Happy reading
Berjalan dengan tegap, tubuhnya menjulang sembari memasukkan tangan ke saku. Bakti nampak seperti selebritis. Sorotan intensi terpaku padanya. Semua mana menuju pada tubuh atletis tersebut.
Matanya menyorot tajam, mengelilingi sekitar. Bibirnya tak henti-henti tersenyum. Ia memberi senyum hangat kepada mereka yang memanggil Bakti. Kakinya berhenti di tengah koridor. Bibirnya mendadak turun segaris. Tidak ada senyum dan juga aura positif. Ia mendadak diam.
Bakti mengernyit bingung melihat pemandangan. Di sana seorang gadis sedang dikelilingi kelompok anak perempuan. Bakti menebak, pasti ia korban pembullyan. Sekolahnya tidak terlalu beragensi tetapi kenapa masih ada kegiatan seperti ini di zaman sekarang. Badan kekarnya semakin mendekat. Tapak kakinya berbunyi, semakin ia maju semakin jelas siapa wajah di balik kerumunan perempuan tersebut.
Gadis berkepang dua dengan kacamata dan juga buku? Ah, gue kenal! batin Bakti menatap gadis yang meringis kesakitan tersebut. Ia ingat, gadis itu yang kemarin tak sengaja Bakti tabrak.
"Kalian ngapain?" Suara bas Bakti terdengar berat. Cukup membuat sekitar lima orang manusia tersebut menoleh.
"An–anu. Gak ada kok gak ada!" kilah seorang perempuan dengan rambut blonde. Sepertinya ia ketua dari kumpulan ini. Terlihat dari pakaiannya yang paling mencolok.
lelaki dengan Ikatan merah di lengan tersebut menghela napas. Tidak ada bagaimana? Jelas-jelas ia melihat tindakan yang buruk terhadap gadis berkepang dua ini.
"Hmm. Gak ada apa-apa, ya? Terus itu di sudut bibir dia apa? Lipstik atau ... darah?" seloroh Bakti dengan tenang menunjuk sudut bibir Feli yang terdapat darah kering.
Feli refleks memegang sudut bibirnya, ia sedikit meringis ketika merasa apa yang ia pegang berdenyut nyeri. Rambutnya sudah kusut. Mungkin, karena tarikan yang cukup kuat, terlihat ada rambut yang rontok di tangan gadis berambut pirang. Bisa dipastikan itu adalah rambut Feli. Tubuh lima perempuan tersebut menegang, bibir kelimanya pucat pasi. Mereka kenal siapa yang ada di hadapan. Sang ketua OSIS. Yang artinya, ia memiliki kekuasaan penuh di sini. Mereka saling tatap sama lain lalu bergegas berbalik meninggalkan keduanya.
"Lu gak papa?" Bakti mendekat ke arah gadis yang menunduk tersebut. Pasti ia ketakutan.
"Jangan takut. Gue gak makan lu!" ketus Bakti seperti tahu apa yang dipikirkan Feli.
"Gue Bakti Wirya Danuarta." Ia menyodorkan tangan berniat untuk berkenalan.
Tangannya tak kunjung diterima, ia menghela napas. Merasa tidak dihargai, akhirnya, ia hendak menarik kembali uluran tangan tersebut. Belum sempat menarik kembali, tangannya sudah disambut tangan mungil yang bergetar hebat.
"P–putri Felicia, Feli," cicitnya dengan suara bergetar, ia menunduk membenarkan letak kacamata.
Senyumnya terbit. Menarik pelan tangan Feli berniat untuk membawanya ke UKS. Feli diam, ia hendak berbicara tapi ada rasa takut. Jadi, ia memilih diam, mengekori Bakti dari belakang.
Pintu UKS terbuka lebar. Tidak ada petugas yang berjaga. Mau tak mau Bakti akan turun tangan. Tak mungkin ia membiarkan seorang gadis sendirian di sini. Bakti tak cukup tega untuk melakukan hal sekeji itu.
"Duduk! Biar gue ngambil P3K." Bakti tersenyum dibalas dengan senyum kaku dari Feli. Bakti mulai mencari kotak P3K di laci-laci kecil yang tertata dengan rapi.
Setelah mendapatkan apa yang dicari Bakti segera duduk di samping Feli. Ia mengambil kapas dan alkohol, menuangkannya dengan telaten. "Tahan sebentar. Ini bakal sakit," papar Bakti mendekat menaruh kapas yang dibaluri alkohol di sudut bibir Feli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret boyfriend☑️
Jugendliteratur[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM BACA!] Bakti Wirya Danuarta. Lelaki dengan seribu pesona, lelaki idaman wanita sejagat SMA Rajawali. Bakti-tubuh kekar, tegap, menjulang tinggi seperti tiang listrik. Bakti itu keren, Bakti itu Ketua OSIS paling WOW. Menyeb...