9. Reasons

21 3 0
                                    

Aleta 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleta 

Selama lebih dari 17 tahun gue hidup, gue belum pernah pacaran, pedekate, atau apapun itulah sebutannya. Satu-satunya cowok yang pernah gue taksir hanyalah Ryejeno. Gue memang tipe orang yang gak gampang suka sama orang lain, apalagi kalau orang itu gak banyak berkontribusi di hidup gue. dan dari empat cowok yang berkontribusi besar dalam kehidupan gue dari kecil hingga sekarang, gue yang saat itu berusia 14 tahun memilih Ryejeno sebagai cowok yang gue taksir.

Alasannya sederhana tapi sebenarnya lebih dari sederhana. Baiklah alasannya gak sederhana, dan bisa dibilang cukup dalam. Semua berawal gara-gara sebuah kaos putih lukisan awan dan bunga matahari berwarna kuning. Waktu itu bang Arten lagi senang-senangnya melukis di atas kaos, gue minta Ia melukis satu kaos untuk gue tapi tentu saja dia gak mau melakukannya dengan gratis. Karena kesal, akhirnya gue melukis sendiri. Bukan lukisan yang bagus, kalau dipikir-pikir mirip lukisan anak TK. Ketika gue memakainya dan memamerkan kaos itu ke anak-anak, mereka mengejek gue. echan bilang ''kayak anak TK aja lo'' disusul dengan Rendra yang walaupun gue sudah memaafkannya tapi gue gak akan lupa apa yang dia katakan ''Alet mah badannya aja yang tumbuh,pikirannya gak ikutan, ketinggalan di TK''. Mendengarnya mengatakan itu, gue langsung menangis begitu aja ditempat, dan mereka semakin getol untuk ngejekin gue.

Beberapa waktu kemudian Rendra dan Echan minta maaf. Atas nama persahabatan, gue memaafkan mereka karena mereka berjanji gak akan ngulangin itu lagi, terutama Rendra. Besoknya ketika kita akhirnya berkumpul lagi di kamar Jeno, gue kaget melihat Jeno mengenakan kaos yang hampir mirip dengan kaos gue. lukisannya pun hampir sama, seperti anak TK. ''gue pengen juga kaos kayak punya lo yang kemaren, makanya gue pake ini''. Dan begitulah, seorang Aleta akhirnya naksir berat sampai menulis surat cinta pertamanya untuk Ryejeno. Meskipun akhirnya dia gak membalas dan gue jadi menjauhinya karena malu, but i don't regret it at all. Karena berkat kejadian itu, gue ada disini sekarang, disampingnya.

''makasih ya''

Gue baru tau, ternyata pulang lewat jalan belakang 10 detik lebih cepat dari pada lewat lampu merah. Iya, gue menang taruhan dan tentu saja Jeno kelihatan gak senang ketika kita akhirnya sampai depan toko papah. Dia mengangguk kemudian menutup pintu mobil Datuk,menyalakan mesin dan siap untuk pulang. Baru saja gue akan berbalik untuk masuk ke rumah, Jeno menurunkan jendela mobilnya, membuat gue menoleh kembali

''buat yang tadi ...'' Jeno berhenti sebentar sambil menatap gue ragu

''...gue serius''

''...lo pikirin lagi ya, iya atau enggaknya''

Tatapan ragu itu sekarang berubah jadi tatapan penuh harap. Jeno juga tersenyum, hanya saja senyumannya berbeda, seperti ada kekecewaan yang tertinggal di ujung bibirnya.

''...gue balik, bye''

Jeno memundurkan mobilnya, lalu berbelok ke arah rumahnya yang hanya berjarak satu rumah dari rumah gue. gue menatap mobil itu hingga menghilang. Meskipun sekarang jantung gue sudah berdetak jauh lebih normal dibandingkan tadi, tetap saja ada sisa-sisa perasaan yang gue gak paham itu perasaan apa, antara perasaan senang, excited, dan gugup yang bercampur jadi satu.

SelenelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang