Sang fajar telah terbangun dari tidurnya, begitu pula dengan Vidri yang tampak sudah siap untuk berangkat ke sekolah.
Sepeda keranjang sudah menjadi transportasi favoritnya, walau Noah telah menawarkan tumpangan gratis untuknya tapi ia menolak karena tidak enak.
"NOAH GUE MAU BAWA SEPEDA GUE MINGGIR LO!" Teriak Vidri sambil memegangi sepedanya.
"Gue kan maunya berangkat barengan Vid,"
"Aduh lo tinggal berangkat bareng motor aja ribet banget. Ini itung-itung gue olahraga men," ujar Vidri yang bersikeras untuk ke sekolah membawa sepeda.
"Yaudah terserah," raut wajah Noah seketika berubah dan memutar motornya kemudian meninggalkan Vidri yang kukuh dengan sepedanya.
"Dih ngambek aja ngambek," Vidri rasanya ingin tertawa melihat kelakuan mereka tadi, bagaimana tidak? Melihat tingkah Noah tadi rasanya ingin sekali Vidri mencubit pipi pria tersebut.
Sampai di halaman parkir sekolah, Vidri mencari tempat teduh untuk sepedanya dan Vidri melihat ada Noah yang menunggu di motornya.
"Sepedanya taruh sini aja biar deketan," kata Noah sambil memanggil Vidri.
"Kalo siang disana panas men," balas Vidri dari tempatnya berdiri dan masih clingak-clinguk mencari tempat teduh.
"Dimana-mana juga bakal panas Vidri, ahhh pagi-pagi ngajak berantem mulu lo," kesal Noah.
"Marah mulu, ngambek terus. Kayak bocah TK ga dikasi beli telepon mainan," ujar Vidri kesal, dan akhirnya memarkirkan sepedanya di sebelah motor Noah.
"Ana sama Reyhan gimana ya? Udah baikan belom ya? Masalahnya apasih?" Oceh Vidri sendiri, Vidri mengira Noah sudah berjalan di sebelahnya namun ternyata Noah sedang mengunci stang motor.
"Ngomong sama siapa?" tanya Noah sambil terkekeh.
"Sama benalu di pohon," kata Vidri sinis dan melangkah cepat menuju ke kelas, Noah yang melihat reaksi sang pacar hanya bisa tertawa kecil dari jauh.
Langkah Vidri terhenti ketika melihat Ana yang ada di hadapannya.
"Hai An..." belum menyelesaikan kalimatnya Ana sudah menarik tangan Vidri menuju taman sekolah.
Sekolah belum ramai siswa, karena masih lumayan pagi. Ana akhirnya mengajak Vidri duduk di anak tangga taman. Ana tampak murung, tidak seperti biasanya entah apa sebabnya.
"Ana, lo kenapa?"
"Vidri,"
"Kenapa hmm?"
"Gue udah putus sama Reyhan,"
"Reyhan, APA? Kok bisa?" Vidri tiba-tiba kaget dengan pernyataan Ana. Matanya seletika membulat sambil menatap Ana.
"Si Reyhan lama-kelamaan makin posesif gue gasuka di larang-larang buat ini-itu, lo tau kan gue itu gimana?," jelas Ana sambil menahan tangisnya.
"Terus yang mutusin?"
"Gue lah, gue gakuat di larang-larang,"
"Emm, gimana ya...gue ga terlalu bisa ngasi saran apa-apa An. Gue ngerti pasti lo sakit hati, tapi biar gimana pun keputusannya ada ditangan lo dan gue ga berhak nentuin kemauan lo, gausah sedih ntar kita jalan-jalan aja gimana? Terus lo nginep di rumah gue?" jelas Vidri panjang lebar dan Ana seketika mengangguk dan memeluk temannya itu.
"Haduhhhh, kayaknya lo bukan Ana deh. Biasanya kan ketawa terus kok tiba-tiba nangis, ntar gue ikutan sedih nih," kata Vidri sambil berpura-pura sedih.
"Ga tadi abis pake tetes mata Vid," kata Ana mulai tersenyum sambil menghapus air matanya.
"Tuh kan ngelawak, kelas aja yuk ntar diliatin anak kelas lain malu kan," kata Vidri sambil menertawakan temannya itu.
"Ngapain malu, emang nangis itu bencana banget? Kaga lah Vid. Yang bencana itu pas lo ujian udah belajar tapi materinya gak keliatan,"
Sambil tertawa Vidri dan Ana menuju ke kelas. Menyusuri koridor sehabis dari taman sambil bercerita kecil Ana dan Vidri tampak bahagia.
Ana memanglah anak yang hiperaktif namun sebenarnya ia juga bisa menangis kala hatinya tersakiti. Dan Vidri adalah teman karibnya, walau kata-katanya tidak begitu lucu namun, Vidri selalu menghargai lelucon temannya itu. Sebaliknya Vidri sangat bersyukur menemukan teman seperti Ana yang dapat menghiburnya tiap saat dan tentunya dapat mengalihkan pikirannya dari masalah rumahnya dulu. Mungkin satu sama lain melengkapi dan saling mengisi, walau kadang salah satunya membuat kesal namun, tak lama mereka akan melupaknnya dan kembali seperti semulanya.
Saat menyusuri koridor Vidri dan Ana melihat Reyhan dari kejauhan dan Reyhan berusaha menghampiri Ana namun, dihadang oleh Vidri dengan merentangkan tangannya.
"Jangan ganggu Ana lagi!" ancam Vidri pada Reyhan di depannya.
"Urusan gue sama dia bukan sama lo!" bentak Reyhan pada Vidri.
"Dia temen gue! Gue lebih ngerti perasaan dia ketimbang lo! Yang sosoan bilang sayang sama dia tapi dengan cara yang SALAH!"
"Eh lo ngomong gausah keterlaluan ya!"
"Kenapa? Ga terima? Gue bilang Ana lagi gamau bicara sama lo!"
"STOP!"
TBC
Update akhirnya.
Setelah sebulan meninggalkan si Noha sama pidri ahh~Awalnya mau hapus cerita ini aja karena stuck. Tapi setelah ku pikir-pikir gausah aja. Walau readersnya ga nambah nambah bukan masalah. Intinya ini karya pertama aku dan aku bakal namatin walau akhirnya alurnya banting setir. Moga siders ku yang baik ga kecewa ya <3
Lapyu kalian yang udah nemenin Pita dari awal <3
KAMU SEDANG MEMBACA
NOAH
Teen FictionDia datang saat aku memerlukan teman. Dia menghiburku dengan caranya sendiri. Ya, mungkin memang dia yang kucari.