Bantu tandai typo ya^^
Happy reading.
***
[Zakira Andelin]Seperti yang kalian duga, Regal ternyata mengenali gue. Dan kalian tau apa? Gue kira dia masih marah sama gue gara-gara kasus di koridor kemaren, taunya sekarang gue sama dia kayak gak pernah ada kejadian perdebatan aja.
Setelah tahu siapa yang nyeletuk di belakang, gue lanjut memasukkan satu bulatan bakso ke mulut. Bodo amat, gue laper tau gak lo? Setelah bakso sebesar kelereng besar itu masuk ke mulut gue, baru gue menoleh ke belakang lagi.
"Lo gak tawuran?" tanya gue asal.
Regal berdecak kesal kemudian memutar matanya. "Lo kenapa sih? Lo gak liat gue duduk di sini?"
Gue mengendikkan bahu, kemudian berbalik lagi memotong telor rebus dalam mangkok gue jadi dua, memasukkannya langsung ke mulut gue yang seketika penuh sampai-sampai kuahnya meluah mengalir ke dagu gue.
Gue memejamkan mata, mengunyah dengan semangat, merasakan nikmatnya perpaduan telor rebus dan kuah bakso yang pecah di mulut gue, mengabaikan Regal di belakang. Bodo amat, udah gue bilang gue laper. Gue pun menyuruput sesendok kuah bakso lagi. "Mmm. Enywak," puji gue.
Kemudian ketika gue sedang asik-asiknya dengan bakso gue, tiba-tiba gue mendengar suara decakan.
Yap. Itu Regal. Sekarang cowok itu sudah pindah ke samping gue sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan alis berjengit. "Lo udah gak makan berapa lama sih?" tanyanya tidak merubah ekspresi di wajahnya yang menatap gue menghakimi.
"Bodwo amwat," ucap gue sambil mengunyah kemudian kembali memasukkan satu bakso lagi dan kuahnya kembali meleleh ke dagu gue. Panas-panas dah ni muka kena siraman kuah bakso yang mengandung sepuluh sendok cabai. Tapi balik lagi, bodo amat, yang penting gue kenyang dulu.
"Lo jadi cewek coba kalem dikit makannya bisa? Bukan cuma di sekolah, ternyata pas lagi makan pun lo juga bar-bar. Heran gue." Regal meraih kotak tisu dekat tangannya, mengeluarkan satu dan mengulurkannya ke gue. "Lap noh kuah bakso di muka lo. Cantik-cantik kok makan belepotan kayak bayi. Jaga imej dikit kek, depan cowok loh ini."
"Bodo amat." Gue mengabaikan cowok itu, kembali menyuap potongan telur yang lain. Keringat sudah meleleh di pelipis gue. Gila, pedes banget kayak mulut ibu-ibu komplek. Tapi gue suka. Aw. "Hidup lo tuh ribet banget, masak mau makan aja harus pake aturan imaj-imej. Imej pala lo miring. Yang ada bukannya kenyang gue makan malu-malu gitu."
"Ck." Regal berdecak. Kemudian menempelkan tisu di tangannya ke mulut gue. "Dikasih tau ngeyel amat lo."
Buset. Mulut gue dibekap padahal udah siap buat masukin satu suap lagi.
Gue menatap tajam Regal yang sekarang mengulum bibirnya, yang gue yakini berusaha keras menahan tawa. Kemudian cowok itu mebentuk tanda V dengan tangan kanannya.
Gue meniup tisu di mulut gue kuat, menyemburkannya ke samping, kemudian kembali menatap Regal tajam lagi. "Lo---mau mati lo hah?!" bentak gue sambil mengacungkan garpu ke depan.
Regal gak tau aja, gue siap ngebunuh orang bermodal garpu ketika gue lagi asik makan diganggu.
Namun yang terjadi cowok itu bukannya takut, Regal malah tertawa terbahak-bahak.
"Ampun. Ampun Bos Delin," ucapnya di antara tawa sambil memegang perut. Kelihatan banget mengejeknya. Gue jadi makin tambah kesel. Panas di muka gue udah pindah ke ubun-ubun, begitu pula pedes di mulut gue akibat cabai jadi gak terasa lagi, berganti jadi rasa ingin mengumpati Regal Argara. Si jahanam sialan yang ngeganggu prosesi makan gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gabut [Completed]
Teen FictionZakira Andelin, cewek gabut kekurangan beban hidup. Merasa kosong dengan hidupnya, Delin memutuskan untuk menjadi freelancer yang menawarkan jasa tidak biasa. Mulai dari jasa jadi pacar bohongan, dukun gadungan, maling rambutan, pawang murid berand...