menggeleng, berjalan mundur didepan Daviero yang menatap Naya datar.

"Engh.. bang Vier Naya cuma mau manggil aja kok. Oh ya bang Pandu kejam itu mana" Vier menahan pinggang Naya agar tidak berjalan mundur lagi dan menubruk tiang pendopo.

"Uwaahhh... Hati Naya cenat cenut apakah ini yang dinamakan... Naya cinta sama kak Vier?" Naya mengedipkan matanya lucu pada Vier yang hanya tersenyum tipis saja. Ia tahu Naya itu polosnya level akut.

"maybe, lo kenapa nanyain Pandu?" Vier masih membiarkan Naya berjalan mundur, sesekali dia menahan Naya dan membetulkan jalannya agar tidak menabrak sesuatu yang ada dibelakang.

"Oh itu, kakak jangan cemburu sama kakak kejam itu Naya cuma cari topik. Mana mau Naya bicarain orang gak penting gitu" Vier hanya tersenyum dan mengacak rambut Naya.

"Yah, yah, huwaa.... Bangke!!" Naya sudah bersiap untuk berlari menuju kelas Kevan sebelum Vier menarik lengannya.

"Kenapa?"

Naya berbalik dan menunjukkan ikat rambutnya yang putus, biasanya Kevan memiliki ikat rambut di tasnya, jaga-jaga kalau ikat rambut Naya putus. Naya tidak suka memakai banyak ikat rambut dengan alasan sakit, jadilah hanya sedikit dan sering putus.

"Sini gue benerin" Naya mengangguk, duduk di pendopo dengan Vier yang melepas semua kunciran rambut Naya dan mengubahnya menjadi kepangan, sebagai pengganti ikat rambut Vier menggunakan gelangnya.

"Wah makasih kak Vier, bangke emang gak bisa kuat kalau ngiketin rambut Naya" adu Naya yang hanya dibalas senyuman dari Vier.

"Kak Vier ngiketnya pake apa?" Vier menunjukkan tangannya yang polos.

"Pake gelang gue"

"Penting gak gelangnya?" Vier mengangguk, ia terkekeh dan menahan Naya yang ingin melepas kembali kepangan rambutnya.

"Karena penting itu harus Naya jaga baik-baik, gue ke kelas dulu" Naya mengangguk, berjalan dengan sesekali melompat dan mendobrak pintu lalu duduk di mejanya yang bersebelahan dengan Syakilla.

"Syakilla... Eh kok panas?" Naya menjauhkan tangannya dari tubuh Syakilla yang panas, ia mendudukkan Syakilla agar lebih tegak, namun Naya dibuat terkejut karena wajah Syakilla yang memerah dan pucat.

"Naya... Ini gara-gara kakak kamu" lirih Syakilla sebelum kesadarannya menghilang.
















Ada yang bisa tebak Syakilla kenapa?

Jangan lupa follow Wina komen dan taburin bintang sayang ✨🖤

Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang