Happy reading
Jangan lupa Follow, vote, dan koment-nya🧡🥰
Jakarta, 19 Agustus 2018
"Ini di mana, Om?" tanya gadis kuncir dua tersebut dengan polos.
Ia kian menatap kagum bangunan tinggi menjulang yang matanya tangkap. Sangat mewah dan menawan. Lila baru pertama kali melihat secara langsung duplikat istana yang selalu ia baca di cerita dongeng.
"Rumah saya," ungkap Andika-menarik tangan Lila, menuntunnya dengan lembut memasuki kawasan area tersebut.
"Wah, keren!" puji Lila dengan mata berbinar penuh minat ketika melihat design dan furniture yang serasi berwarna cream sedikit diberi aksen kecokelatan. Klasik, tapi sangat nyaman dipandang oleh mata.
Saat di ambang pintu besar, Lila berhenti. Membuat Andika juga ikut berhenti lalu menatap Lila yang sedang menunduk.
"Lila gak mau masuk?" tutur Andika berjongkok menyamakan tinggi.
"Lila takut," cicitnya sambil memainkan ujung baju dengan gerakan pelan.
Andika tersenyum, mengusap kepala Lila dengan sayang. "Gapapa, kok. Ayo masuk," urai Andika menenangkan Lila seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.
Dengan ragu Lila mengangguk, mengangkat dagunya melemparkan senyum tipis. "Makasih, Om."
Andika lagi-lagi tersenyum. "Jangan panggil Om. Panggil saja Ayah," usul Andika dengan suara baritonnya.
Pintu terbuka dengan sempurna. Lila makin menatap kagum setiap inci ruangan. Di luar saja sudah terlihat seperti istana yang sering ia hayal apalagi di dalam? Jangan ditanya lagi, pasti sangat sempurna untuk dinamakan sebuah rumah.
Di sana berdiri Laras-istri Andika yang dengan sigap menyambut keduanya. Laras tersenyum bahagia ketika melihat sang suami sedang membawa sesuatu yang benar-benar ia sukai.
"Hai Sayang! Kita ketemu lagi," sapa Laras dengan suara keibuan.
Mengerjapkan matanya dengan perlahan. "Hallo Tante," balas Lila menyapa, melayangkan senyum sambil melambaikan tangan.
"Duh, gemasnya. Jangan panggil Tante tapi panggil Mama! Bentar lagi kamu bakal jadi anak dari keluarga ini," seru Laras melirik sekilas sang suami yang sedari tadi sangat betah menutup mulut alias, diam seribu bahasa.
"Ah, iya. Ayo masuk dulu!" ajak Laras menarik tangan kecil Lila untuk masuk lebih dalam ke ruang tamu tersebut.
Lila tersenyum canggung, ketika menemui seorang lelaki yang sepertinya seumuran dengannya. Bagaimana tidak canggung? Ia menatap Lila dengan tajam seperti sedang memperlihatkan tatapan tidak suka terhadapnya.
"Aku Lila." Lila memperkenalkan diri sambil menyodorkan sebuah tangan yang tentunya tidak kunjung disambut oleh sang empu.
Lila semakin tersenyum tidak enak. Ia terus menunggu jabatan dari sang lelaki bermata setajam elang itu.
Laras yang melihat kejadian tersebut segera angkat bicara. "Alan," tegurnya sedikit menatap tajam anak yang bernama Alan-agar menyambut tangan Lila.
Alan yang ditegur mendengus tidak suka. Tapi, masih mengulurkan tangan kepada Lila. "Alan," cetusnya dengan suara datar dan muka yang ikut datar juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret boyfriend☑️
Teen Fiction[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM BACA!] Bakti Wirya Danuarta. Lelaki dengan seribu pesona, lelaki idaman wanita sejagat SMA Rajawali. Bakti-tubuh kekar, tegap, menjulang tinggi seperti tiang listrik. Bakti itu keren, Bakti itu Ketua OSIS paling WOW. Menyeb...