Rendra
Gue gak pernah suka dengan pertanyaan 'Kenapa'. Buat gue pertanyaan dengan kata tanya kenapa selalu sulit untuk dijawab karena, alasan yang lo punya untuk menjawab pertanyaan itu belum tentu bisa diterima oleh si penanya. Singkatnya, menjelaskan sebuah alasan untuk meyakinkan orang lain adalah hal yang sulit. Apalagi, kalau alasan itu adalah sebuah tameng untuk menutupi kebohongan yang lo buat.
Gue gak pernah suka menjawab kata tanya itu, seperti halnya gue gak suka menanyakan alasan orang lain atas sesuatu yang Ia lakukan. Tapi apa daya, mau gak mau gue harus menggunakan kata tanya itu untuk hidup, untuk mencari sesuatu yang gak gue tau, untuk mengungkap suatu kebenaran yang kadang membuat hidup lo hancur berantakan.
''Kenapa ?''
Di usia gue yang ke 18 tahun, seharusnya gue merasakan rasanya dimarahi oleh orang tua karena gak menurut sama nasehat mereka atau karena mereka khawatir gue melakukan sesuatu yang bisa mencelakai diri. Tapi sekarang di usia gue yang ke 18 tahun, gue malah disini. Duduk di sebuah kedai kopi sepi bersiap untuk marah atas segala kekecewaan gue pada Papi.
''Papi... Papi minta maaf''
Jari gue sudah gak mampu menghitung berapa kali Papi mengatakan maaf sejak awal gue memintanya datang kesini untuk bicara empat mata. sebanyak apapun maaf yang keluar dari mulut Papi gak akan bisa menggantikan rasa kecewa yang sudah memenuhi tiap rongga dalam dada gue sejak berbulan-bulan yang lalu.
Masa peralihan status gue sebagai siswa untuk menjadi mahasiswa tidak seindah yang gue bayangkan. Dulu, gue selalu excited hanya memikirkan kalau gue akan lulus, masuk ke perguruan tinggi yang gue impikan dan kuliah di jurusan yang sudah gue impikan dari awal gue masuk SMA. Well, seperti halnya tidur lebih enak dari pada mengerjakan tugas, mimpi selalu lebih indah dari pada kenyataan. Bukan seperti ini yang gue bayangkan dulu ketika gue akan masuk ke universitas, duduk di sebuah kedai kopi sepi, menunggu sebuah penjelasan dari orang yang mungkin saat ini paling gue benci.
''i need explanation, not apology''
''Papi .. kamu tau sendiri papi dan mami gak pernah minta untuk dijodohkan''
''sekarang papi mau nyalahin datuk untuk hal amoral yang papi lakuin ? ck. it was 18 years ago, thats not an explanation. thats just an excuse''
''thats not an excuse. thats the fact, Rendra. papi sama mami, we never love each others''
''you cheat on her, on me. on US!''
Papi terdiam, dari raut wajahnya yang rasanya ingin gue pukul keras-keras itu, gue bisa melihat ada kebingungan disana.
''what do you want me to do, then?''
''aku mau papi cerai sama Mami''
''we can't''
Sampai sekarang, gue masih gak mengerti bagaimana cara orang dewasa berpikir. untuk hal sesederhana berpisah karena penyebab yang sudah pasti, mereka masih ngeyel dan memilih untuk tetap bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenelion
Fiksi PenggemarAlet dan Rendra seperti matahari dan bulan. Ketika matahari mulai terbit, bulan meninggalkan langit. Ketika bulan datang menerangi malam, matahari harus tenggelam. Tidak pernah bertemu di waktu yang sama. Ini tentang pencarian sebua...