✨sebelas✨

1.3K 89 1
                                    

Si hobi ngemil sedang memakan wafer cokelat kesukaannya dengan hening dan damau karena pelajaran sedang berlangsung.

Pak Tono yang tak sengaja melihat itu pun kesal setengah mati, betapa tidak berharganya dia dimata Naya

"Naya! Kamu makan dikelas, berdiri di luar" pak Tono sudah ingin melempari Naya dengan spidol kalau dia tidak ingat nama belakang dan marga Naya.

Semua orang ingat tentang ayahnya yang mengeluarkan semua orang dari luar negri dan dalam negri hanya untuk mencari ibunya.

Yang udah baca cerita orangtuanya Naya sama Kevan pasti tau lah!

Naya mengangguk saja toh diluar dia pasti akan melihat pemandangan memanjakan mata dari kelas XI, lebih tepatnya kelas Vier.

"Coba dengar-dengar cerita ini
Afakah ini.. "Naya mulai bernyanyi dengan suara keras membuat dia menjadi pusat perhatian para pemain basket termasuk Vier yang hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Hareudang, hareudang, hareudang
Fanas, fanas, fanas..."

"Naya lagi Nay asyik!" Mendengar pujian dari Fazar, dengan semangat menggebu-gebu Naya mendekati lapangan agar para pemain bisa mendengarkan lebih jelas suara syahdunya ini.

"Syelalu, syelalu, syelalu fanas dan hareudang
Hareudang, hareudang, hareudang
Fanas, fanas, fanas.." Naya menggoyang pinggulnya, anak-anak kelas XI menjadi gemas dan ingin membawa perempuan itu pulang, bisa di serahin ke mama tercinta dengan iming-iming menantu.

"Syelalu, syelalu, syelalu fanas dan hareudang
Nestafa di gurun fasir
Merana karena fanas hawanya
Akufun merasa aneh
Gurun fasir mengafa fanas hawanya.."

"Naya siapa suruh nyanyi, selesaikan hukuman kamu. Berdiri di depan kelas" ujar pak Tono menyeret Naya layaknya kucing yang ketahuan mencuri ikan asin.

"Kak Vier tolongin" Vier melanjutkan aksi memainkan basket tanpa membalas ucapan Naya.

Anak-anak XI tertawa cekikikan melihat Naya uang dimarahi pak Tono, kaya anak kecil yang ketahuan nyolong uang dari orangtuanya.

---

Naya memakan wafer sambil menikmati angin yang berhembus dibawah pohon beringin,orang bilang disini banyak kunti, tapi Naya tidak takut, ia paling takut dengan cokelat yang tak tersisa di dunia ini.

"Lagi asyik ngelamun apa sampai gak sampai gue datang?"

Naya mengusap dadanya kaget "Oh setan toh, kalau setan mah emang gak ada yang tau, soalnya dia kan gaib" celetuk Naya membuka bungkus permen cokelat dan memasukkannya ke mulut, tapi sebelum itu Pandu sudah mengarahkan cokelat itu ke mulutnya sendiri, disini yang terlihat adalah Naya menyuapi Pandu.

"Ya ampun!!! Cokelat Naya, buka gak ludahin, ludahiiinnn!" Naya membuka mulut Pandu, laki-laki itu malah asik mengunyah dan menelan permen terakhir Naya.

"Jahat! gak pa-pa. Asalkan yang jahat bukan kak Al" Naya mendorong Pandu, hingga laki-laki itu terbaring di rerumputan.

"Kak Al ku sayang!!!! Naya datang!!" Naya berlari dengan setengah melompat, sementara itu Pandu tersenyum miring.

Naya mengetuk pintu kelas Vier dan melihat laki-laki itu sedang menulis, sudah bisa diduga ini masalah OSIS.

"Engh... Kak Al!" Panggil Naya dengan berteriak, ini jam istirahat jadi kebanyakan masyarakat XI tidak ada disini.

Vier mengangkat kepalanya dan tersenyum hangat "masuk Nay"

"Em.. Naya mau lihat kak Al aja, bye!" Naya ngacir menuju kelasnya.

"Wah rebahan gak ngajak-ngajak" Naya melihat penghuni X f sudah banyak yang tertidur, kecuali Angela dan beberapa anak laki-laki lain yang main game, juga Syakilla yang tidak ada ditempatnya. Sudah bisa dipastikan bahwa ukhti satu-satunya di X f itu menimba ilmu di perpustakaan.

"La, jangan ngomong kasar" Angela tidak perduli tetap menyumpah serapahi tim musuh yang menembak temannya.

"Anjing! Mati aja lo!"

"Bangsat senjata lo kasar man!"

"Buset makin kesini, lari cari jarak aman"

"Serang!!"

"Whahaha mati kan, makanya jangan bunuh temen gue!"

"Anjir jago banget lo La"

"Iya dong"

"Tuh tuh belakang pohon semangka"

"Lah mana-mana"

"Typo, di belakang gudang yang atapnya warna hijau itu ada musuh"

Entah kenapa suara nyaring dari Angela dan paketu tim tidak bisa membangunkan masyarakat X f. Naya tidak ambil pusing, dia mengambil makanan dan sesekali menyuapi para gamer.

"Nay gak mau liat?" Tanya Aiden, menyuruh Naya duduk di sampingnya. Mereka duduk senderan di belakang kelas dengan meja yang dimajukan ke depan dan para kaum rebahan tidur didepan. Posisi seperti orang mati yang di bacakan sudah Yasin dan kawan-kawan itu loh, paham kan?

"Gak mau, kata bangke gini ehm..ehm.. 'kana jangan liat atau coba main game, ntar lo ketakutan karena darah dan orang mati' gitu paketu!" Aiden manggut-manggut mengerti dan kembali membuka mulut meminta wafer dari Naya yang selalu membawa banyak persediaan cemilan di tasnya. Bahkan dia selalu meminta kertas dari Syakilla jika ada latihan, walaupun kebanyakannya Naya tidak peduli terhadap pelajaran.













Jangan lupa follow Wina komen dan taburin bintang sayang 🖤✨

Normal twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang