Ra-Thirty Eight✔

119 9 1
                                    

"Hal yang paling sulit dari memperjuangkan adalah mempertahan."

~2Ra

Jam istirahat sudah tiba. Rara, Fiona dan Sevila bergegas ke kantin. Saat di kantin seperti biasa mereka mencari tempat duduk mereka. Dan terlihatlah Fajar dkk. Tetapi, seperti ada yang kurang.

Lalu mereka menghampiri meja Fajar dkk dan memang masih ada yang kosong. Atau memang dibiarkan kosong khusus untuk para wanita ini.

Rara mengerutkan keningnya aneh dan bingung.

"Kak Raka kemana?" tanya Rara kepada ketiga lelaki di sana.

Vero juga mengerutkan keningnya.

"Lah tadinya gue mau nanya sama lo. Kirain lo tahu. Kenapa Raka gak masuk kelas."

Perkataan Vero barusan membuat Rara semakin bingung. Berarti Raka bolos?

"Kak Raka gak masuk kelas dari tadi pagi?" tanya Rara.

Rara sedari tadi masih dalam posisi berdiri. Berbeda dengan kedua temannya yang sudah duduk anteng dan dengan seksama mendengarkan apa yang Rara dan Vero bicarakan.

"Iya."

"Tadi kamu di anterin Raka kan Ra?" sekarang giliran Fajar yang bertanya.

"Iya kak. Tapi tadi sampai depan gerbang gak sampai masuk, kirain dia nyusul di belakang." jelas Rara.

Rara mulai mendudukkan dirinya di kursi dekat Vero.

Kemana Raka perginya?

"Kalian ngerasa gak. Kalo ada yang beda dari Raka sejak kemarin?" ujar Anggi.

Sepertinya sekarang Anggi dalam mode serius. Tidak sedang bercanda. Mereka yang di tanya mengganggukkan kepalanya. Memang benar sejak kemarin bertemu dengan Beni seperti ada yang di sembunyiin dari Raka.

"Iya lebih tepatnya setelah Beni ngobrol dengan Raka." timpal Vero.

Mereka menyetujui ucapan Vero. Lalu Fajar menatap Rara yang ekspresinya berubah. Seperti mengkhawatirkan Raka.

"Ra jangan terlalu di fikirin yah. Raka pasti baik-baik aja kok!" ucap Fajar mencoba menenangkan Rara.

"Yaudah berhubung perut gue lapar sejak dari tadi nungguin kalian gue belum makan apapun nih anjir!"

Mulai sikap absurd Anggi mulai kambuh. Belum makan apapun itu bekas makanan di depannya bekas siapa anjir.

"Lah belum makan apaan. Tadi yang lo makan dua mangkok apaan? Angin hah?!" sarkas Vero.

"Lah itumah kan hilap." ujar Anggi nyengir.

Mereka semua menertawakan perlakuan Anggi barusan. Tetapi berbeda dengan Rara yang bergeming sedang melamunkan seseorang.

"Yaudah cepetan mau pada pesen apaan. Biar gue yang pesen Fajar yang bayar. Cepetan!" ucap Anggi tidak sabaran.

Fajar yang namanya di sebutpun langsung menatap Anggi tajam. Tetapi tidak mengelak Fajar memberikan uang seratus ribu kepada Anggi. Dan mereka mulai menyebutkan pesanan mereka.

2RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang