7. Friends

23 2 0
                                    

Count, or you'll loose

Aleta

Ada 3 level pertemanan yang gue terapkan di hidup gue. masing-masing level merepresentasikan tiap circle pertemanan yang gue punya. Level 1: 'teman sapa', adalah orang-orang yang gue kenal namanya,sering gue jumpai setiap hari, tapi gak pernah berbagi banyak hal dengan mereka. Gue akan menyapa mereka dengan senyum dan sapa ketika kita bertemu, contohya bu kantin yang sering ngatain gue petakilan banget kalo makan, pak satpam sekolah yang sering neriakin ''awas jengglongan'' ke gue dan Rendra sampai geleng-geleng kepala tiap lihat kita kebut-kebutan naik sepeda, atau pak Mamat, supir bis baru yang belakangan sering gue jumpai tiap berangkat dan pulang sekolah bareng Jeno.

Level 2 : 'teman haha hihi', mereka adalah teman-teman yang sering gue jumpai di Roxan. Level kedekatan gue dan mereka cuma dua tingkat, secara personal gue dan mereka gak berbagi banyak hal, kita cuma saling berbagi informasi seputar Pletora. basically, mereka adalah teman gosip gue. Gak cuma anak Roxan, Hilda, Felix, dan teman-teman sekelas di sekolah juga masuk level ini, bedanya kalo sama Hilda dan Felix sharingnya tentang info tugas dan PR.

''bang Janu sama kak Niria masih awet aja ih, yaallah mau satu yang kayak bang Janu yaallah''

Yang barusan ngomongin bang Janu alias mas Yuno itu namanya Yerin, terobsesi banget sama kisah cinta mas Yuno yang jadi legend di sekolah dia bahkan setelah dua tahun mas Yuno lulus. Gak heran sih, mas Yuno sama pacarnya memang se-uwu itu.

''liat deh,instastroy mereka...''

''loh mas Yuno lagi di malang?''

Tanya gue refleks ketika melihat lokasi yag tertera di instastorynya.

''lo kan tetangganya masa nggak tau?''

Celetuk Jiya, salah satu anak SMA 2 yang famousnya sama kayak Tristan. Kalau Tristan pujaan hati cewek-cewek di seluruh penjuru Pletora, maka Jiya adalah pujaan cowok-cowok. Udah kayak king and queen visual-nya Pletora deh pokoknya.

''tetangga sih tetangga, masa gue harus tau semua hal heuu gue bukan stalker''

''speaking of stalker, noh stalker baru lo noh dateng''

Somi menunjuk ke arah pintu masuk Roxan dengan sedotannya. Ketika gue melihat ke arah sedotan itu, Jeno tersenyum sambil melambaikan tangan.

''jadi lo jadian sama Rendra apa Jeno yang bener?''

Tanya Somi dengan nada penuh interogasi.

''we don't do that in our circle, we're friends''

''gak ada cewek sama cowok cuma temenan doang, bentar lagi juga pasti baper''

Protes Yerin. Gak bentar lagi kok, gue memang udah pernah baper ke Jeno, dulu waktu rok gue masih biru tua. Dulu, waktu surat-menyurat masih jadi hal yang lumrah dilakukan para remaja yang sedang jatuh cinta. Ini adalah cerita memalukan yang gue harap Jeno gak akan pernah bahas lagi seumur hidup, tapi apa daya, gue kira dia gak pernah tau kalau surat cinta tanpa nama itu dari gue, nyatanya dia tau, meskipun sejauh ini dia gak pernah bahas lebih jauh tentang surat itu. Mungkin belum, gue harap sih gak akan pernah.

''ada kok, ya gak ?''

Celetuk gue ke Jeno yang sekarang sudah berdiri di samping kursi gue.

''hm? apanya? Hai semua''

''hm? apanya? Hai semua''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SelenelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang