BAB 1 | Pertemuan Yang Tidak Diinginikan

318 13 3
                                    


Aku berjalan dengan langkah yang lambat, kemudian duduk di tepi kampus yang memang sudah tersedia kursi-kursi yang berjejeran. Aku mengambil buku catatanku dari tasku, perkuliahan tadi membuatku lelah dan aku perlu udara yang sejuk di sini. Meski di sini ramai, setidaknya mereka tidak memerhatikanku. Aku terus membaca catatanku. Aku tidak ingin pulang ke rumah tanpa apa-apa. Maksudku, aku tidak ingin pulang ke rumah tanpa membawa sesuatu ilmu di kepalaku. Aku terdiam karena fokus dengan catatanku.

Seseorang datang duduk di sebelahku. Aku memang duduk di taman gedung kuliahku, jadi wajar saja mereka duduk di sini. Dan sepertinya aku mengenalnya. Laki-laki yang tidak pernah berniat untuk aku kenal. Dia tersenyum padaku dan mengejekku.

"Masih aja belajar udah di luar kelas," kekehnya. Aku diam, tidak ada perlawanan dariku. Bagiku saat aku menanggapinya, itu hanya akan membuang-buang waktu berhargaku saja.

Di memetik senar gitarnya dan mulai menyanyikan sebuah lagu. Aku tetap diam karena sebentar lagi aku akan selesai membaca catatanku.

Aku bangkit dari dudukku dan meninggalkan laki-laki itu dengan gitarnya.

"Lo mau ke mana?" Dia menghalangi langkahku dengan menarik tanganku.

Aku menatap tanganku yang dipegang olehnya. Menjijikan bagiku!

"Jauhkan tangan lo dari gue," bentakku dan dia segera melepaskannya. Aku menatapnya tajam sebelum aku meninggalkannya sendiri.

Dia terkekeh dan aku mendengar itu.

***

Aku meninggalkan kampus dengan motorku untuk segera pergi bekerja. Inilah rutinitasku setelah kuliah, aku harus bekerja karena aku ingin mengumpulkan uang, selain dari uang beasiswaku. Aku cukup bangga karena aku tetap unggul meski aku kuliah sambil bekerja.

Aku sampai di tempat kerjaku, seperti biasa aku langsung membersihkan tempat piring orang yang selesai makan dan mencuci piring. Setelah mencuci piring aku menyapu lantai dan mengepelnya.

Sepulang dari kerja, aku masuk ke dalam rumah dan meletakkan tasku. Setelah cukup tenang, aku mengambil ponselku dalam tas untuk mendengarkan musik. Aku sangat menyukai Charlie Puth, setiap pulang bekerja aku menyempatkan mendengarkan lagu karyanya. Dan baru dilanjutkan dengan belajar dan mengerjakan tugas. Jam 12 malam aku mandi dan bersiap-siap tidur. Waktukku sangat bermanfaat. Aku tidak mengenal tentang kesenangan anak kuliah karena yang terpenting adalah mengumpulkan uang dan lulus kuliah dengan penghargaan. Itulah ambisiku saat ini.

***

Aku segera berangkat ke kampus dengan motorku. Aku harus segera sampai sebelum jam menunjukkan pukul delapan pagi.

Aku sampai di kelasku, tidak banyak orang yang datang karena dosenku akan telat beberapa menit, dan aku datang sebelum jam delapan. Aku terdiam di kursi panjang depan kelasku. Tidak ada perempuan yang datang sebelumku. Dia mendekatiku, laki-laki yang memainkan gitarnya di sebelahku kemarin.

Dia menatapku dan aku tertunduk sambil bermain ponselku. Aku risih dengan perlakuannya.

"Hai Pelangi." Seseorang menyapaku. Aku mendongak melihat siapa yang menyapaku.

"Hai, Ayiip," ucapku sok manis. Sebenarnya namanya bukan Ayip tapi Arif. Aku memanggilnya Ayip karena aku sudah dekat dengannya dari masuk ke kampus ini.

"Kepagian lo datang, Pelangi." Dia terkekeh dan aku ikut terkekeh.

"Tak apa, lebih baik kecepatan daripada telat kan." Laki-laki itu terkekeh.

"Kalau gue sih malas datang pagi-pagi, nggak ngaruh apapun." Aku menatap tajam Aska. Ya, nama laki-laki yang duduk di sebelahku kemarin adalah Aska. Bahkan aku malas untuk menyebut namanya.

Aska PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang