Bab 14 : Percikan Kecil

27.7K 2K 115
                                    

Happy reading

Bilqis menekuk wajahnya masam. Pagi-pagi ia sudah dibuat dongkol. Mengaduk es jeruk dengan malas. Bagaimana tidak dongkol. Bakti lebih memilih menjemput sekretaris ulat bulunya itu daripada Bilqis, yang bernotaben sebagai kekasih dan juga tunangan.

Pagi jam 06.20

"Kamu bisa jemput aku?" Bilqis bertanya sembari menaruh ponsel di daun telinga. Ia merapikan poninya yang sedikit berantakan.

"Maaf, Qis. Aku gak bisa," tutur Bakti dari arah seberang dengan nada tak enak.

Bilqis mengerut dahi bingung. Alisnya menyatu membuat sebuah lengkungan kecil. "Kenapa? Sibuk, ya?" papar Bilqis. Firasatnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan Bakti.

Lelaki dari seberang telepon itu meringis. Apa yang harus ia katakan. Apa harus dia jujur. Bakti menarik napas, berkata dengan penuh pengertian. "Aku udah janji sama Cantika buat jemput dia, Ay. Gak mungkin kan aku ngingkar janji. Lagian supirnya lagi sakit. Kamu bisa, kan, pergi ke sekolah sendiri?" ungkap Bakti dengan lembut ada tersirat keraguan saat berbicara.

Mata Bilqis melotot, ia tidak terima. Apa-apaan ini! Di sini pacarnya Bakti siapa yang dijemput siapa. "Gak bisa gitu dong, Bak. Masa kamu lebih milih Cantika daripada aku! Cewek kamu itu aku bukan dia!" ketus Bilqis dengan tegas. Menggertakkan gigi. Ia sudah cukup sabar dengan tingkah Bakti.

Terdengar hembusan berat dari arah sana. Bakti sudah menduga ini akan terjadi. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia sudah terlanjur berjanji pada Cantika bahwa akan menjemput perempuan tersebut. "Ay, bisa ngertiin aku gak? Aku itu gak enak nolak dia, Ay. Seharusnya kamu paham dong," tandas Bakti dengan lembut. Ia berusaha menekan emosi agar tidak meledak.

Bilqis tertawa sumbang. "Apa kata lu? Gue gak salah denger? Ngertiin lu? Heh! Gue udah muak, ya, sama sifat baik lu itu! Bisa gak sih lu jaga perasaan cewek lu sendiri. Mana ada cewek yang gak cemburu kalau cowoknya dekat sama cewek lain. Pikir dong! Punya otak, kan? Katanya anak jenius tapi masalah hati ga paham, cih, menyedihkan!" cecar Bilqis dengan emosi yang meletup-letup. Kesabaran yang ia ciptakan sudah mulai menipis.

"Gak gitu maksud aku, Ay. Dengerin dul–"

"Halah basi tai! Gitu aja terus. Sampai lu kehilangan gue baru sadar gitu?"

Pip!

Telepon dimatikan sepihak oleh Bilqis. Ia benar-benar kesal. Bisa-bisanya Bakti mempermainkan perasaannya. Ia tidak sekuat wanita yang di novel-novel. Bilqis realistis, ia tak suka di posisikan sebagai wanita lemah. Bilqis tak terima! R.A Kartini berperang membela kehidupan para wanita. Tidak adil rasanya jika Bilqis hanya diam membiarkan perlawanan R.A Kartini terlupakan begitu saja.

Dengan langkah lunglai bercampur mood yang mendadak turun, ia bangkit. Turun ke luar guna berangkat sekolah. Mengepalkan tangan menyalurkan semua kekesalan. Bilqis muak dengan Bakti.

Di sinilah Bilqis terdampar. Di lautan surga makanan alias kantin. Bilqis membolos. Ia tak masuk kelas. Mood yang turun membuat Bilqis mendadak malas untuk belajar. Siluet netranya menajam. Kantin sepi, wajar karena ini adalah jadwal masuk kelas.

Mood yang turun kembali turun ketika mata indahnya menangkap objek gambar yang tak menyenangkan. Apa itu? Di sana Cantika dan Bakti yang sedang berjalan bersampingan. Cantika yang menatap puja Bakti sedangkan Bakti yang tersenyum ramah menanggapi ocehan gadis tersebut.

"Dasar Bakti anak gotong royong! Anak tuyul! Generasi setan!" geram Bilqis menatap nyalang Bakti yang terus saja mematri senyum indah miliknya.

"Mau disantet itu ulat bulu!" gerutu Bilqis memandang perempuan yang selalu menempeli Bakti.

Secret boyfriend☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang