Happy reading
Budayakan vote dan koment❤️
Dengan berbekal perasaan kesal, marah, kecewa, dongkol, Bilqis berjalan tak tau arah. Yang hanya Bilqis tahu, ia harus pergi sejauh mungkin. Kalau pun bisa ia akan menghilang dari Bumi pergi ke planet lain. Di mana tidak ada Bakti, Bakti, dan Bakti.
Yang paling sial adalah, Bilqis sudah terlanjur menyelam memberikan semua rasa percaya kepada Bakti. Hingga, sebodoh apapun Bakti bertingkah, gadis itu akan tetap sama, dengan perasaan yang sama, dan orang yang sama.
"Gue mau ke mana?" tanyanya pada diri sendiri dengan bergumam kecil.
Langkahnya kian berjalan tak menentu, semakin ke sini semakin sepi tempat yang ia datangi. Menghela napas panjang, menyisiri setiap jalanan. "Kalau tau gini, gue ga bakal mau diajak jalan sama Bakti," sesalnya di akhir kalimat sembari menunduk.
Langkah kecilnya terhenti, ia mendongak, menatap sebuah kolam besar di tengah taman. Melihat sekitar kolam dengan pantulan sinar rembulan ditaburi berjuta bintang.
Angin malam terasa menusuk tulang, suara jangkrik sudah mulai terdengar. Bilqis berjalan mendekat, melihat cahaya bulan yang terpantul tepat di arus kolam. Seperti sedang melihat bulan dari jarak dekat.
Duduk di tepi kolam sesekali mengenggam batu kerikil lalu melayangkan ke dalam kolam. Akibat lemparan batu kecil tersebut, perlahan cahaya bulan yang terpantul berubah menjadi tak berbentuk. "Kadang gue bingung. Gue yang terlalu berharap dengan apa yang gue harapin atau gue yang terlalu baper dengan semua yang dia lakuin?" pikir Bilqis dengan lelah menatap langit dengan cahaya bulan purnama.
"Gue kadang mikir. Apa gue salah naruh rasa ke orang? Apa gue udah pantes buat di samping lu? Setiap malem gue mikir, lu itu terlalu sempurna buat gue yang biasa aja. Kalau di liat dari segi mana pun gue merasa kalah telak sama semua cewe yang deketin lu," lirih Bilqis merasa insecure, tidak percaya dengan dirinya sendiri.
"Gue pengen ngelepasin lu. Tapi, hati gue berontak. Terdengar lebay gak, sih? Gue udah kelanjur jatuh ke lubang yang sama, lubang yang di satu sisi buat bahagia tapi juga buat gue luka secara bersamaan," cicit Bilqis dengan setengah berbisik.
Tak terasa, Bilqis terbawa suasana. Menyeka air bening yang keluar tanpa diberi perintah. "Gue cengeng, ya? Iya tau, gue egois. Egois pengen lu cuman buat gue doang. Gue juga sadar, sifat gue kayak gini pasti bikin lu gak nyaman. Satu hal yang harus lu tau … gue gini karna gue gak mau lu pergi ninggalin gue," racau Bilqis dengan tertawa sumbang.
"Gak masalah yang berjuang mertahanin hubungan cuman gue. Itu, udah cukup. Gue gak minta apapun dari lu! Gue cuman pengen, lu jaga perasaan gue. Lu jaga kepercayaan gue yang udah gue taruh dengan cuma-cuma!" Bilqis memeluk lututnya yang terasa dingin.
Ia menangis untuk ke sekian kali dengan alasan yang dengan orang yang sama. "Untuk ke sekian kali gue kecewa sama lu, Bak. Untuk ke sekian kali lu selalu jadi alasan yang sama buat gue nangis. Gue capek, Bak. Gue pengen nyerah tapi di saat gue mau nyerah. Lu dengan entengnya datang minta maaf, buat hati gue luluh. Bodoh, ya, gue. Maafin lu yang selalu ngulangin kesalahan," kekehnya tertawa miris, mengakui kebodohan.
Bilqis masih berlarut dalam kesedihan. Tiba-tiba seseorang menaruh jaket di pundaknya. Sungguh, demi apapun Bilqis berharap orang tersebut adalah Bakti.
Ia mendongak, setelah melihat sang empu, mendesah dengan kecewa. Bukan Bakti.
"Ngapain?" Pria tersebut duduk di samping Bilqis sambil menyodorkan selembar sapu tangan.
Bilqis menerima, menghapus jejak air mata yang sedari tadi turun. Ia masih dalam perasaan sedih.
"Lu lagi sedih?" tebak pria dengan pakaian serba panjang tersebut. Dia Galang, manusia kutub yang selalu cuek dengan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret boyfriend☑️
Teen Fiction[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM BACA!] Bakti Wirya Danuarta. Lelaki dengan seribu pesona, lelaki idaman wanita sejagat SMA Rajawali. Bakti-tubuh kekar, tegap, menjulang tinggi seperti tiang listrik. Bakti itu keren, Bakti itu Ketua OSIS paling WOW. Menyeb...