Bab 26 : Pameran

15.9K 1.1K 348
                                    

Happy reading

Budayakan Vote dan koment, ya!

Laki-laki dengan pakaian casual, sneaker putih memakai baju kaos hitam senada dengan celana panjang. Ditambah topi yang terletak di kepalanya menambah kadar ketampanan meningkat pesat.

Dia Bakti, lelaki tersebut tengah bersiap-siap untuk menjemput Bilqis bermalam Minggu bersama. Alias, nge-date ala Bakti. Sudah lama mereka tidak jalan malam bersama maka dari itu Bakti menyisipkan waktu luang untuk menghabiskan malam bersama sang gadis.

Dengan langkah santai, memasukkan tangan ke dalam saku celana. Ia turun dengan gesekan sepatu bertemu lantai yang menggema di seluruh ruangan. "Bakti pergi, ya!" teriak Bakti melepas topi sesekali membenarkan jambul rambutnya.

Mengambil kunci mobil yang mati-matian ia dapatkan dengan cara membujuk sang ayah. Naas sekali nasibnya, harus merayu pria yang notaben ayah tersebut agar memberi izin Bakti mengendarai mobil.

Penuh perjuangan sekali mendapatkan benda kecil tersebut. Perlu usaha keras, mengemis agar sang ayah luluh. Terdengar lebay, tapi percayalah, semua itu memerlukan usaha.

Dengan penuh percaya diri Bakti memencet tombol Remote Engine Start yang berfungsi untuk menyalakan mesin. Kembali melepas topi, menyisir rambut di depan kaca spions mobil. "Duh, gantengnya gue," pujinya pada diri sendiri.

Segera pergi, melesatkan mobil menuju rumah Bilqis. Sesampainya di sana Bakti mengklakson agar satpam rumah Bilqis membukakan dirinya gerbang.

Setelah gerbang terbuka tanpa basa-basi Bakti segera memarkirkan mobil di halaman luas tersebut.

Turun dari mobil, memasuki teras sambil memencet bel rumah. Tak lama setelah Bakti menekan tombol tersebut, sang pemilik rumah keluar. Lebih tepatnya Hakim—Kakak Bilqis sekaligus sahabatnya sendiri.

"Bilqis mana?" Memiringkan badan mencoba mengintip ke dalam.

"Masuk aja! Sok-sok an malu-malu kucing. Biasanya juga langsung nerobos," sindir Hakim merotasi bola matanya dengan malas.

Bakti terkekeh pelan. "Yah, gak jadi pencitraan gue," tuturnya menepuk pundak Hakim dengan keras lalu berlalu begitu saja duduk di sofa tamu. Sangat baik untuk dicontoh.

"Nyokap ma Bokap lu mana, Kim?" tanya Bakti ketika melihat seisi rumah nampak sepi.

"Biasa, kerja," ungkap Hakim yang datang dari arah dapur sambil membawa minuman kaleng dingin.

Menyodorkan minuman tersebut ke arah Bakti. "Nih, buat lu," pungkas Hakim  menatap ke arah atas.

Bakti mengikuti pandangan mata Hakim. Di sana terdapat Bilqis dengan pakaian santai, celana panjang dengan kaos warna putih dipadukan sebuah sepatu branded yang senada dengan kaos. Rambutnya dikucir. Sederhana tapi tidak melunturkan kecantikan yang dimiliki oleh gadis tersebut.

Bilqis tersenyum ke arah keduanya lalu melambai, perlahan turun menuju abangnya dan juga Bakti. "Udah lama nunggu?" tanya Bilqis menatap Bakti yang balik menatap.

Bakti menggeleng. "Kagak, santai," terang lelaki tersebut menegak minumannya dengan pelan.

"Pergi gih kalian. Panas gue liatnya," usir Hakim mengibaskan tangan. "Bak, jangan malem-malem, ya, pulang! Jangan di atas jam dua belas," peringat lelaki dengan celana selutut tersebut menatap tajam Bakti seolah memberi peringatan.

Bakti mengangguk mantap, mengangkar tangan menempelkan di alis. "Siap, Bos! Gue pergi, ya. Izin nyulik Adek lu," kekehnya sambil menarik tangan Bilqis ke luar.

Secret boyfriend☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang