Bab XXIII : Home Sweet Home

39 5 2
                                    

Rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk kembali.

---

Dinda menatap sedih gundukan tanah di depannya. Ada rasa bersalah dalam dirinya saat membaca nama ayahnya pada nisan yang tertanam di sana. Dinda berjongkok di samping ibunya yang sudah lebih dulu mengambil posisi di dekat makam dan membersihkan rumput liar yang tumbuh di sana.

Sarah berdiri dengan tangan terlipat menyaksikan Renata dan Dinda yang tampak sedang berdoa di depannya. Dia menarik napas dan memilih mengedarkan pandangan pada area pemakaman. Tidak dapat dia sangkal, meski tidak pernah bertemu dengan ayah Dinda, ada rasa sedih yang juga muncul dalam dirinya.

"Sudah selesai?" tanya Sarah saat melihat Renata bangkit dan berjalan ke arahnya.

Renata mengangguk, lalu merangkul Sarah dan menuntun anak tirinya itu untuk berjalan bersama menuju tempat mobil terparkir. "Dinda selalu butuh waktu untuk menyendiri jika berada di sini," ucapnya.

Sarah menarik napas, lalu menggenggam erat tangan ibu tirinya. Dia mengulas senyum menguatkan saat Renata menoleh menatapnya.

Elusan lembut Renata hadiahkan pada surai hitam Sarah. "Terima kasih," ungkapnya. Keduanya berjalan dengan senyum merekah, mengucap syukur atas rasa nyaman yang diciptakan Tuhan dalam hubungan keluarga mereka.

Jauh di belakang, Dinda yang baru saja selesai mencurahkan isi hatinya di depan makam ayahnya tengah memandang interaksi Ibu dan saudara tirinya. Bukan lagi iri yang menghampiri, kini ada rasa hangat yang mengisi relung hatinya. "Seperti kata Om Irya, tidak ada yang digantikan di sini, yang ada adalah anggota keluarga kita yang bertambah," ucap Dinda pada diri sendiri, lalu bergegas untuk berlari dan bergabung dengan romantisme Ibu dan kakaknya.

***

Sarah terus saja mengerjapkan kedua matanya, merasa tidak percaya dengan pemandangan yang dia lihat sendiri. Di sampingnya ada Dinda yang turut terpaku melihat ke arah yang sama dengan mulut terbuka. Sedang Renata hanya bisa menahan senyum melihat reaksi keduanya.

Bi Nah yang baru memasuki area dapur menutup mulut dengan rasa haru melihat tuan besar bersama tuan mudanya sedang duduk berdua pada area taman belakang.

"Kejadian hebat apa yang kita lewatkan satu hari kemarin?" bisik Dinda.

Sarah yang sudah mencerna dengan baik situasi segera berlari menuju kursi panjang taman belakang. Isakannya semakin menjadi saat jaraknya semakin dekat pada dua lelaki berharga dalam hidupnya itu. Kedua tangan dia rentangkan lebar-lebar demi merangkul papa dan juga adiknya.

Andra dan Iryawan kompak tersenyum dan membalas pelukan Sarah. Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, ketiganya berbagi kehangatan dalam pelukan yang sama.

Iryawan memilih bangkit lebih dulu dan mengelus punggung putri sulungnya yang sedang tergugu. Dia menghela napas penuh rasa lega. Satu tangannya yang bebas melambai memanggil Renata dan juga Dinda untuk bergabung.

Renata menggenggam tangan anaknya. Dengan senyum lembut dia menuntun Dinda untuk bergabung.

Senyum lebar Dinda terukir. Ditatapnya wajah bahagia ibunya. Akhirnya setelah sekian tahun, dia bisa melihat lagi senyum anggun nan mempesona milik ibunya.

Kelimanya kini bekumpul dan berbagi haru dan juga bahagia bersama. Berjanji dan meyakinkan diri masing-masing untuk memulai lembar baru sebagai satu keluarga utuh dan saling berbagi suka dan duka bersama.

-TAMAT-


Terima kasih sudah membaca sampai akhir.

Mohon maaf jika masih banyak kekurangan. Sampai jumpa pada cerita selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang