Batal Move On

526 43 9
                                    

Vote&Komen ya!
✈️✈️✈️

Ketika hati dibiarkan larut pada rasa luka, cinta yang berujung harapan pupus, janji yang ingkar dari kata setia, status perasaan tak jelas yang Anin sandang kala mengejar Romeo yang tak kunjung kembali namun malah berlabuh pada hati baru. Ya Romeo tidak bersungguh-sungguh. Mengungkap cinta yang sudah hilang antara Romeo dan Anin justru tembok penghalang Romeo sendiri yang hancurkan. Malam kedua di awal minggu pertama awal bulan Oktober. Sebuah tindakan yang kala itu Romeo kembali patahkan jalan keluar Anin dari labirin. Labirin yang selama satu bulan ini berusaha Anin hancurkan.

Oh Tuhan mungkin berbaik hati saat bayangan Romeo mulai hilang justru dia gantikan dengan sosok sebenarnya. Tepat pukul dua belas kurang lima menit, bel apartemen Anin berbunyi. Tak biasanya tapi Anin heran siapa yang bertamu selarut ini. Lagipula apartemennya ini tak banyak yang mengetahuinya, hanya Romeo dan Kaenan mungkin dan beberapa teman Anin lainnya yang mengetahui apartemen ini itupun tak banyak. Anin memang telah lama tinggal di sana jika tidak sedang bepergian untuk pekerjaan, Ia akan stay di apartemen itu yang biasanya sering ditemani Kaenan maupun Romeo. Biasanya Anin tak sering berada disini, Ia kebih sering pulang ke rumah orang tuanya dua bulan terakhir, namun berbeda kali ini Ia menetap satu bulan disana untuk menenangkan diri. Selapas kata putus dan peninggalan sepihak oleh Romeo sehabis berlibur Ia memilih berada di apartemen itu. Anin beralasan tak mau Ibunya tau soal masalah putus cintanya sebab wanita itu akan sangat murka bila tau Anin telah menyakiti Romeo. Biasa calon mertua yang terlalu menyayangi menantu tampannya itu melebihi sang anaknya sendiri.

Seperti biasa pada umumnya Anin membukakan pintu kalau saja ada hal darurat atau penting dari seseorang di depan sana. Tak lupa Anin sudah siapkan wjan teflon ditangan kirinya lalu ia simpan di balik badannya. Ah antisipasi saja barangkali yang adatang adalah seorang perampok, Anin akan pukul wajahnya dengan benda itu. Sesaat setelah menekan kode keamanan lalu mengintip sebentar di sela pintu kalau saja yang datang orang asing yang berniat buruk namun seketika Anin malah kaget beserta keheranan. Seseorang yang datang justru adalah pria yang selama sebulan ini Anin usir keberadaannya dari otaknya, namun sekarang justru berdiri lemas di depan pintu apartemennya. Untung saja Anin tidak menggeprek kepalanya. Kalau itu sampai terjadi, Anin akan menyesal. Sesaat setelah membukakan pintu lebih lebar karena tau itu adalah Romeo namun tubuh besarnya justru menubruk Anin. Pria itu jatuh memeluk Anin hingga Anin yang tidak seimbang pondasi kakinya pun sempat roboh dengan Romeo menimpanya. Ah posisi mereka masih di depan pintu namun Anin meringis akibat ditiban badan yang cukup berat seperti Romeo. Untung saja pintu apartemen telah otomatis terkunci.

Selanjutnya Anin berusaha membangunkan Romeo, Anin masih heran mengapa kondisi pria ini begini? Apakah dia habis mabuk? Tapi Anin tak mencium bau aroma alkohol dan sejenisnya. Lagi tubuh pria itu cukup panas dan memang cuaca di luar menjadi hujan deras, apa mungkin Romeo sakit.

Dengan sisa tenaganya Anin membopoh Romeo ke kamarnya, cukup sulit karena Romeo tampak masih setengah sadar.
Sepertinya pria ini memang sakit, hal itu terbukti dari wajah yang pucat dan suhu tubuh yang semakin naik. Ah Anin jadi berpikir apa yang Romeo pikirkan sampai bisa keadaannya separah ini?

"Romeo? Kamu sudah sadar?"
"Ra? Di-mana?
"Kamu dirumahku"
"Ti-ra"
"Huh?"
"Raa"
"Tira? Aku Anin Rom kamu sa-"

Seketika tubuh Anin kaku. Romeo bertindak gegabah. Pria itu mulai gila sekarang, setelah apa yang Ia perbuat, dan beraninya dia melewati batas seorang mantan kekasih.

"Aku merindukanmu"

Huh apa dia bilang? Romeo merindukan Anin? Apa Anin tidak salah dengar? Pria itu tiba-tiba mengekspansi Anin. Memeluk Anin tiba-tiba bengitu erat hingga matanya kembali bertemu dengan mata Anin.
"Aku menyukaimu Ra"

Tunggu. Ra siapa yang Romeo maksud? Bukankan nama Anin tak sama sekali mengandung unsur huruf R. Romeo tak pernah memanggilnya dengan sebutan apapun selain namanya yakni Anindia. Sejurus dengan itu mata Anin membola kala Romeo mengabdiahinya sebuah kecupan di kening lalu menatapnya begitu dalam, yang mana bisa Anin tahan tanpa menatap balik dengan begitu mendamba. Tahulah bagaimana perasaan Anin, Ia masih begitu cinta bahkan Ia juga merindukan pria ini. Mengabaikan bayangan sebenarnya yang dilihat Romeo adalah sosok lain. Ah seakan otaknya dibuat buta. Pria yang begitu kuat magnetnya bagi Anin adalah pusat rotasi hatinya.

Sementara wajah lelaki pemilik hati Anin itu diliputi kesedihan mendalam. Bahkan air matanya hampir saja luruh jika saja tidak Ia segera bendung. Seluar biasa itukah pengaruh Tira pada seorang Romeo Diranu. Apa yang telah membuat Romeo begitu ringkih dan datang pada Anin dengan keadaan yang begitu menyakitkan.

Romeo alihkan pandangannya hingga berada dalam satu garis lurus bahkan masing-masing semakin tenggelam satu sama lain sejurus wajah Romeo yang senakin mendekati bibir berwarna peach milik Anin.
Ranum dan manis. Itu adalah hasil kecupan yang saling bertukar antara dua mantan kekasih tersebut.

Anin meraih tengkuk pria yang punya tinggi tak seimbang dengannya sehingga membuat kesulitan untuk lebih memperdalam kontak antar keduanya. Maka Romeo membungkuk mengangkat tubuh Anin dengan bibir yang terus membelit. Mereka hanyut dalam kontak fisik yang melewati batas. Antara imajinasi Romeo yang bewujut Anin dalam kerinduannya pada si mantan kekasih. Mereka salurkan emosi dalam hubungan manis semalam. Entah apa yang akan terjadi besok. Namun telah Anin putuskan untuk mrelakan. Pikirnya dengan merelakan hal berhrga miliknya, Ia akan mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Romeo dan hatinya seutunhnya miliknya. Mulai malam itu Anin terlena dan mengklaim Romeo miliknya mulai detik ke tiga belas tepat pukul dua dini hari, masa depan Anin telah diubah maka Anin nyatan Romeo miliknya tak perduli apapun.
Hingga malam berlalu dengan Anin miliki Romeo seutuhnya.
***

Dering ponsel membangunkan Tira pagi itu. Tertera nama cantik bertuliskan 'Bos Gila' dilayar ponselnya. Cukup sadar Tira mengangkat panggilan tersebut seraya menempelkan layar ponselnya ke telinga. Matanya masih berpejam namun Ia mendengar pihak seberang berkata.

"Saya di depan rumah kamu, bukain"
"Huh? Bapak kesini?"
"Ya"
"Ngapain pak?"
"Jemput kamu"
"Saya kan libur hari ini, saya gak ada kerjaan kan?"
"Mamah saya mau ketemu"
"Loh Ibu Kim udah balik?"
"Buruan bukain! Saya lumutan ini"
"Eh iya bentar pak"

Tira pun bergegas menuju kamar mandi mencuci wajahnya sebentar lalu langsung menuju pintu utama. Seorang lelaki dengan mengenakan sweater bergambar beruang warna abu-abu serta jeans hitam dengan kacamata hitam bertengger di hidung bengirnya. Ia berdiri sembari memainkan ponsel.

"Lama"
"Ya maaf pak, saya kan cuci muka dulu"
"Masih ada ilernya"
"Hah yang bener pak? Padaha saya udah gosok gigi juga"
"Cek aja sendiri"
"Gak ada kok pak, adanya cuman belek aja"
"Saya heran ada ya gadis kayak kamu"
"Kenapa? Saya cantik kan?"
"Jorok"
"Ih Bapak malah ngehina saya"
"Buruan siap-siap"
"Mau kemana?"
"Ketemu mertua kamu"
"Hah? Emangnya saya calon istri bapak?"
"Bukan"
"Lah terus?"

Kaenan berusaha mendorong Tira untuk segera bersiap. Meski gadi itu sedikit menolak namun Ia pasrah ketika bosnya itu sudah berkehendak maka tak bisa sedikitpun Ia melawannya. Disisi lain Kaenan sedang berpikir bahwa gadis ini cukup berhasil meningkatkan emosi Kaenan padahal masih pagi.

"Nanya mulu ya, cepetan"
"Jelasin dulu dong"
"Kamu lamban saya tinggal"
"Yaudah gak usah pergi"
"Tira!"
"Iya deh iya, bapak bawel deh"

Hanya dibalas melototkan matanya oleh Kaenan yang mana Tira ngibrit ke kamar mandi meninggalkan Kaenan di ruang tamu sendirian hingga ada sesosok lelaki lain yang melintas.

"Anda siapa?"
Pria itu bingung dengan Kenan seharusnya Ia yang bertanya mengapa Kaenan ada disana.

"Anda apakan Tira?"
✈️✈️✈️
Bersambung...

Kangen gak?
Sorry ya baru bisa up sekarang

Boss vs PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang