"Dasar arogan!"
"Kamu menghina saya?"
Pramugari itu pelayan tapi dia juga punya hati. Jadi penumpang bukan berarti kamu rajanya ya bisa seenaknya. Bisa tidak hargai setiap profesi orang?
published 3September2020
Pagi itu adalah pagi yang cerah sebab mentari unjuk gigi bersinar terang memberikan suasana hangat saat cahayanya menerpa kulit siapa saja yang terkena olehnya seolah sedang salurkan kehangatan pada hari itu.
Tak ada rasa tenang bagi seorang Kaenan Diranu. Hidupnya dikelilingi tuntutan pekerjaan, belum lagi awak media yang selalu menyorotinya. Reputasi sebagai pengusaha muda dengan embel keluarga Richi juga kekayaan yang tak pernah habis untuk dipikirkan membuatnya menjadi pribadi pekerja lupa waktu. Seolah pekerjaan paruh waktu untuk dirinya sendiri maka sedari pagi berangkat tanpa makan pun pulang larut nyaris menyapa pagi kembali adalah rutinitas biasa dia lakukan. Seperti pemilik perusahaan pada umumnya hari-harinya selalu diliputi rapat, pertemuan, dan segala bentuk pertahanan perusahaan yang telah Kaenan bangun dengan baik hingga sekarang. Perlu diingat bahwa Kaenan bukan tipe bos terima beres, namun tak satupun pergerakan perusahaanya itu yang luput dari pengawasannya. Semua butuh proses maka Kaenan yakin jika ia menjalankannya dengan benar maka tak akan ada aral yang sulit untuk diatasi, bergitulah prinsipnya. Ah andai saja mungkin jika saja ada yang mengurusinya tidak akan separah itu kondisi Kaenan tiap harinya.
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Itu kalau kata ibunya Kaenan di waktu kecilnya. Namun Nampak Kaenan tak se-perduli itu pada tubuhnya. Mungkin berolahraga merupakan nomor kesekian kalau saja dia punya waktu untuk sekedar bersantai, maka pasti digunakan untuk tidur saja, itupun biasanya tidak memenuhi standar istirahat normal yang ia butuhkan. Tumpukan kertas yang senantiasa tersaji di mejanya menunggu untuk dibaca, revisi, tanda tangan hingga membuat tak sedetikpun waktunya terbuang percuma. Semua hidup yang ia dedikasikan membuatnya lupa akan dirinya sendiri.
"Selamat pagi pak Nona Tira sudah datang"
"Suruh saja dia masuk"
Seorang wanita yang menjadi resepsionis kantornya menelpon Kaenan via telpon yang tersaji khusus di meja kerjanya. Ah Katanya Tira telah tiba di sana. Ya ini atas suruhan Kaenan lebih tepatnya perintah yang sempat ditolak Tira tapi justru balik dia terancam dipecat. Duh yasudah lah Tira ikuti saja bos semau jidatnya itu inginnya apa? Semoga saja jidatnya tidak semakin lebar karena tindakan semaunya itu.
Baru saja dia mendaratkan bokong berlapis celana denimnya itu pada sofa empuk ruangan Kaenan.
Ah hari itu Tira lebih santai pakaiannya pun hanya kemeja putih sederhana dengan rambut berponinya dibiarkan tergerai lurus. Ah ayolah itu bukan alasan sebenarnya keberadaannya di sana, yang seharusnya Tira akan berangkat pagi ini untuk penerbangan ke London tetapi shiftnya justru dibatalkan berganti perintah atasan berhati tegaan macam Kaenan Diranu.
Dengan berdiri menatap pria yang masih sibuk membaca lembaran kertas putih yang entah apakah isi di dalamnya? sebuah pulpen nampak ia mainkan sesekali menggoreskan tintanya pada kertas-kertas tersebut.
Ingat perintahnya beberapa hari lalu bukan? Tentang keinginan Tira untuk menjadikan Tira babunya, ah mungkin lebih tepatnya karena Tira salah ucap sebab kelancaran mulutnya dan berakhirlah Tira jadi objek menyebalkan bosnya sendiri. Maka dengan senang hati hari ini Kaenan wujudkan semua itu.
"Oh babu saya sudah siap ya untuk bertugas pertama mulai hari ini"
"Bapak bisa gak sih mikirin tindakan bapak dulu? Saya juga punya kerjaan pak, jangan seenaknya rubah hidup saya begini dong"
"Kamu lupa saya siapa kamu?"
"Saya ingat kok pak, ingat sekali kalau bapak itu bos saya yang terhormat. Tapi pak sikap bapak yang begitu tidak jauh beda dengan bos gila yang seenaknya"
Kaenan diam saja sebagai tanggapan Ah respon yang tidak sesuai harapan Tira yang ada Kaenan justru tertawa tergelak. Lalu dengan arogansinya dia terbitkan senyum yang hanya menarik satu sudut lalu menegakkan badannya yang semula menyender pada kursi empuk itu dan menaruh jemarinya sehingga bertopang dagu dan mulutnya tiba-tiba diam sembari masih menatapinya.
"Dasar bos gi-"
"Apa Ra? Mau bilang saya gila?"
"Em itu pak. maksudnya saya iya eh bukan gitu maksudnya"
"Hahaha saya paham kalo kamu mikir beneran gitu juga jangan bohongin saya"
"Iya maafin saya pak"
"Oke tugas pertama kamu belikan saya kopi latte di cafe depan kantor saya kasih waktu 10 menit dimulai dari sekarang"
"Loh pak bentar ini saya"
"Satu menit"
Dasar nyebelin! Umpat Tira tapi hanya lirih dia keburu lari duluan sebab tugas dari Kaenan benar-benar membuatnya seperti babu saja. Ah memang paling tidak tepat kalau Tira cari masalah sama bos modelan kayak Kaenan yang ngeselinnya ternyata lebih parah. Jam delapan pagi Tira harus sudah sampai di kantor padahal dia sudah siap dengan seragam pramugari mau menaiki taksi menuju bandara namun yang tiba-tiba lalu mendapat telpon dadakan bahwa shift nya tersebut dibatalkan. Pun tak ada toleransi waktu yang mana Tira mesti balik lagi untuk mengganti baju dan sebagainya. Ah baru juga pagi dia sudah berapi-api.
Sesampainya di depan pintu cafe yang baru saja buka itu Tira sempat mengambil nafas lalu segera memasuki toko itu yang masih tak ramai. Nampak beberapa orang baru saja masuk dan yang pasti mereka adalah para pegawai kantor di sana. Seperti berada di dunia lain dari dunia begitu sistemnya Tira katakan bahwa dari pramugari menjadi seperti babu bos nyebelin.
Menyambangi meja pemesanan yang Tira serobot saja antreannya sebab dia tidak bisa menunggu waktunya yang terbatas diberikan Kaenan. Dengan segera dia sampaikanlah apa yang Kaenan inginkan yang segera pesanannya akan dibuat. Adakalanya ketika kita berbuat tak sesuai aturan maka kita akan memperoleh komentar bahkan teguran seperti yang Tiraalami sembari seseorang wanita justru mengurnya sebab menyerobot antreannya sehingga membuatnya kesal. Ah Tira sebenarnya malu tapi mau bagaimana lagi dia hanya tebalkan muka saja.
"Maaf ya pak saya buru-buru"
Saking paniknya akan waktu yang Tira miliki pemberian Kaenan tak cukup diapun sempat menabrak seseorang pria bertopi hitam dan memakai masker membuat bahu Tira tertabrak hampir saja Tira jatuh memalukan di lantai. Untungnya tidak terjadi.
"Lain kali perhatikan jalanmu!"
Dan yang lebih parahnya minuman kopi itu justru tumpah dibaju Tira. Ah menyebalkan! apa ini hari sialnya?
"Kamu gakpapa? itu kopinya panaskan?"
"Saya gak papa, maaf pak saya buru-buru, saya duluan ya"
*** "Kamu telat lima menit!"
"Duh maaf pak tadi cafenya ngantri"
"Bajumu kenapa"
"Gak, ini cuman ketumpahan sedikit"
Kaenan pun tiba-tiba mendekat dan menarik tangan Tira hingga mereka duduk di sofa yang disediakan dalam ruangan tersebut.
"Tetap aja itu kopi panas loh Ra, tanganmu bisa melepuh"
Kaenan meraih cup kopi di tangan Tira membawanya duduk dan segera mengambil salep luka bakar pada kotak P3K. Bahkan Tira saja bingung kapan Kaenan mengambilnya.
"Itu cuman sedikit kok pak"
"Siniin tangan kamu!"
"Huh?"
"Kamu diem biar saya bersihin" ✈️✈️✈️ bersambung.
ayf_kim
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.