Dinner

761 56 7
                                    

vote&komen ya!
✈️✈️✈️

Sebuah cermin besar berlampu disisinya dengan memuat bayangan Tira di dalamnya. Ada meja besar didepannya yang terdapat berbagai alat rias di sana. Mulai dari bedak, pewarna bibir, sampai penjepit bulu mata lengkap adanya. Ada pula yang pensil bentuknya dipakai di ujung mata.

Kurang lebih ada dua orang wanita yang jadi pegawai di sana di toko atau butik sebutannya lebih tepatnya, yang mana salah seorang mendandani Tira sibuk dengan bedak dan alat make up lainnya untuk lukis di wajahnya Tira. Lagi yang satunya sedang pilah-pilih gaun yang sekiranya paling cocok untuk Tira kenakan.

Hingga kurang lebih satu jam lamanya, Tira selesai dan polesan wajahnya. Lalu sudah masuk keruang ganti pakaian. Selang sepuluh menit di keluar dari ruangan tersebut dengan dress pilihan pegawai butik.

Sebuah gaun panjang selutut berwarna merah terang dengan hiasan aksen bunga berlengan panjang. Polesan make up nya pun disesuaikan. Sedangkan rambut Tira dibiarkan lurus tergerai. Kalo kata orang banjar nih ya Tira bungas banar yang artinya cakep atau cantik banget.

Dasarnya kalau sudah punya wajah cantiknya kayak malaikat tambah polesan dikit makin-makin deh pokoknya.

Sekarang pun ada yang hampir menganga lihat Tira keluar dari ruangan ganti pelanggan. Oh, dia adalah Kaenan sedang duduk di ruang tunggu yang tadinya melihat ponsel kini sadar atensi Tira di sana. Terlihat beda, semakin cantik kata hatinya Kaenan saja. Suttt diam ya jangan kasih tau Tira kalo Kaenan memujinya walaupun hanya dalam hatinya.

"Aneh ya pak? Kalo gitu saya pakai baju saya saja deh"

Tira mau gila rasanya. Kaenan memandanginya dari atas sampai bawah. Tatapannya aneh Tira jadi takut hasilnya memalukan atau terkesan berlebihan. Sebab tidak biasa makeup seperti ini.

"Lumayan"

Apa? lumayan? satu jam loh ini. Tira di gambar ini itu hasilnya lumayan katanya. Wajahnya ditabur bedak sampai batuk yang terus diolesi ini itu yang untungnya matanya tidak kecolok waktu pakai bulu mata. Astaga sabar ya gak boleh emosi terus gak baik buat kesehatan.

Yang padahal Kaenan perhatikan tanpa berkedip. Tira cantik kok hanya dia tidak mau memperlihatkan kekaguman. Taukan gengsi orang seperti Kaenan. Tinggi seperti menara Burj Khalifah.

***

Halo Liam! Kapan? Baik tolong kirim alamatnya, Saya segera ke sana

"Ayo kita berangkat!"
Satu tangan kanan Tira Kaenan raih simpan di tangan kanannya. Maksudnya digandeng gitu loh. Tira kaget dong, atau mungkin jantungnya udah deg-degan dari tadi. Padahal kan diam, lari pun tidak. Aneh sekali ucapnya dalam hati saja.

"Pak bentar deh"

"Kita udah hampir telat ini"

"Kita mau kemana sih? Jelasin dulu pak.. saya kayak lagi lari-larian tapi gak tahu mau ngapain"

"Oh iya saya lupa jelaskan.. kita bakal makan malam dengan kolega bisnis saya"

"Terus hubungannya sama saya apa pak? Kok saya dibawa-bawa?"

"Kamu minta bantuan saya kan? nah nanti bakal ada kakak saya yang juga bakal datang"

"Serius saya diajak ke acara begitu? Kelihatannya penting pak, masa saya ikut"

"Kalo kamu gak mau ya sudah pulang sana! Tadi katanya mau dibantuin"

"Ehh iya oak maaf, kok ngambek? saya gak enak aja ganggu acara bapak"

"Udah kalo kamu mau ikut saya kalau enggak juga gak papa silahkan pulang saja"

"Aduh bapak iyaa deh saya ikut, lagian udah di dandanin sebegininya masa iya saya tolak"

Boss vs PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang