12. Luka

25 3 0
                                    

Kalau saja penyangkalan itu tak ada 

Tak akan ada kebohongan yang tercipta

Tak akan ada luka yang menganga

Kalau saja tak ada kata kalau saja...

Rendra

Rendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berawal dari sebuah kejadian yang gue kira hanya salah paham ketika Felix mengirim foto seseorang yang dia duga adalah Papi. Saat gue melihat foto itu, gue gak yakin itu adalah Papi karena foto itu tidak menunjukan wajah dan tidak begitu jelas. Oleh karena itu sesuai arahan Felix, gue akhirnya memutuskan datang sendiri ke Roxan untuk memastikan.

''mana?'' tanya gue langsung seketika gue sampai disana.

''lah barusan aja gue chat lo, bokap lo udah balik''

''lo yakin itu bokap gue?''

''hmmmm 50% sih, yakin''

''dan sisanya?''

''maka dari itu gue kirim foto itu ke lo, kalopun itu bokap lo, masalahnya ngapain juga dia nemuin Hilda disini? ''

''dan lo gak samperin dia?''

''bro, gue gak suka ikut campur urusan orang''

''terus sekarang Hilda?''

''udah cabut juga lo sih lama''

Karena sama-sama gak yakin, akhirnya gue menelfon Papi yang harusnya masih di Palangkaraya dan baru akan sampai rumah besok senin. setelah memastikan sendiri Papi ternyata masih di Palangkaraya, gue gak kuasa untuk gak ngata-ngatain Felix bedebah. Pasalnya gak sekali dua kali ini aja Felix bikin gue naik pitam dan ngerasa khawatir tanpa alasan yang jelas.

''langsung cabut lo? gak nemuin geng-gengan lo? si Tristan sama si siapa sih tuh namanya kembarannya Heksa''

''Rinrin?''

''nah iya itu. mereka diatas deh kayaknya tadi gue liat''

''kayaknya? sampe gue naik ke atas dan mereka gak ada, siap-siap gue siram sprite ya lo''

gue langsung naik ke atas untuk--lagi-lagi--memastikan omongan Felix yang ternyata benar. beruntung kali ini Felix selamat dari siraman air soda. dan disinilah gue menyaksikan adegan yang entah gue seharusnya atau tidak seharusnya saksikan. they were almost KISSING.. kikuk dengan kejadian tak terduga ini, gue berinisiatif langsung pulang.

Di hari seninnya, gue berusaha untuk tanya sama Hilda masalah malam itu. Gak mudah untuk gue sekedar bertanya siapa yang Hilda temui malam minggu kemarin. Kalau ternyata dugaan Felix salah, jatuhnya gue jadi kayak stalker dong. Ditambah lagi semua orang juga tau gue paling gak suka ke Roxan. Mana waktu dimintai pertanggung jawaban atas dugaannya,Felix malah kabur dengan dalih 'gue gak mau ikut campur urusan orang bro' . Harusnya beneran gue siram sprite aja ya kemarin. Lama gue memikirkan cara yang pas tanpa membuat Hilda tersinggung sama pertanyaan gue, tiba-tiba saja suara Alet memekakan telinga

SelenelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang