| Tangis |

215 17 0
                                        

Ada orang baru di rumah Nakaisha.

Juna baru saja lewat di depan rumahnya, sehabis dari berolahraga pagi. Pikir Juna, hanya ada ayah, ibu, dan Nakaisha sendiri di sana. Namun, perkiraannya mungkin salah. Sebab ia baru melihat dua wajah asing berbincang di kursi selasar rumah. Satu wanita, satu pria.

Bisa jadi itu kerabat keluarga Nakaisha.

Beberapa hari ini, sejak Nakaisha datang ke rumahnya sambil membawakan parcel, Juna jadi lebih menaruh perhatian pada gadis itu. Tidak tahu jika ditanya mengapa. Mungkin, Juna akan menjawab kalau dia sedang mau saja. Tidak ada alasan pasti soal pengamatan dan rasa penasaran di dadanya soal gadis berambut cokelat itu.

Juna duduk di selasar rumahnya, menyelonjorkan kedua kaki. Ia urut- urut pelan, hingga kemudian ditariknya sepatu olahraga yang terpasang di kedua kakinya.

Ia ingin segera mandi begitu keringatnya mengering.

"Kakak."

Suara dari belakangnya itu membikin Juna menoleh dan mendongakkan kepala. "Iya, Ma?"

Sang Mama mendorong sekotak wadah plastik yang Juna lihat berisi camilan nugget. "Tolong kasih ke Ibu Yaya, Kak. Tadi beliau kasih kita oleh- oleh sehabis dari luar kota. Bilang aja ucapan terima kasih," kata Mama sambil tersenyum.

Juna menyanjung senyuman wanita terhebatnya itu.

Tanpa keberatan, Juna mengangguk dan segera berdiri. Dalam sekejap, wadah makanan itu sudah ada di tangannya. Juna mengambil sandal dari dalam rumah, kemudian pergi ke rumah tetangganya.

Rumah Bu Yaya berjarak satu rumah dari rumah Juna. Tepat di samping rumah Nakaisha.

Selama berjalan, Juna jarang memperhatikan sekitar. Namun, beberapa hal mencolok selalu bisa ia rasakan. Seperti suara dari arah kirinya, Juna menoleh dengan cepat.

Juna tahu Nakaisha tak pernah tersenyum, sedikit pun. Akan tetapi, melihat gadis itu berteriak- teriak pada wanita di hadapannya berhasil membuat Juna mengernyitkan kening.

Otak menyuruh kakinya melanjutkan langkah, tetapi hati memaksa Juna berhenti dan mengamati Nakaisha dari kejauhan. Akhirnya, Juna mengikuti kata hati. Ia bersembunyi di balik tiang gerbang, sesekali mengintip ke arah dalam.

Suaranya tidak terdengar, tapi Juna tahu Nakaisha kini sudah menangis terisak- isak. Dan ia tidak menyenanginya.

Barangkali, karena Juna sangat mencintai ibunya, ia jadi tidak suka dengan tangisan wanita lain yang dibuat menderita. Itu juga alasan Juna yang kini mengepalkan tangan erat- erat, menahan emosi.

Wanita yang kini tampak memelototi Nakaisha itu punya tubuh yang tinggi. Kakinya terlihat bagus dibalut skinny jeans putih, tubuh dengan kemeja longgar berwarna senada–kedua ujung lengannya dilipat ke atas, dan rambut panjang tergerai.

Wajahnya beberapa terlihat kerutan. Selain itu, ia juga sangat mirip dengan Nakaisha.

Apakah itu ibu Nakaisha?

Mengingat ulang, Juna juga bertemu seorang wanita saat mengunjungi rumah Nakaisha kemarin. Ayah Nakaisha, juga wanita cantik itu, yang Juna pikir tidak terlihat sebagai seorang ibu. Usianya bisa saja hanya tua beberapa tahun dari ia dan Nakaisha.

Lalu, sebuah suara nyaring benda lunak dipukulkan ke kulit terdengar. Juna menoleh dan membelalak seketika.

Tangan wanita itu baru saja menampar pipi Nakaisha. Pelan- pelan, warnanya memerah, membentuk tanda telapak tangan juga jari- jarinya. Nakaisha sendiri tidak bergeming. Menelan sakitnya sendirian, mungkin. Juna tidak pernah tahu rasanya.

Wanita itu lantas menggandeng pria muda di sampingnya, berjalan anggun, masuk ke mobil dan mobil itu melaju ke luar pekarangan. Juna buru- buru menyembunyikan diri.

Mobil itu sudah jauh, segera Juna menerobos masuk dan menemui Nakaisha di selasar.

Gadis itu masih tak bergerak.

"Kai." Juna memanggil pelan dan lembut.

Baru saja Juna akan menyentuh pipi Nakaisha yang kemerahan, untuk memastikan tak ada luka fatal, Nakaisha sudah mendorong dada Juna keras dan masuk ke dalam rumah.

Pintu ditutup dengan membanting.

Juna memaku begitu saja.

Clue setiap ceritaku : tokohnya gak akan pernah dibuat punya hidup yang sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clue setiap ceritaku : tokohnya gak akan pernah dibuat punya hidup yang sempurna. Oke, wkwk

Gais, ini update memperingati L I N D R A K A tembus 1k viewers, terima kasih, yaaa♡

Aku tanpa kalian bukan apa- apa. Jadi, ayo berteman dan lebih dekat lewat ceritaku yang lain.

Tinggalkan jejak. Bye, thank♡

Bonus foto Juna Lindraka

Bonus foto Juna Lindraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LINDRAKA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang