Part 1

5.6K 185 6
                                    

Sudah di revisi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading

"Eh mas, udah pulang?" Sapa gadis yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya.

"Eh iya mbak Acel" ujar laki-laki yang masih menggunakan jas dokternya.

"Yasudah mbak kalau begitu saya masuk dulu ya mbak" pamit laki itu.

"Iya mas, silahkan" kata gadis yang di panggil Acel

'Yallah gusti waktu pulang kerja aja masih gantengg' batin Acel

Racelia Adinda Putri yang biasa di panggil Acel. Anak dari Fathur Mastafiq dan Felicia Magganda. Acel masih anak kuliahan yang berkuliah di bidang Farmasi. Acel berusia 21 tahun.

Jhosua Marvel Firza yang biasa di panggil dokter Arvel. Seorang dokter bedah dari Rumah Sakit Mutiara Hati. Arvel berusia 26 tahun

Yang di ketahui Acel, Arvel adalah seorag duda beranak satu

Rafael Raja Misca adalah seorang bocah berusia 4 tahun yang di ketahui Acel adalah anak Arvel.

Dan biasanya saat ia kerja anaknya itu ia titipkan ke Acel. Acel pun tak mengetahui kemana ibunya pergi.

Acel juga sering bertanya kepada dirinya sendiri, ia juga heran dimana ibunya. Ia juga sering kasihan jika melihat Rafa yang dibesarkan tanpa ibu.

Ia ingin menanyakan langsung ke Arvel tetapi ia takut melukai hati Arvel.

Setelah percakapan singkatnya dengan Arvel ia masuk ke dalam kamarnya. Untuk melihat Rafa yang tertidur.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu.

"Iya sebentar!" Teriak Acel dari arah dapur.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki yang jakung dan memiliki wajah nan rupawan. Hanya menggunakan kaos dan celana selutut.

'Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan' batin Acel sambil tersenyum tanpa sadar.

"Mbak?" Panggil laki-laki itu dan belum ada sahutan dari Acel.

"Mbak?" Panggil laki-laki itu lagi dengan lebih keras sambil menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah gadis itu.

"Eh iya mas?" Jawab Acel dengan menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Itu mbak, saya mau nggambil Rafa" kata Arvel. Laki-laki itu adalah Arvel.

"Eh, Rafanya lagi tidur mas"

"Oh ya sudah biar saya gendong aja mbak"

"Iya mas, Rafa nya ada di kamar" Acel berkata seperti itu sambil berjalan ke arah kamarnya dan diikuti Arvel di belakangnya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka dan terlihatlah seorang bocah laki-laki yang sedang mimpi indah di pulau kapuk milik Acel.

Arvel dengan cekatan mengangkat tubuh bocah tersebut dan masuk ke dalam gendongannya.

Bocah itu menggeliat dan mencari posisi yang nyaman di pundak papa nya.

"Ya sudah mbak kalau gitu saya pulang dulu, terima kasih kalau sudah mau menjaga Rafa, maaf kalau Rafa sering ngerepotin ya mbak?"

"Apaan sih mas, orang Rafa nggak ngerepotin saya sama sekali, malah saya senang kalau Rafa di sini, kan papa mama sering keluar kota, jadi saya punya teman" kata Acel menjelaskan.

"Heheh ya udah mbak kalau begitu saya pulang dulu, terima kasih ya mbak"

"Ya mas sama-sama"

Setelah berkata seperti itu ia baru baik ke kamar nya dan mengistirahatkan tubuhnya.

"Haduhh ternyata jaga bocah capek juga ya, kagak nyangka gue"

Acel yang sudah kelelahan pun memilih tidur.

___

Arvel yang baru sampai rumahnya ia langsung menuju ke kamar sang anak.

Cup

Arvel mengecup singkat jidat sang anak. Setelah itu ia keluar dari kamar Rafa dan menuju kamarnya sendiri.

"Huhh lelahnyaa" kata Arvel sambil membaringkan tubuhnya di kasur king size nya.

"Papa... hiks.. papa.."  satu jam kemudian terdengar tangisan Rafa

"Ehh anak papa udah bangun, sini sayang"

Rafa berlari naik ke ranjang Arvel.

"Uhh anak papa baru bangun tidur, gimana tadi main sama tante Acel?"

"Adi acu main ola cama mama Ael, acu au ain ola cama papa cuga cama mama Ael" jawab Rafa dengan cadel.

"Eh, kok panggil mama?"

"Adi oma ang uruh"

Deg

"Oma?"

"Ia papa"

"Ya udah yuk! Sekarang kita mandi sore" ajak Arvel dengan riang

"Ayokk... acu au andi cama bebek"

"Iya nanti mandi sama bebek ya"

"Hoee"

Arvel mulai memandikan Rafa dengan telaten. Selesai mandi ia mengenakan baju ke Rafa.

"Pa, acu au ke umah mama"

"Nanti aja ya sayang, kan tadi kamu baru dari sana, kasihan tante nya capek"

"Hiks papa ahat. Acu mau main ola cama papa cama mama hiks"

'Yaallah anak siapa sih ini'

"Iya iya hayuk kita ke rumah mama"

"Yey Rafa canyang papa"

"Papa juga sayang kamu"


"Papa juga sayang kamu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Perfect Neighbor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang