11. Pengirim Misterius

168 37 2
                                    

[Zakira Andelin]

Gue gak tau, orang gila mana yang selama beberapa bulan ini suka banget ngirimin gue hadiah rahasia. Entah itu berupa coklat, minuman, atau barang-barang lain kayak parfum, jepit rambut, dan jam tangan. Dan masalahnya itu gak cuma langsung di taroh tas gue, kadang ada kurir yang anterin ke rumah. Dari mana gue tau itu orang yang sama? Karena setiap kali gue dapet paket atau nemu barangnya di tas gue, pasti selalu ada sticky note dengan pesan singkat dan di sudutnya selalu ada gambar bunga kecil. Spesifiknya itu gambar bunga mawar hitam. Awalnya gue kira mawar hitam di sini cuma kayak hiasan gitu aja, jadi gue gak terlalu perduli saat itu. Tapi, semakin hari paketnya terus berdatangan dan selalu ada simbol mawar hitam di sudut sticky note-nya. Akhirnya gue penasaran dan coba-coba cari tahu apa maknanya. Ternyata bukan sekedar hiasan doang, tapi ada maknanya, mawar hitam melambangkan obsesi. Gila aja. Gue gak tahu dia terobsesi apa sama gue, yang jelas gue mulai merasa terganggu, gak nyaman, dan risih. Ya lo bayangin aja, hampir tiap hari selalu ada benda-benda yang gak tahu siapa pengirimnya dateng ke lo, dengan simbol nakutin gitu pula. Siapa yang gak takut? Berasa diteror gak sih lo?

Gue meremas sticky notenya, kemudian melempar cokelatnya ke kotak di sudut meja belajar gue. Kotaknya sudah hampir penuh berisi berbagai macam benda. Benda-benda yang dikirimkan orang ini tentu saja, dan gue sama sekali gak berniat mau pakai atau makan.

"Siapa sih lo," gerutu gue, kemudian menyandarkan diri ke kursi.

Kalau dia bisa naroh-naroh ini ke tas gue, pasti ini orang sering berada deket banget sama gue. Entah dia satu sekolah, atau dia nyuruh orang buat naroh ke tas gue. Dan kali ini, gue gak bisa biarin dia terus berlanjut sama obsesinya.

"Ah, besok aja lah." Gue menggelengkan kepala, kemudian menarik buku gue tadi, sekarang gue harus ngerjagin PR dulu.

Sebentar setelah gue mulai belajar, ponsel gue berdering---ada panggilan masuk.

Gue melihat layarnya, ada nama Zavin tertera di sana.

"Mau ngapain pula ini anak malem-malem," cibir gue. Kemudian meraih ponselnya dan menjawab, "Halo, ada apa?" tanya gue langsung tanpa basa-basi.

"Malam."

Gue memutar mata. "Iya malam, siapa yang bilang pagi?"

Di seberang sana gue dapat mendengar Zavin terkekeh.

"Kamu lagi ngapain?"

"Gue lagi belajar. Kenapa lo nelpon tiba-tiba? Ada yang penting? Temen-temen lo nanya-nanya lo udah dapet pacar apa belum?"

"Enggak. Aku ... cuma mau denger suara kamu aja. Mastiin kamu baik-baik aja," jeda, "jangan tidur kemalaman, ya."

Gue mengerutkan kening. Ini orang kenapa sih? Tiba-tiba aku-kamuan terus ngomongnya aneh gitu. "Maksud lo---"

Tut!

Tiba-tiba sambungannya di putusin sepihak. "Dasar gila," rutuk gue kemudian melempar ponselnya ke sisi meja yang lain (lemparnya pelan loh ya, bukan banting).

***

[Zakira Andelin]

Yep. Udah pagi aja, dan gue udah harus balik ke sekolah lagi juga. Gue melewati gerbang, kemudian berjalan menyusuri koridor di antara siswa-siswi yang sudah mulai berisik entah menggosipkan apa.

Gue berenti melangkah, ketika mendapati Masya sedang berjalan juga ke arah gue setelah keluar dari kelas 12 IPA 2---kelasnya. Gue berdehem, menyiapkan diri kalau-kalau Masya tiba-tiba ngajakin gue berantem terus maki-maki gue lagi. Kan seru tuh, pagi-pagi berantem.

Gabut [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang