| Tujuan |

113 22 0
                                        

Farah harus menebus Jeno di kantor polisi, lagi.

Perkara dua hari lalu, Jeno menghajar pria yang rupanya berkedudukan sebagai direktur salah satu perusahaan ternama kota itu. Atas kelas dan kuasa yang berada di bagian atas, pria itu mampu menyeret masalah ini ke hukum.

Namun, kuasa Farah juga tak kalah kuat, untuk membawa Jeno kembali.

Hari ini, Jeno masuk kuliah. Farah memperingatinya untuk tidak membuat masalah lagi, yang mana hal itu tidak bisa Jeno jamin. Toh, kasus terbarunya bukan kesalahan Jeno. Refleks.

Kepala Jeno penuh dengan denyut- denyut menyakitkan, menekan- nekan hingga rasanya akan meledak. Soal apa yang Jeno pikirkan? Ia punya uang, bisa menghamburkannya sesuka hati. Jeno punya tangan, bisa menggunakannya untuk dipukulkan ke orang jika ia kesal. Kesedihannya akan menghilang seketika. Namun, rasa pening itu tetap membikinnya tak nyaman. Pada akhirnya, Jeno memutuskan bangkit tiba- tiba dan memikul tas di pundak kanan.

"Hei? Mau kemana, Jen?" tanya seorang teman laki-laki Jeno yang menjabat sebagai ketua kelas.

Dengan acuhnya, sembari mengambil langkah, Jeno menjawab, "Cabut."

"Ngampus sehari dong, Jen. Bolos terus," imbuh yang lain.

Pada sejatinya, Jeno memang tidak banyak bicara, tidak mau juga menyulitkan diri untuk berkata panjang-panjang. Jadi, jawaban yang keluar dari mulutnya, sudah cukup menghentikan suara- suara yang berusaha menghentikan langkahnya itu.

"Never."

Tubuh Jeno berakhir di sisi jalan, berdiri mematung.

Tidak ada tujuan jelas ke mana Jeno akan membawa kakinya pergi. Beberapa saat kemudian, menyusuri trotoar adalah pilihan terakhirnya. Sembari melewati jalanan khusus pejalan kaki itu, Jeno mengedarkan pandangan ke seluruh tempat yang bisa ia jangkau. Pada ruko- ruko di tanah pinggir jalan raya, gerobak makanan, lalu sebuah rak buku klasik berwarna cokelat tua.

Jejeran buku- buku hasil sumbangan itu–terlihat dari poster yang berdiri tak jauh dari rak tersebut– bukanlah hal yang betah Jeno pandangi lama- lama. Jauh dari yang bisa ia kenali, jaket yang dipakai gadis di sana persis seperti miliknya.

Kalau diingat- ingat, jaket kulit hitam Jeno diberikan pada gadis galak yang tak sengaja ia tumpahi minuman, beberapa waktu lalu.

Jeno menoleh kanan- kiri, menyebrang kemudian dengan setengah berlari. Sesaat, ia sudah ada di dekat rak buku umum itu. Jeno mempersempit jarak, hingga sampai di belakang gadis berjaket kulit tadi.

Bacaan di tangan gadis itu tentang sastra, bukan perkara sulit bagi Jeno untuk tahu karena ia sendiri memegang prodi Sastra Indonesia di kampusnya. Mata Jeno semakin menelisik. Lama- lama membaca hampir satu paragraf, hingga si gadis memutar tubuh dan terlonjak menemukan Jeno di belakangnya.

"Eh?" Duwi memelotot dan mundur satu langkah. "L .... lo?" sebutnya terbata.

"Iya, gue." Bohong jika Jeno tak kaget. Ia juga tidak sangka akan bertemu lagi dan lagi dengan Duwi. Pantas jaket kulit yang dikenakan gadis berambut sebatas leher ini rasanya tak asing. Ini milik Jeno sendiri. "Jaket gue," tandas Jeno, singkat dan menusuk.

"Ah .... ya." Kerjapan- kerjapan mata berlapis bulu lentik itu membungkamkan Jeno sebentar, sebelum akhirnya ia kembali menguasai diri.

Jaket itu segera Duwi tanggalkan, ia lipat asal dan berikan pada Jeno. Senyumnya terkulum, antara canggung dan merasa tak enak. Jeno tidak punya masalah. Dilihatnya pakaian gadis itu, sudah tak terbuka seperti waktu kemarin.

"Meski kemeja putih lo ketumpahan noda, sebanyak apa pun, tetap pakai itu. Ketimbang pakai baju terbuka, yang justru ngebuat lo kelihatan ...." Mata Jeno menatap tajam. "murah."

Selepasnya, Jeno lenyap dari pandangan Duwi.

Bahkan pada orang-orang di hidupnya, Jeno tak pernah bicara sepanjang itu.

Bahkan pada orang-orang di hidupnya, Jeno tak pernah bicara sepanjang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu menunggu Lindraka tembus 100 votes pertama. Sudah kesampaian. Terima kasih, ya♡

Tinggalkan jejak.

Terima kasih.

LINDRAKA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang