Bab 40 : Semua dimulai

14.8K 988 517
                                    

Happy reading

Bisa bantu saya 500 komentar?

"Anakku!"

Eungh ….

Bilqis melenguh tidak nyaman ketika tiba-tiba diterjang oleh wanita yang ia tahu adalah Mama Galang. Ingin melepaskan pelukan, namun merasa sungkan. Tidak ingin dilepaskan, tapi dadanya terasa sesak karena dekapan yang sangat kencang. Jadi, Bilqis harus apa? Ia bimbang.

Hampir saja gadis tersebut terjungkal ke belakang, untungnya, ia masih sempat menahan beban menggunakan siku yang bertumpu di kasur.

Menatap tidak enak kepada Galang. Seakan mengatakan agar Galang turun tangan. Galang menggeleng, menatap Bilqis dengan penuh tatapan permohonan.

Menghela napas kasar, mengembuskannya dengan perlahan. Tangannya melayang, membalas dekapan hangat Mama Galang tersebut sambil sesekali mengelus pundak beliau. "Ini, Bilqis, Tan. Tante kenapa?" Siluetnya mencuri pandang ke arah Galang yang sejak tadi berdiam diri di sampingnya.

"Kamu anak saya."

Bilqis melotot, menatap Galang untuk meminta bantuan sekaligus penjelasan. "Eh, aku Bilqis, Tan," kilahnya menjawab dengan sedikit ragu.

Wanita tersebut mendongak, menatap Bilqis dengan dalam. Matanya sembab, hidungnya merah dengan rambut yang simpang siur tak tertata. "Tidak, kamu anak saya!" sentak beliau dengan kukuh mengatakan bahwa Bilqis adalah anaknya.

Bilqis sudah tidak tahu harus bagaimana. Ia diambang devaju, ingin mengatakan, berteriak sekencang mungkin lalu berkata ia bukan anak perempuan ini. Tapi, sayang, semua hanya sebuah angan. Bilqis tak cukup tega untuk bertutur kata seperti itu di hadapan wanita yang sedang menangis ini.

Tersenyum hangat, mencoba menenangkan Laras—Mama Galang yang sedang menangis. "Tante udah makan? Makan dulu, yu. Bilqis suapin," tawarnya sedikit merayu agar wanita dengan tubuh sedikit kurus itu mau makan.

Seperti sebuah sihir atau mantra yang diucapkan oleh Bilqis, Laras mengangguk dengan cepatnya tanpa harus dibujuk lagi. Wanita tersebut nampak menyunggingkan senyum membuat Bilqis membalas dengan senyum tak kalah hangat.

Sedangkan Galang, ia hanya menyaksikan dari jarak kejauhan interaksi keduanya yang begitu akrab. Padahal, Bilqis orang baru. Namun, dengan begitu mudahnya dapat meluluhkan sang mama.

"Galang, boleh gue minta tolong?" tanya Bilqis menyentak lamunan Galang menjadi buyar seketika.

"Ah, eh, iya, boleh." Galang menatap Bilqis sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Boleh, ambilin makanan buat Mama lu?" tutur gadis tersebut dengan senyum kaku menghiasi bibir pink alami.

Galang mengangguk. "Oke, bentar." Setelah mengatakan tersebut, lelaki dengan mata elang turun ke dapur guna mengambil makanan yang dipinta oleh Bilqis.

Mata Bilqis beralih ke Laras—alias Mama Galang. Rambut hitam sedikit putih nampak begitu acak-acakan, tak terurus. Padahal, jika dilihat rambut beliau nampak indah.

"Tante, boleh Bilqis rapiin rambutnya?" ungkap Bilqis setelah menimbang-nimbang niatnya.

Laras menoleh, mengangguk dengan senyuman. Bilqis berdiri, mulai mencari-cari sebuat ikat rambut untuk menguncir rambut. Setelah mendapatkan apa yang dicari, ia kembali ke tempat asal.

"Rambut Tante itu bagus, coba aja kalau sering di sisir pasti makin bagus," sela Bilqis saat menyisir dengan gerakan gemulainya. Takut, menyakiti.

Laras diam, ia hanya memandang Bilqis dari balik pantulan cermin besar yang ada di depan.

Secret boyfriend☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang