Happy reading
Jakarta, 18 Agustus 2018
Sore ini nampak ramai pengunjung. Di setiap sudut restoran selalu terisi penuh dengan penghuni. Jika, dilihat dari design interior restoran tersebut nampak klasik dengan ciri khas warna monokrom dominan.
Seorang anak seumuran tujuh tahun dengan memakai celemek hello Kitty berwarna pink tersebut tersenyum ramah kepada pengunjung. "Selamat datang di restoran kami, Tuan, Nyonya," sambutnya membungkuk tanda menghormati sang tamu.
"Wah, anak pintar," puji lelaki paruh baya sambil mengusak pelan surai rambut anak kecil tersebut.
Gadis tersebut semakin mengembangkan senyum sampai matanya menyipit, ia menyampirkan senyum hangat. "Silakan, masuk," cakapnya memberikan jalan kepada pasangan tersebut.
"Siapa nama kamu, Nak?" tanya wanita yang berada di samping pria berjas hitam rapi dengan kaca mata branded bertengger di hidung mancung.
Bola mata yang besar, bibir tebal, alis tipis. Ia mengerjapkan matanya dengan lucu. "Aku Lila, Tan," ungkapnya dengan lancar tanpa tersendat-sendat.
"Oh, salam kenal Lila. Saya Andika dan dia istri saya, Laras," pungkas lelaki tersebut yang bernama Andika.
"Lila di sini kerja sama siapa? Sama Mama, ya?" tukas Laras, isteri Andika dengan mengerutkan alis.
"Lila kerja sam–"
"Lila! Cepat ke dapur ambil pesanan!" teriak seorang lelaki dari arah dapur restoran.
Tersenyum kikuk, kembali membungkuk. "Maaf Tan, Om. Sepertinya Lila sudah dipanggil. Lila permisi, ya," pamit gadis dengan gerakan cepat, berlari menuju arah dapur.
Laras hendak memanggil Lila kembali. Tapi, langsung dicegat oleh Andika. "Kamu mau ngapain? Jangan sekarang. Dia lagi kerja," usul Andika mengurungkan niat Laras sang isteri tercinta.
Mau tak mau, dengan sangat terpaksa Laras mengangguk pelan. "Iya, Mas."
Andika tersenyum tipis, mengusap bahu Laras. "Jangan sedih. Nanti kita bakal ketemu gadis lucu itu lagi, kok," bisik sang suami dengan suara gemulai.
•••
"Kamu dari mana saja! Kamu gak lihat pekerjaan kamu sangat banyak, Lila!" hardik sang ketua koki yang menghandle urusan dapur.
Lila menunduk takut, memainkan jarinya dengan pelan sesekali meremas celemek yang sedang dipakai. "Maaf, Om. Tadi ada pengunjung yang ngajak Lila ngomong terus Lila jadi lupa waktu," lirih Lila menjawab takut dengan nada yang bergetar.
Sang ketua koki tersebut mendecih, meludah ke samping. "Halah, alasan. Jangan mentang-mentang kamu yang paling muda di sini, kamu bisa lepas tangan!" pekik lelaki berperut buncit tersebut dengan suara yang menggelegar di seluruh dapur.
Untungnya, pintu dapur sedang ditutup dengan di design kedap suara. Jadi, pengunjung tidak akan bisa mendengar suara bentakan tersebut.
"Iya, Om. Lila minta maaf. Lain kali Lila gak gitu," sesal gadis kecil tersebut sambil menarik ujung baju sang koki.
Mendengus, melepas paksa pegangan dari tangan Lila. "Tidak usah menyentuh saya, najis!" sentaknya menghempas kasar tangan Lila.
Mengibaskan tangannya dengan congkak. "Pergi kamu. Kamu terlihat menjijikan jika berada di sini," hina Adam—ketua koki tidak berperasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret boyfriend☑️
Jugendliteratur[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM BACA!] Bakti Wirya Danuarta. Lelaki dengan seribu pesona, lelaki idaman wanita sejagat SMA Rajawali. Bakti-tubuh kekar, tegap, menjulang tinggi seperti tiang listrik. Bakti itu keren, Bakti itu Ketua OSIS paling WOW. Menyeb...